Jennie sudah bersiap dengan piyama tidurnya, naik ke atas tempat tidurnya dengan sebuah buku dalam dekapannya.
Memang menjadi kebiasaannya akhir-akhir ini sebelum tidur untuk membaca buku. Entahlah, hanya saja, dengan membaca buku satu sampai beberapa halaman, ia akan bisa tidur dengan cepat.
Tok Tok
Belum sampai ia membaca bait pertama bukunya, pintu kamarnya telah diketuk. Pun dengan sang Ibu yang membukanya, sembari menampakkan senyumnya pada Jennie.
"Eomma..."
"Kau belum tidur?"
Jennie hanya mengangkat bukunya sebagai jawabannya. Pun dengan Ibunya yang kini memilih untuk masuk dan duduk pada sisi kosong di samping Jennie.
"Kenapa akhir-akhir ini kau sering sekali membaca buku sebelum tidur?"
"Entahlah. Aku juga tak tahu. Hanya saja, setelah membaca rasa kantukku akan langsung datang dan aku terlelap setelahnya."
"Apa kau begitu merindukan Hoseok, hmm?"
Jennie hanya mengernyit setelah mendengarnya. "Apa maksud, eomma?"
"Kau akhir-akhir ini melakukan sesuatu yang tak pernah kau lakukan sebelumnya. Seperti yang satu ini. Kau kan gampang sekali mengantuk. Tidak mungkin membutuhkan bantuan untuk membuatmu tertidur."
Jennie terdiam ketika mendengar itu semua. Seolah semua perkataan Ibunya barusan adalah sebuah kebenarannya.
Gadis itu mengulum bibirnya, meletakkan buku yang ia genggam sebelumnya di atas meja nakas. Lalu mendekat pada Ibunya dan membaringkan dirinya di atas pangkuan sang Ibu.
"Eomma mungkin benar. Aku merindukannya."
Ny. Kim hanya tersenyum. Mengelus kepala Jennie setelahnya.
"Apa dia akan kembali kemari, eomma?"
"Tentu saja. Kau bilang dia sudah berjanji padamu akan kembali dengan sehat."
"Tapi ini sudah sangat lama. Sudah lima tahun. Aku hanya takut, dia tidak akan pernah kembali padaku lagi."
"Tidak boleh berbicara seperti itu. Kau harus percaya padanya. Bahwa dia akan kembali padamu, yang tentunya dalam keadaan yang lebih sehat dari sebelumnya."
Jennie tak lagi menjawabnya. Hanya berusaha untuk mempercayai semua perkataan Ibunya. Dan menit selanjutnya, ia sudah menutup kedua matanya.
Ny. Kim sedikit merunduk. Tersenyum ketika melihat Jennie yang sudah tertidur. Dengan perlahan, ia memilih untuk memindahkan kepala Jennie di atas bantal. Beruntung karena Jennie tak terbangun dan memilih untuk menyamankan dirinya. Lalu Ny. Kim menarik selimut bagi Jennie, mengecup keningnya.
"Mimpi yang indah, putri eomma."
.
.
"Apa ini?"
Jennie memberikan senyumnya. Mengambil kalung yang ia berikan pada Hoseok sebelumnya, dan memakaikan sendiri kalung itu pada pria itu.
"Besok, kau sudah akan pergi. Jadi, hanya ini yang bisa aku berikan padamu sebagai ingatanmu tentangku."
Hoseok melirik pada kalung yang sudah Jennie pasangkan padanya.
"Kau tidak mungkin berpikir jika aku tak akan pernah kembali, kan?"
Jennie terdiam. Kepalanya masih tertunduk menatap pada kalung yang ia berikan pada Hoseok.
KAMU SEDANG MEMBACA
2002 ❌ jenhope
Fanfiction[18+] ✔ 2002 Awal mereka bertemu, Awal mereka berbicara, Awal mereka tertawa, Awal mereka berjanji satu sama lain, Dan awal dimana dua hati yang berbeda saling jatuh cinta. ----- ©iamdhilaaa, 2018