Tepukan di bahunya membuat Hoseok mengalihkan pandangannya. Mendapati Tn. Kim yang tak lain adalah Ayah dari Jennie yang kini telah berdiri di sampingnya.
"Ada yang mengganggumu?"
Pertanyaan itu nyatanya membuat Hoseok sedikit tertegun di sana. Dan Tn. Kim tak bisa menahan senyumnya ketika melihat bagaimana Hoseok yang tak bisa menjawabnya.
"Apa aku tak bisa menyembunyikannya dengan baik?"
"Ya, begitulah. Jadi, apa yang sedang mengganggumu saat ini?"
Hoseok tampak menghela napasnya. "Entahlah, paman. Ini tidak seperti apa yang ku bayangkan sebelumnya."
Tn. Kim tampak mengerutkan keningnya, tak mengerti tentu saja. "Jadi maksudmu, melamar dan menikahi Jennie bukan salah satu tujuanmu datang kembali ke Seoul?"
Hoseok dengan cepat menggeleng, tak ingin terjadi ada kesalahpahaman. "B-Bukan, bukan begitu maksudku."
"Lalu bagaimana maksudmu?"
Hoseok lagi-lagi harus menghela napasnya, "Maksudku, ketika Jennie menerima lamaranku, itu semua masih belum ku percaya. Aku berpikir, jika Jennie akan menolakku lebih dulu sebanyak sepuluh kali, atau bahkan menyuruhku untuk menunggu hingga satu bulan dan bahkan lebih."
Tn. Kim tak dapat menahan senyumnya di sana, dan itu ditangkap oleh Hoseok.
"Kenapa paman malah tersenyum? Apa ada yang lucu dari ucapanku?"
"Paman tak tahu mengapa kau bisa memiliki pemikiran seperti itu. Tapi bukankah bagus jika Jennie menerimamu dengan cepat? Itu berarti, dia sudah mempercayakan kehidupannya ke depan bersamamu. Aku yakin pula, Jennie sudah berpikir yang matang untuk menjawab lamaranmu saat itu. Jadi, kau jangan lagi berpikir yang tidak-tidak dan jalani semuanya."
Mendengar semua itu hanya membuat Hoseok mengangguk menjawabnya, pun dengan Tn. Kim yang menepuk bahunya seolah tengah menguatkannya saat ini.
"Jadi, nanti malam orangtuamu akan datang kemari?"
Hoseok mengangguk. "Ya, begitulah yang ku dengar."
Tirai itu terbuka dengan perlahan, pun dengan pandangan ketiga orang di sana yang kini tertuju pada sosok Jennie yang tersenyum.
Tak ada yang berbicara untuk menit selanjutnya, dimana Jennie berdiri di sana dalam balutan gaun pengantin yang sudah ia pilih sebelumnya. Dan melihat bagaimana kedua orangtuanya dan Hoseok hanya diam, membuat gadis itu perlahan menghilangkan senyumannya.
"Apa aku terlihat aneh dengan gaun ini?"
Ny. Kim beranjak, mendekat ke arah putrinya di sana dengan senyum keibuannya. "Jennie, kau pasti bercanda dengan eomma. Kau begitu sangat cantik, sayang."
Jennie kembali menampakkan senyumnya di sana, membalas genggaman tangan Ibunya. "Benarkah? Kalau begitu, aku akan memakai ini nanti."
Jennie mengalihkan pandangannya pada sang Ayah di sana, dimana Ayahnya hanya memberikan senyum dan sebuah acungan jempol sebagai apresiasinya atas pilihan gaun yang Jennie telah pilih.
Pandangan gadis itu kembali beralih, pada sosok kekasih yang masih menatapnya tanpa mengatakan ataupun mengeluarkan ekspresi apapun.
"Eomma, bisa tinggalkan aku dan Hoseok berdua?"
Ny. Kim tak bertanya mengapa, namun mengangguk menjawabnya. Bersama sang suami meninggalkan sepasang kekasih itu di sana.
"Kenapa kau hanya diam saja di sana? Kau tak menyukainya?"
Setelah beberapa menit, akhirnya Hoseok bisa mengeluarkan senyumnya. Pria itu beranjak dari duduknya, berjalan mendekat ke arah Jennie di sana.
Jennie tak menolak, ketika Hoseok menautkan tautan tangan keduanya. Jemari pria itu mengelus punggung tangannya, sebelum membawa kedua tangannya untuk pria itu bisa mengecup punggung tangan keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
2002 ❌ jenhope
Fanfiction[18+] ✔ 2002 Awal mereka bertemu, Awal mereka berbicara, Awal mereka tertawa, Awal mereka berjanji satu sama lain, Dan awal dimana dua hati yang berbeda saling jatuh cinta. ----- ©iamdhilaaa, 2018