Part 14

764 74 1
                                    

Kedua tangan gadis itu masih bertaut. Sedari tadi, ia juga tak berhenti untuk berjalan mondar-mandir di dalam kamar mandi itu.

Jennie baru saja selesai membersihkan dirinya. Dan sebuah bathrobe kini telah ia pakai untuk menutupi tubuh tanpa busananya.

Bukan apa-apa, Jennie tengah gugup sekali saat ini. Karena malam ini, ia sudah mengatakan hal yang paling bodoh sekaligus menegangkan baginya.

Menginginkan Hoseok? Oh, Jennie bahkan tak tahu bagaimana bisa ia mengatakan hal itu.

Tok Tok

Suara ketukan itu membuat dirinya terkejut sekaligus menghentikan langkahnya.

"Jen, kau baik-baik saja, kan?"

Hah, mendengar suara Hoseok semakin membuat Jennie gugup disana. Apakah ia harus mengatakan jika ia tak bisa melakukannya malam ini?

Jennie menggelengkan kepalanya. Tidak, itu akan membuat Hoseok kecewa padanya. Ya, walaupun pria itu tak akan pernah menunjukkan secara langsung kekecewaannya di depan dirinya.

"Jennie?"

Suara itu kembali terdengar. "O-Oh, aku baik-baik saja. Aku akan keluar sebentar lagi."

Dan setelahnya, tak ada lagi suara yang bisa Jennie dengar. Menandakan Hoseok sudah tak lagi berada di depan pintu kamar mandi.

Gadis itu menatap pada cermin yang ada disana. Mulai kembali merapikan dirinya dan menghela napas. Sebelum akhirnya meyakinkan dirinya, jika apa yang ia lakukan sekarang adalah kemauannya.

Jennie membuka pintu dengan perlahan, dan dibuat bingung karena dirinya tak menemukan Hoseok di kamar.

Namun akhirnya, ia menghela napasnya dengan lega. Melihat presensi pria itu yang berada di balkon kamar. Jennie memilih untuk menghampirinya, sedikit menggeser pintu kaca dihadapannya.

Sebuah pelukan bisa Hoseok rasakan. Tersenyum setelahnya dengan mengelus dengan lembut kedua tangan milik Jennie yang memeluknya.

"Kenapa kau keluar? Disini sangat dingin."

Jennie menahan Hoseok yang ingin melepaskan pelukannya. Menggelengkan kepalanya sebagai bentuk penolakannya.

"Biarkan dulu seperti ini. Aku belum menuntaskan rinduku padamu."

Awalnya, Jennie merasa sangat kecewa ketika Hoseok memaksa melepaskan pelukan darinya. Namun setelahnya, ia mulai mengerti. Ketika pria itu kini membalik posisi keduanya, dimana Hoseok kini memeluk tubuhnya. Bahkan lebih erat dari sebelumnya.

"Begini lebih baik."

Jennie memasang senyumnya, mulai menyamankan posisinya dalam pelukan itu.

Keheningan melanda keduanya. Tak ada pembicaraan antara mereka, seolah waktu yang mereka gunakan saat ini hanyalah untuk melepaskan rindu melalui pelukan ini.

"Ceritakan saat di Jerman sana."

Ucapan Jennie memecah keheningan di antara keduanya. Dimana ia bisa merasakan Hoseok yang kini menyandarkan dirinya pada bahu sang gadis.

"Tidak ada yang menarik. Hanya ada dokter Lee, terapi, suster Alice, dan juga Hyunmin."

Jennie mengerutkan keningnya. "Hyunmin? Siapa dia?"

"Han Hyun Min, bocah berusia 10 tahun yang memiliki nasib yang sama denganku."

"Maksudmu, dia juga memiliki jantung bawaan semenjak lahir?"

"Hmm, begitulah. Dia menghampiriku saat itu, mengatakan sangat senang karena bertemu dengan seseorang yang memiliki nasib yang sama dengannya. Aku juga senang bertemu dengannya, karena dia anak yang baik. Yang selalu memiliki tekat yang kuat jika dia bisa sembuh nantinya. Dia bahkan yang selalu menyemangatiku selama ini. Aku benar-benar salut dengannya."

2002 ❌ jenhopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang