21. Kebenaran

611 97 41
                                    

Sebagian kenyataan menamparnya keras.

Angin membawa kabar baru untuknya.

Sebuah kenyataan lain yang tidak kalah keras menamparnya.

Di kala sesak masih mendominasi.

...

Kebenaran.

Hari keramat akhirnya datang menjemput, sebuah hari di mana ikatan yang mengikat erat di antara keduanya akan terputus. Tepat setelah Jihoon mengetahui sebagian kenyataan di balik permainan taruhan yang selama ini dijalankanya, sosok manis itu mengalami perubahan yang cukup besar. Pribadinya berbeda dengan sebelumnya. Di mana wajah bulat yang dahulu selalu mengumbar senyum manis itu seolah telah menghilang tanpa meninggalkan jejak sedikitpun. Wajahnya kini dihiasi dengan ekspresi datar cenderung dingin.

Pertarungan itu telah selesai, hatinya harus mengakui kekalahannya dari logika. Memaksanya untuk menyerahkan kuasa atas tubuh yang ditinggalinya kepada logika. Organ terapuh itu kini mati, tak lagi dapat merasakan indahnya jatuh dalam pusaran merah muda.

Jihoon telah memutuskan untuk kembali menjadi sosoknya yang dulu, sosok yang hanya akan mengutamakan logika dibanding dengan kata hatinya. Hati itu tidak dapat dipercaya, ia hanya organ rapuh yang tak berdaya. Jihoon tidak akan lagi membiarkan kesesakan menguasai perasaannya. Kejadian kemarin sudah cukup baginya untuk sadar bahwa jatuh cinta itu bukanlah sesuatu hal yang mesti diapresiasi. Jatuh cinta hanya akan membawanya masuk ke dalam jurang keputusasaan yang tak berujung. Kali ini Jihoon berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak membiarkan Jinyoung kembali mempermainkan perasaannya.

Lingkaran hitam dengan kelopak mata yang bengkak menghiasi wajah manisnya. Ia sudah menghabiskan seluruh air mata yang berharga untuk seseorang yang tak pantas ditangisi. Sebuah kacamata bulat bertengger pada pangkal hidung runcingnya, berusaha menutupi kondisi buruk yang terjadi pada galaxy miliknya. Berkali-kali Jihoon merutuki kelemahan terbesarnya dalam berhubungan dengan Jinyoung. Satu kesalahan terbesarnya adalah membiarkan Jinyoung masuk dan mengambil seluruh hatinya.

Tidak bisa dipungkiri bahwa perasaan sesak itu masih singgah di dalam hatinya, akan tetapi Jihoon telah bertekad untuk menekan semua perasaannya dalam-dalam. Baik itu perasaan sesak atau perasaan lain yang dibawa sosok Jinyoung padanya. Ia tidak akan memberikan seluruh perhatiannya pada perasaan sesak yang menyeruak tanpa tahu caranya berhenti. Dirinya akan bersikap abai pada hati yang terus menjerit nyeri.

Jihoon menarik napas panjang, keputusannya sudah bulat untuk menemui Jinyoung. Bukan untuk mengemis agar Jinyoung kembali padanya, melainkan untuk memutuskan ikatan sialan yang membelenggunya selama ini. Itu merupakan niat awalnya. Namun, sekali lagi takdir adalah sebuah rahasia. Tidak ada yang mengetahui pasti apa yang akan terjadi setelah sepasang galaxy itu bersitatap langsung dengan sepasang manik elang yang disukainya.

Apa niat awalnya akan tetap sama, atau pertemuannya akan mengubah niat awalnya?

...

Bunyi derap kaki dari sepatu kets merah yang dikenakannya terdengar pasti, langkah-langkah kecil yang diambilnya berakhir tepat di depan sebuah pintu ruangan yang menjadi awal mula terhubungnya ikatan mereka. Tarikan napas panjang mengisi paru-parunya sebelum memasuki ruangan yang tercemari oleh asap nikotin. Selain itu, setiap tarikan napas yang diambilnya berguna untuk meredam dentuman keras yang menerjang jantungnya. Dadanya masih saja mengeluarkan debaran gugup, Jihoon tidaklah mengerti sepenuhnya tentang kondisi hatinya saat ini.

H(ear)t [Deepwink]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang