Part 18

518 50 0
                                    

Seperti janji keduanya siang tadi, Jennie akan pergi makan malam bersama Hoseok. Sekaligus pria itu akan menceritakan sendiri bagaimana bisa ia bertemu dengan Ayahnya tanpa memberitahunya lebih dulu.

Jennie kembali menatap pada penampilannya. Setidaknya untuk sedikit merapikan apa yang menurutnya kurang baik. Hingga sebuah ketukan pintu kamarnya ia dengar, mendapati sang Ayah disana yang tersenyum padanya.

"Kau sudah selesai, sayang?"

"Ne, appa. Apa Hoseok sudah datang?"

"Hmm. Dia menunggu di bawah."

"Baiklah. Aku akan turun sebentar lagi."

Tn. Kim hanya mengangguk. Pun setelahnya Jennie yang telah bersiap dan keluar dari kamarnya beberapa menit setelahnya.

Disana, ia melihat sang kekasih. Mengobrol dengan begitu akrabnya dengan sang Ayah. Sungguh, Jennie sangat penasaran bagaimana bisa keduanya begitu sangat dekat sebelum Jennie mengetahui keberadaan Ayahnya.

Jennie berdehem, menghentikan obrolan kedua pria itu dan membuat mereka menatapnya. Hoseok beranjak dari duduknya lebih dulu, dimana Jennie kini mendekati keduanya.

"Kalian terlihat sangat akrab sekali."

Hoseok tahu itu sebuah sindiran baginya, dimana ia melirik pada Tn. Kim disana yang hanya bisa tersenyum. Pun setelahnya, pria itu hanya menghela napasnya. Merangkul Jennie dimana gadis itu tak menolaknya.

"Baiklah, paman. Kurasa, aku harus menenangkan kucing kecilku ini. Apa aku boleh pergi sekarang?"

Jennie dengan cepat menatap pada Hoseok. Jangan lupakan tatapan kesal gadis itu padanya.

"Mwo? Siapa yang kau bilang kucing kecilmu, huh? Aku bukan kucing kecilmu."

"Memangnya aku mengatakan jika kau kucing kecilku?"

Jennie tak lagi menjawabnya, sudah terlanjur kesal dan mengalihkan pandangannya setelahnya. Sedangkan Tn. Kim hanya tertawa kecil melihat bagaimana pasangan itu yang terlihat menggemaskan di matanya.

"Jaga dia, Hoseok. Dan jangan sampai pulang malam. Jennie harus pulang bahkan sebelum jam sepuluh."

Hoseok hanya mengangguk menjawabnya. "Paman tenang saja. Aku pasti akan menjaganya dengan baik dan membawanya pulang tepat waktu seperti apa yang paman perintahkan."

"Maksud paman, jangan lagi seperti malam sebelumnya. Kalau bukan karena dirimu, paman pasti tidak akan mengijinkan putri paman untuk bersama denganmu semalaman."

Suasana canggung itu tiba-tiba saja menghampiri Jennie dan Hoseok. Jennie bahkan menundukkan kepalanya dengan menggigit bibir bawahnya, sementara Hoseok mengalihkan pandangannya, menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal sama sekali.

Tn. Kim yang melihat keduanya benar-benar tak bisa menyembunyikan senyumnya. "Sudah, sudah. Kalian pergi saja sana. Waktu kalian terbatas jika kalian ingin mengingatnya."

Dan mendengar itu membuat Hoseok kembali menatap pada Tn. Kim. Dimana senyuman dari Ayah Jennie itu begitu ia mengerti.

"Baiklah, paman. Kami pergi lebih dulu."

Setelah kepergian keduanya, Tn. Kim masih memasang senyumnya. Menghela napasnya dan berdoa dalam hati, jika apa yang akan Hoseok lakukan pada Jennie malam ini akan berjalan dengan lancar.

.

.

"Apa kau memang harus menutup kedua mataku seperti ini?"

Hoseok sebenarnya sudah akan mengeluarkan tawanya karena mendengar untuk ke sekian kalinya suara keluhan Jennie. Bagaimana tidak? Sejak keluar dari mobil, ia sudah menyuruh gadis itu menutup kedua matanya dengan sebuah kain kecil yang sebelumnya telah ia siapkan.

2002 ❌ jenhopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang