Part 8

596 71 2
                                    

Seoul, 15 Mei 2009

Matahari di atas tak terlalu terik. Dan para murid yang berada di lapangan saat itu tentu saja merasa lelah dengan pelajaran olahraga. Peluh yang terus mengucur dan mengusapnya dengan cepat.

Dan napas lega itu mereka keluarkan tanpa sadar ketika mengetahui jika pelajaran olahraga telah selesai. Tergantikan dengan jam istirahat bagi mereka dan membuat mereka berbondong-bondong pergi dari lapangan.

Jennie memilih untuk pergi ke ruangan ganti dengan cepat. Bahkan membersihkan dirinya pula dengan cepat dan berganti dengan seragamnya sekarang.

Gadis itu terkadang menyapa beberapa temannya yang berada di koridor. Terkadang mengajaknya untuk makan bersama di kantin. Namun gadis itu menolaknya dengan lembut. Dan mereka yang mengerti pun tak mempermasalahkannya.

Jennie bisa diperhitungkan sebagai murid yang cukup terkenal di sekolahnya. Tentu saja, sejak hari pertama sekolahnya, ia sudah banyak dibincangkan karena wajahnya yang banyak dikagumi oleh para lelaki di sekolahnya.

Jennie telah sampai di kelasnya. Tersenyum pada seseorang yang duduk di bangkunya dimana kelas saat itu dalam keadaan benar-benar kosong. Gadis itu memilih mendekat. Mengambil tasnya dan mengeluarkan kotak bekal yang telah ia siapkan sebelumnya.

"Hoseok, hey, aku bawakan kau kotak bekal. Ayo makan bersama."

Tepukan di bahunya membuat pria itu akhirnya menegakkan dirinya yang sempat tertunduk. Jennie sedikit terkejut mendapati bagaimana wajah Hoseok saat ini yang sedikit pucat. Secara cepat, satu tangannya menyentuh kening pria itu.

Namun seolah tahu, Hoseok menghindar dengan cepat. Dan membuat Jennie yang melihat itu hanya bisa menghela napasnya.

"Kau bahkan tak ikut pelajaran olahraga. Tadi pagi juga, kau terlihat sangat baik-baik saja. Tapi sekarang, kenapa wajahmu begitu pucat?"

"Aku baru saja bangun dari tidurku. Itu saja. Kau berlebihan."

Hoseok memilih untuk menyandarkan kembali kepalanya pada meja di hadapannya. Dan Jennie yang melihat itu hanya tak lagi menjawab apapun. Seakan dirinya malas untuk menjawab pria itu lagi.

"Kalau begitu, kau harus makan sekarang. Jangan tunjukkan wajah pucatmu itu padaku."

"Suapi aku."

Jennie hanya tersenyum tipis. Membuka kotak bekal yang telah ia siapkan sebelumnya. Satu potong sandwich kini sudah ia sodorkan pada Hoseok. Dan pria itu yang memakan potongan itu dengan cepat. Sementara Jennie tersenyum melihatnya, menghapus sisa-sisa roti yang tertempel di sisi bibir Hoseok dengan ibu jarinya.

Lima bulan. Ya, itulah yang Jennie hitung untuk usia hubungan mereka saat ini. Semenjak ciuman pertama mereka di bus saat itu, keduanya menjalin ikatan itu. Tak ada yang berubah. Hanya saja, ikatan di antara keduanya semakin kuat setiap harinya. Dan semua murid di sekolah mereka sudah tak akan terkejut lagi ketika mendengar berita itu. Karena sejak awal, mereka selalu bersama. Seolah tak akan pernah ada seorang pun yang bisa memisahkan keduanya.

"Sudah. Aku kenyang."

"Mana bisa begitu? Kau baru memakan tiga suap."

"Kau juga harus makan, sayang." Ucap Hoseok sembari memaksa Jennie untuk memakan potongan sandwich yang gadis itu buat sendiri.

Kedua pipi gadis itu merona. Dan itu membuat Hoseok tak bisa menyembunyikan senyumnya. Mendekat untuk mencium salah satu pipi milik Jennie.

"Kau begitu manis ketika merona seperti itu."

Jennie tak mengatakan apapun. Hanya mengunyah sandwich yang ada di mulutnya. Gadis itu mengalihkan pandangannya. Menunduk pada kotak bekal di atas meja di hadapannya.

2002 ❌ jenhopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang