5. Pertama Kali

1.1K 132 30
                                    

Merasakan suatu hal untuk pertama kalinya, bukan hal yang buruk.

Debaran kecil yang akan berubah kencang tanpa diketahui sebabnya, itu juga cukup menyenangkan.

Deru napas seolah sedang berlomba dengan debaran jantung yang kian cepat.

...

Pertama Kali.

Tubuh gembil Jihoon masih menggeliat bebas di atas ranjang empuk berbalut sprei merah muda. Sang fajar sudah menyingsing di singgasananya, menunjukkan kekuasaannya akan cahaya bumi. Tidak merasa terganggu sama sekali, Jihoon masih enggan keluar dari alam bawah sadarnya, alih-alih bangun dirinya malah semakin mengeratkan selimut yang menggulungnya. Bibir penuh itu meracau tak jelas, seolah dirinya tengah berbicara dengan orang lain.

Selang lima menit, Jihoon membuka mata bulatnya. Mengerjapkan beberapa kali sampai manik itu terbiasa dengan cahaya yang masuk. Surai cokelat keemasan kebanggannya berantakan, semburat merah alami tercipta pada pipi gembilnya. Mulutnya terbuka, meraup udara melalui mulutnya karena saluran pernapasan pada hidungnya tersendat. Jihoon duduk bersandar pada kepala ranjang, menunggu jiwanya kembali berkumpul pada raga itu.

Tangan kirinya meraih jam berbentuk jigglypuff berwarna merah muda yang berada di atas nakas samping ranjangnya. Mata rusa itu membulat penuh melihat arah jarum jam yang sudah hampir menunjuk angka delapan.

"Sial! Aku terlambat!" rutuknya sambil cepat-cepat bangun dari ranjang.

Tubuh mungilnya bergerak cepat memasuki kamar mandi yang ada di dalam kamar bernuansa soft. Tangannya menyetel air hangat pada shower, tak lama percikan air hangat mulai menyapa pori-pori kulitnya. Air hangat itu menjalarkan perasaan hangat pada dirinya, Jihoon sangat menikmati waktu membersihkan diri.

Tiga puluh menit berlalu, Jihoon sudah berpakaian rapih dengan kemeja polos longgar dipadukan celana jeans hitam. Karena keasikan mandi, Jihoon melupakan waktu yang terus mengejar.

Tanpa menunggu lama Jihoon segera keluar dari kamarnya, langkahnya terhenti di depan meja berbentuk persegi yang berada bersebelahan dengan dapur. Netranya menangkap pria paruh baya yang sedang menyesap cairan hitam berbau pekat, kedua tangannya membuka setiap lembaran kertas pembawa berita. Seorang wanita paruh paya tak luput dari pandangannya, wanita itu sedang mengoleskan selai cokelat pada selembar roti tawar.

"Pagi."

Sapaan lembut itu berasal dari wanita paruh baya, Jihoon tersenyum membalas sapaan sang bunda. Dengan cepat Jihoon meneguk habis gelas yang dipenuhi cairan berwarna merah muda, tangannya yang lain mencomot roti tawar di depannya.

"Jihoonie berangkat dulu, sudah terlambat." Pamit Jihoon seraya melangkah menjauh dari sana.

Mulutnya terisi penuh oleh roti tawar yang tadi diambilnya, mengunyah cepat roti itu. Langkah yang semula tergesa-gesa, tiba-tiba terhenti. Kelopak matanya membulat penuh saat mendapati sosok yang tak asing tengah bersandar pada motor Guzzi V7 berwarna hitam kebanggaannya. Jaket jeans biru tua membalut tubuhnya, surai hitam sehitam jelaga itu tersapu angin yang berhembus. Luka lebam yang selalu menghiasi wajah tegasnya mulai memudar tak begitu terlihat.

Tubuh Jihoon membatu, seolah pelekat menempel pada kakinya yang membuat tubuh itu sulit digerakkan. Pemandangan sosok yang tak disukainya, membekukan aliran darahnya.

Jinyoung -sosok itu merasakan kehadiran Jihoon, kepala kecil miliknya menoleh ke arah Jihoon. Tersenyum memperlihatkan gigi rapih yang terawat baik, tangan kanannya menyisir surai legamnya ke belakang. Wajahnya nampak berbeda dari sebelumnya, Jihoon bisa melihat jelas bagaimana wajah asli kekasihnya itu tanpa hiasan luka di beberapa titik pada wajah tegas Jinyoung.

H(ear)t [Deepwink]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang