9. Perlindungan (보호)

8 0 0
                                    

보호 boho > perlindungan
보호 된 boho doen > dilindungi
보호하다 bohohada > melindungi
.
.
.

Safeaa menarik nafas dan mengeluarkannya. Begitu terus hingga tiga kali. Sampai seseorang yang begitu ia kenal melambai. Membuat Safeaa tersenyum dan segera bangkit dari tempat duduknya.

"Gimana kuliah?" tanya Lina

Safeaa mengangguk. Lagi-lagi mengagumi kecantikan Lina. Hari ini, gadis itu memakai jeans dengan paduan denim dan rambut di kuncir satu. Boots berwarna gelap, serta bibir di poles lipstik berwarna merah muda yang tidak begitu mencolok. Gaya Amerika yang entah kenapa cocok di Korea. Safeaa menatap penampilannya sebentar. Kemeja berwarna tosca dan rok lebar. Hijab berwarna senada yang hanya di jepit satu bawah dagu. Flat shoes berwarna gelap dan wajah hanya di poles pelembab. Sangat biasa.

"Hari ini aku ijin. Kerjaku sampai jam 7 saja." ucap Lina tersenyum.

"Ada urusan kak? Kencan?" goda Safeaa dan mendapat senyum dari Lina. Ah, dasar pasangan ini. Safeaa tahu kalau Lina dan Bosnya, Jin, sudah menjadi kekasih sejak terakhir kali malam itu. Dan Safeaa senang, karena idolanya mendapat seseorang yang menurut Safeaa cocok.

"Gimana Taehyung?" tanya Lina tiba-tiba membuat Safeaa menaikan alisnya.

"Kok, Taehyung?"

"Iya, kemarin dia tanya-tanya banyak soal kamu. Sepertinya, dia beneran suka deh sama kamu." ucap Lina menerawang.

Safeaa terkekeh kecil. "Kak, Taehyung itu siapa dan aku siapa? Mana ada idola suka dengan gadis biasa sepertiku? Lagipula, banyak perbedaan antara kita berdua. Aku tidak ingin menghayal setinggi itu. Cukup melihat dan berdekatan dengannya saja, cukup." jawab Safeaa menggeleng-gelengkan kepalanya kecil.

"Kamu gak percaya? Dia selalu membuntuti kita setiap pulang. Dia ngelihat diam-diam setiap kamu kerja. Menanyakan apakah kamu mendapat makan teratur, istirahat atau sedang kelihatan senang. Dia peduli dengan hal-hal kecil tentangmu, Fe." jawab Lina menggebu.

"Kak, hal-hal semacam itu tidak bisa langsung menjadi bukti kalau dia suka denganku. Bisa saja, dia memang kebetulan ada di situ. Atau, dia penasaran kenapa ada perempuan yang memakai hijab." kekeh Safeaa.

"Enggak, Fe. Aku berani taruhan dia beneran suka sama kamu!." gemas Lina.

Safeaa tidak menjawab lagi laporan Lina. Dia memilih diam. Tidak ingin larut terlalu jauh atau memiliki harapan cukup tinggi. Di banding itu semua, prosesnya masih sangat panjang di tempat ini. Tidak ada waktu untuk memikirkan hal-hal semacam itu. Safeaa tidak ingin menyakiti diri sendiri dengan harapan semu. Dan, semenjak ia berjumpa langsung dengan BTS, Safeaa justru menyadari bahwa dia memang hanya menyayangi mereka sebatas idola saja. Tidak ada perasaan lebih.

Sampai di kafe, Safeaa tidak bersuara lagi. Hanya Lina yang sibuk mengoceh kesana-kemari.

Safeaa segera mengganti seragam dan melaksanakan pekerjaannya. Tidak mau terlibat dengan khayalan yang Lina ciptakan.

Baru 20 menit bekerja, seorang perempuan masuk dan membuat keributan. Ia berteriak-teriak sambil menodong orang-orang di sekitar. Safeaa yang sedang mengambil barang di belakang tentu saja bingung mendapati ruangan sudah ramai dengan orang-orang berkerumun.

"Ada apa, kak?" tanya Safeaa berbisik pada seorang karyawan. Namun, belum sempat karyawan tersebut menjawab, Safeaa bisa mendengar suara menggelegar memenudi telinganya.

"TERORIS!!" kalimat itu tajam menusuk indera pendengarannya.

"Jangan mendekat, Fe!" teriak Lina.

"Maaf, nyonya. Bisakah tidak membuat keributan di kafe kami? Kami bisa memanggil keamanan jika nyonya bersikeras." ucap Lina.

"Kau mau memanggil keamanan untuk sesama warga negara Korea sepertiku, sementara membiarkan teroris masuk dan bekerja bersamamu?! Gila!! Sungguh gila!!" teriaknya.

"Apakah ada bukti bahwa dia seorang teroris?" tanya Lina masih dengan tenang. Membuat si perempuan mendadak memundurkan wajah sebentar. "Setiap orang yang memakai penutup kepala, bukan berarti dia teroris. Tidak semua orang seperti itu. Persis dengan kafe ini. Tidak semua yang kami sediakan adalah sesuai selera semua orang. Namun, hal itu tidak cukup menjadi bukti bahwa kafe ini tidak memiliki keunggulan. Sama seperti dia." jelas Lina menunjuk Safeaa.

Setelah menghela nafas panjang dan tidak ada jawaban lagi dari si Perempuan, Safeaa angkat bicara.

"Maaf kalau penampilan saya mengganggu anda. Sungguh, tidak semua orang yang memakai tudung kepala bisa anda simpulkan sebagai teroris. Saya seorang mahasiswa dengan kelengkapan data yang bisa anda cek validitasnya. Anda bahkan bisa menuju kedutaan untuk memastikan apakah kewarganegaraan saya diakui atau tidak. Saya mohon maaf atas ketidaknyamanan ini." ujar Safeaa membungkukkan badan 90 derajat. "Saya mohon, jangan membuat keributan di kafe milik bos saya. Taruhannya, saya bisa dipecat dari pekerjaan ini. Sementara hanya ini yang saya punya untuk membantu ekonomi saya selama disini." Safeaa melanjutkan kalimatnya masih dengan membungkukkan badan. Mengabaikan Lina yang bersikeras menyuruhnya bangun. Baru setelah si perempuan yang entah tidak diketahui identitasnya itu meninggalkan kafe, Safeaa mengangkat badan dan melihat Taehyung, Junkook dan Hoseok berdiri di ambang pintu. Memalingkan wajah, Safeaa memilih kembali menyibukkan diri seolah tidak terjadi apapun sebelumnya.

"Fe, kau baik-baik saja?" tanya Lina khawatir.

Safeaa hanya tersenyum dan mengangguk singkat. Kembali melupakan kejadian beberapa detik lalu. Namun, rasa sakit tidak pernah berbohong. Sekuat apa kita mencoba mengelak, pada akhirnya kalah juga. Setelah kafe di bersihkan dan Lina meninggalkan kafe, Safeaa duduk di salah satu kursi yang sengaja belum dia naikkan ke atas meja. Seluruh karyawan sudah pulang. Hari ini gilirannya membersihkan kafe.

Menatap jalanan sepi di depan kafe, Safeaa mendadak teringat keluarganya di rumah. Berat sekali rasanya. Bukan sekali-dua ia jauh dari rumah. Sejak SMA, Safeaa sudah menghabiskan waktu dengan hidup di perantauan. Tapi, hidup di negara orang ternyata tidak semudah yang dia bayangkan. Safeaa kadang merasa takut dan minder ketika berjalan sendirian. Mendapati tatapan aneh dan bertanya. Strateginya hanya mampu berpura-pura tidak melihat atau mendengar. Ia juga sudah menyiapkan diri. Bahwa akan ada hari dimana ia merasa begitu sendirian. Ketika ia di diskriminasi atas perbedaan ras dan keyakinan. Safeaa sudah menyiapkan mental dan otaknya untuk semua itu. Tapi, tetap saja semuanya terasa berat. Ia butuh seseorang untuk berbagi cerita. Jelas. Dia juga hanya gadis biasa. Butuh oranglain untuk sekedar memberinya perhatian dan ... Perlindungan (?).

Menelungkupkan wajah di atas meja, Safeaa tidak bisa menahan diri. Semuanya begitu melelahkan dan membuatnya menangis. Safeaa menangis tanpa suara. Hanya bahunya yang mulai terlihat naik-turun. Ia tidak khawatir akan ada orang memergokinya menangis sebab tidak ada siapapun di tempat itu. Walaupun argumen Safeaa harus di patahkan di menit selanjutnya. Sebab, seseorang tetiba menepuk-nepuk pelan bahunya yang entah kenapa membuat Safeaa semakin menangis kencang. Merasa mendapat pembelaan.

_

HELL-nO OPPATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang