Seoul, 15 Januari 2009
Ting Tong
Suara pintu bel yang berbunyi itu membuat sang pelayan rumah yang berada di dapur dengan cepat bergegas menuju pintu utama. Membukakan pintu bagi sang tamu yang tersenyum padanya ketika kedua pasang mata itu bertemu.
"Nona Jennie, anda datang?"
"Apa dia sudah bangun?"
"Ah, Tuan Muda masih berada di kamarnya. Nona bisa masuk."
"Terima kasih, bibi."
Jennie melangkahkan kakinya untuk masuk. Berjalan dengan cepat menaiki anak tangga di rumah itu. Dan senyuman jahil itu terbentuk di wajahnya ketika pandangannya bertemu dengan pintu sebuah kamar yang sudah sangat dihafalnya itu.
Tanpa mengetuknya lebih dulu, Jennie membuka pintu itu dengan cepat. Namun bukan dirinya yang dibuat terkejut saat ini. Sama seperti sang pemilik kamar yang juga ikut terkejut mendapati Jennie di depan pintu kamarnya. Menjatuhkan begitu saja handuk yang ia gunakan untuk mengeringkan rambutnya. Hingga--
"Huaaaaaa...."
Teriakan itu mereka keluarkan hampir bersamaan. Membuat Jennie dengan cepat menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Menutupi pandangannya dari apa yang ia lihat sebelumnya.
"Y-Ya, kau gila, huh? Cepat keluar dari kamarku."
Jennie seolah tersadar dengan suara Hoseok yang meninggi padanya. Dengan cepat menutup pintu kamar milik pria itu dan menghela napas lega setelahnya. Jennie benar-benar tak pernah membayangkan jika kejadian ini menimpa dirinya. Membuatnya merinding sendiri memikirkannya kembali. Memilih untuk menunggu Hoseok di ruang tengah sepertinya lebih baik.
.
.
Suara langkah kaki yang menuruni tangga membuat Jennie mengalihkan pandangannya. Menatap pada Hoseok di sana yang sudah bersiap dengan seragamnya. Sama seperti Jennie yang kembali meneguk susu yang sudah disiapkan Bibi Kim sebelumnya untuknya.
"Kau gila? Setidaknya, ketuk pintu dulu jika kau ingin masuk ke dalam kamarku."
Jennie memberengutkan bibirnya mendengarnya. "Kan biasanya juga aku tinggal masuk saja ke kamarmu. Siapa suruh kau tak kunci pintunya kalau begitu?"
Hoseok hanya menghela napasnya mendengar jawaban Jennie. Selang menit kemudian, Bibi Kim datang ke ruang tengah. Memberikan segelas susu bagi sang Tuan Muda. Dan Hoseok yang menerimanya setelah mengucapkan terima kasihnya.
"Oh ya, Tuan Muda.."
Hoseok melirik ke arah Bibi Kim yang berbalik setelah ia mengingat sesuatu.
"Kemarin siang, Nyonya menelpon kemari. Namun saya lupa untuk mengatakannya pada Tuan Muda. Nyonya bertanya dimana Tuan Muda, namun saya mengatakan jika Tuan Muda masih berada di sekolah. Memangnya, Tuan Muda tak mengangkat panggilan dari Nyonya?"
Hoseok terdiam sejenak mendapatkan pertanyaan itu. Namun ia memilih untuk tak menjawabnya. Menyerahkan gelas susu yang telah berkurang setengahnya pada Bibi Kim. Membuat wanita paruh baya itu bingung, namun memilih untuk mengambil gelas itu dengan cepat.
"Jen, ayo berangkat."
"Huh? O-Oh, ayo."
Jennie dengan cepat beranjak dari duduknya ketika melihat Hoseok yang sudah berjalan lebih dulu. Menyempatkan dirinya untuk pamit pada Bibi Kim dan mengejar Hoseok setelahnya.
Gadis itu mendengar apa yang keduanya bicarakan tadi. Dan melihat perubahan sikap Hoseok membuatnya kini mengerti dengan apa yang pria itu rasakan saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
2002 ❌ jenhope
Fanfiction[18+] ✔ 2002 Awal mereka bertemu, Awal mereka berbicara, Awal mereka tertawa, Awal mereka berjanji satu sama lain, Dan awal dimana dua hati yang berbeda saling jatuh cinta. ----- ©iamdhilaaa, 2018