Part 2

779 110 1
                                    

Riuhan pada kelas itu lenyap begitu saja ketika semua murid yang ada di kelas itu bisa mendengar langkah seseorang yang masuk ke kelas mereka. Yang tak lain adalah guru mereka sendiri saat ini yang berdiri menatap seluruh muridnya.

"Selamat pagi, semuanya."

"Selamat pagi."

"Baiklah. Pagi ini, ibu membawa berita baik untuk kalian semuanya. Hari ini, kelas kalian akan kedatangan seorang murid baru."

Wajah penasaran tampak pada seluruh murid di kelas itu. Lalu dari arah pintu kelas mereka, seorang yang mereka tunggu akhirnya muncul di sana. Nampak terlihat asing dengan wajah-wajah baru di hadapannya.

Tidak sampai dirinya bisa melihat sebuah wajah yang dikenalinya. Tersenyum padanya saat ini walaupun dirinya tak membalas senyum itu. Namun dalam hatinya, ia merasakan kelegaan karena setidaknya ada seseorang yang ia kenali berada satu kelas dengannya.

"Nah. Kau bisa perkenalkan dirimu."

Gadis itu nampak menghela napasnya. Sebelum akhirnya dirinya memulai untuk berbicara.

"Annyeonghaseyo. Aku Kim Jennie. Tapi kalian semua bisa memanggilku Jennie. Mohon bantuannya."

Tatapan Jennie mulai mengelilingi. Namun dirinya tetap tak bisa berpaling dari sosok satu-satunya yang ia kenali itu. Masih memberikan senyumannya pada gadis itu.

"Semuanya sudah mendengarnya, bukan? Jadi ibu harap, jika kalian semua bisa berteman dengan Jennie."

Lalu Jennie bisa merasakan tepukan di bahunya. Menatap pada sang guru di sana.

"Kau bisa duduk sekarang."

Jennie tersenyum sebagai jawabannya. "Ne. Terima kasih, ssaem."

Langkah kecilnya kini mulai menyusuri kelas itu. Terkadang ia tersenyum membalas sapaan murid-murid di kelas itu yang akan menjadi teman kelasnya.

Dan ia menemukan sebuah bangku kosong baginya. Jennie nampak ragu. Namun akhirnya ia memilih untuk menempati bangku itu. Duduk perlahan di sana.

"Sudah kukatakan padamu."

Jennie beralih pada teman sebangkunya.

"Kalau kita pasti akan bertemu lagi."

Jennie tak terlalu menanggapi ucapan pria muda di sampingnya. Yang menjadi teman sebangkunya, Jung Hoseok. Hanya sebuah senyuman yang ia berikan untuk Hoseok.

"Ya, apa kau tak bisa berbicara? Kenapa kau selalu saja tersenyum dan tak pernah menjawabku?"

Jennie menggeleng sebagai jawabannya. "Bukan begitu. Aku hanya terlalu asing dengan lingkungan baruku. Aku hanya belum terbiasa saja."

Hoseok mengangguk sebagai jawabannya. Lalu beralih mengambil sesuatu dari dalam saku seragamnya. Memberikannya pada Jennie dan membuat gadis itu menatap bingung pada sebungkus permen karet yang Hoseok berikan padanya.

"Untukku?"

Hoseok mengangguk. "Anggap saja ini sebagai salam pertemananku untukmu."

Jennie masih diam. Masih terlihat bingung di sana. Namun akhirnya ia memilih untuk mengambil permen karet itu. "Terima kasih."

Aneh. Itulah yang Jennie pikirkan tentang Hoseok saat ini. Pertama, pria itu mengatakan padanya bahwa ia harus mengingat bagaimana suara pria itu ketika memanggilnya. Dan sekarang, memberikan sebungkus permen karet padanya sebagai salam pertemanan di antara mereka.

Sudahlah. Jennie tak ingin memikirkannya lagi. Apalagi mengingat perkataan Ibunya. Mungkin Hoseok benar-benar ingin berteman dengannya. Jadi dia tak boleh berpikiran aneh ataupun buruk tentang niat baik pria muda itu padanya.

2002 ❌ jenhopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang