Part 17

493 58 0
                                    

Jennie belum menghentikan tangisnya saat ini. Sedangkan Tn. Kim yang memeluk putrinya itu tak berhenti pula untuk menenangkan Jennie yang memeluknya dengan begitu eratnya.

"Sudah, sudah. Jennie tak boleh menangis lagi. Nanti Jennie tidak cantik lagi jika menangis."

Ucapan itu sama sekali tak digubris oleh Jennie. Malahan, tangisan gadis itu semakin keras. Membuat sang Ayah yang melihatnya hanya bisa tersenyum kecil menatap pada putri kecilnya itu.

"Jennie, sudah ya? Appa jadi ikut sedih karena melihatmu menangis seperti ini."

Tn. Kim akhirnya melepaskan pelukan Jennie padanya, walaupun dengan sedikit memaksa. Menghapus pula airmata gadis itu dengan kedua tangannya. Dimana Jennie pula berusaha untuk menghentikan tangisnya saat ini.

Alasan Jennie menangis? Itu karena dirinya baru saja mendengar cerita menyedihkan yang di alami oleh kedua orangtuanya. Cerita sedih mengapa dirinya tak pernah melihat Ayahnya dan Ibunya yang selalu mengatakan jika Ayahnya pergi jauh.

"25 tahun yang lalu, saat usia kandungan eomma 8 bulan, ayahmu mengalami kebangkrutan. Dirinya ditipu oleh salah satu temannya, dan bahkan dituduh sebagai salah satu orang yang terlibat dengan penyelewengan uang di perusahaan saat itu. Dan keesokan harinya, ayahmu ditangkap dan ditahan, bersamaan dengan semua yang kami miliki juga disita hari itu.

Eomma saat itu begitu sedih, karena ayahmu yang dipenjara dan juga karena eomma sedang mengandungmu, Jen. Dan eomma memilih untuk pergi ke rumah bibimu. Beruntung karena kehidupan kita lebih baik. Itulah sebabnya eomma tak pernah mau mengatakan dimana dan apa yang terjadi pada ayahmu. Eomma hanya takut, jika kau tidak akan menyukai ayahmu nanti karena dia adalah seseorang yang pernah masuk penjara."

Jennie masih mengingat semua ucapan Ibunya saat itu. Dengan sisa-sisa airmata yang masih terlihat di wajahnya, gadis itu menatap pada Ayahnya.

"Sudah lebih baik, hmm?"

Jennie mengangguk. Membuat Tn. Kim yang melihat putrinya itu tak bisa untuk tak tersenyum melihat bagaimana menggemaskannya Jennie di matanya.

"Tapi, aku tak bisa memaafkan appa begitu saja. Aku masih marah pada appa."

Jennie bisa saja mengatakan hal itu dengan nada ketusnya. Karena nyatanya, gadis itu memang benar-benar dengan ucapannya. Namun bukannya sedih karena ucapan Jennie, sebuah senyuman terbentuk di wajah pria paruh baya itu. Membuat Jennie yang sudah kesal dengan Ayahnya, semakin bertambah kesal karenanya.

"Kenapa appa tertawa? Aku sungguh-sungguh dengan ucapanku jika aku masih belum bisa memaafkan appa."

"Appa tahu itu, Jennie. Dan appa memang pantas untuk mendapatkan kebencianmu karena tak pernah berada di sampingmu dan juga ibumu, dan melihatmu tumbuh dengan baik seperti ini adalah salah satu kesalahan appa yang memang tak akan pernah bisa kau maafkan, sayang."

Jennie terdiam mendengar itu semua. Ayahnya masih tersenyum padanya, pun kini mulai menggenggam kedua tangannya dimana Jennie tak menolak sama sekali. Toh, dirinya begitu menyukai saat Ayahnya menggenggam tangannya seperti ini.

"Appa tidak akan memaksamu untuk memaafkan appa karena sudah meninggalkanmu dan ibumu dengan begitu lama. Ini semua keputusanmu dan appa akan menerimanya."

Pembicaraan mereka terhenti, ketika melihat Ny. Kim yang datang dengan sebuah nampan dimana terdapat dua buah gelas jus jeruk disana. Ny. Kim sudah akan beranjak pergi setelah meletakkan dua gelas minuman itu. Niatnya hanya ingin memberikan ayah dan putri itu waktu untuk berbicara, mengingat Jennie selalu saja menanyakan dimana keberadaan sosok Ayahnya. Tidak sampai suara Jennie yang menghentikan langkahnya.

2002 ❌ jenhopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang