Jennie melirik ke arah Hoseok, dimana pria itu kini membukakan pintu mobil baginya. Namun pria itu tak mengatakan apapun, seolah menyuruh Jennie untuk masuk. Dan gadis itu akhirnya memilih menurutinya, masuk ke dalam mobil sementara Hoseok menutup pintunya setelahnya.
"Apa kau bisa menyetir?"
Itu ucapan Jennie yang pertama setelah Hoseok baru saja menduduki kursi kemudi. Membuat pria itu kembali melirik pada gadis itu.
"Kau meremehkanku? Apa kau masih mengkhawatirkan kesehatanku? Kau tidak tahu, aku banyak belajar di Jerman sana."
Jennie tak menjawab apapun. Mungkin pula membenarkan ucapan Hoseok, jika ia mengkhawatirkan kesehatan Hoseok.
"Kau benar-benar sudah baik-baik saja? Maksudku, kau benar-benar sudah sembuh?"
Hoseok benar-benar mengerti dengan kekhawatiran Jennie. Maka, pria itu tak menyiakan waktunya. Menarik gadis itu untuk masuk ke dalam pelukannya. Dimana Jennie membalasnya, bahkan lebih erat daripada Hoseok seolah pria itu akan pergi kapanpun jika ia tak mengeratkan pelukannya.
"Aku yakinkan padamu, sayang. Tak akan ada lagi diriku yang terlihat lemah untukmu. Bukan lagi kau yang akan melindungiku, tapi aku yang akan melindungimu. Kau juga tak akan lagi menangis sendirian hanya karena melihatku yang harus kelelahan dan berada di rumah sakit. Aku benar-benar sudah sembuh, Jen."
Jennie hanya mengangguk. "Hmm. Aku percaya padamu." Dan menyandarkan kepalanya pada bahu pria itu.
Hoseok perlahan melepaskan pelukannya, menangkup wajah Jennie untuk menghapus airmata gadis itu. Dimana pria itu memberikan senyumnya, dan gadis itu membalasnya.
"Dan aku yakinkan padamu, kau tak akan lagi mengeluarkan airmata kesedihan ini hanya karena terus saja memikirkanku."
Jennie kembali tersenyum. Menutup kedua matanya ketika Hoseok mempertemukan bibir keduanya kembali.
Kali ini, Jennie merasakan berbeda. Dimana ciuman Hoseok padanya begitu menuntut. Salah satu tangan pria itu bahkan menyentuh tengkuknya saat ini, semakin menarik gadis itu mendekat dan memperdalam ciuman mereka.
Hingga bibir keduanya terpisah, menghasilkan deru napas yang mereka bisa rasakan menerpa wajah mereka masing-masing.
"Kau mencintaiku?"
Jennie menaikkan pandangannya, menatap pada Hoseok di sana. Satu tangannya ikut menyentuh wajah pria itu, melakukan hal yang sama seperti sang pria. Mengelus wajahnya dengan ibu jarinya.
"Kenapa kau masih bertanya? Jika perasaanku hilang padamu, aku tak akan mungkin menangis karena aku begitu merindukanmu."
Hoseok tersenyum. "Itu sudah cukup untukku." Dan memberikan satu kecupan lagi pada Jennie.
"Kita akan kemana?" Tanya Jennie, ketika Hoseok kini memasangkan seatbelt baginya. Begitu juga dengan pria itu yang kini telah siap di depan kemudi.
"Kau akan tahu nanti."
Jennie memilih untuk tak lagi bertanya. Lagipula, ia tak masalah kemanapun ia pergi. Karena sang kekasih saat ini sudah bersamanya.
.
.
"Kenapa kita kemari?"
Hoseok menghentikan langkahnya, bersamaan dengan dirinya menatap pada Jennie di sampingnya.
Karena belum mendapatkan jawaban apapun dari Hoseok, membuat Jennie mengalihkan pandangannya pada pria itu. Menemukan Hoseok yang menatapnya dengan pandangan yang Jennie bahkan tak mengerti.
KAMU SEDANG MEMBACA
2002 ❌ jenhope
Fanfiction[18+] ✔ 2002 Awal mereka bertemu, Awal mereka berbicara, Awal mereka tertawa, Awal mereka berjanji satu sama lain, Dan awal dimana dua hati yang berbeda saling jatuh cinta. ----- ©iamdhilaaa, 2018