12. Aku Baik-baik Saja (나는 괜찮아.)

8 1 0
                                    

나는 괜찮아. > naneun gwenchan-a
Aku baik-baik saja
.
.
.

Safeaa membuka mata dan kamarnya sudah gelap. Pertanda bahwa hari sudah sore, sedang Yoona dan Lina belum di rumah. Meraba sekitarnya, Safeaa baru akan membuka ponsel sebelum dikejutkan dengan nyala lampu.

"Kau sudah bangun?"

Melihat siapa yang bertanya kepadanya, Safeaa terkejut bukan main.

"Ke-kenapa kakak bisa ada disini?" heran Safeaa.

"Aku mendapat kabar kalau kau pinsan. Karena itu, setelah berlatih aku segera kesini." Taehyung menarik kursi belajar Safeaa dan duduk disamping ranjang gadis itu.

"Tapi bagaimana bisa?" tanya Safeaa lagi.

"Tentu saja bisa." senyum Taehyung. "Kau sudah merasa lebih baik?" Taehyung meletakkan punggung tangan pada dahi Safeaa.

Terkejut dengan perlakuan Taehyung, Safeaa hanya mampu menahan nafas. Sampai Taehyung menarik sebelah alis dan mengambil tangannya kembali.

"Fe, aku minta maaf." ucap Taehyung menunduk. "Tanpa memahami kondisimu, aku justru mengungkapkan perasaanku yang mrmbuatmu canggung. Bahkan aku khawatir bahwa kau pinsan karena aku." ujar Taehyung serius. "Tapi, Fe. Aku tidak akan minta maaf. Aku akan terus menyukaimu bagaimanapun kondisinya. Hingga akhirnya aku sudah menemukan langkah apa yang harus kuambil. Sampai saat itu, aku akan terus menyukaimu." yakin Taehyung.

"Kak, bagaimana kalau justru aku yang tidak bisa berhenti menyukaimu?" tanya Safeaa. Ia membenarkan posisinya dengan duduk dan bersandar di kepala ranjang. "Aku takut kalau tidak bisa menahan diriku sendiri." lanjut Safeaa. Pusing di kepalanya sudah reda. Hanya wajahnya yang masih terasa bengkak.

Taehyung mengangkat kepala dan menatap wajah Safeaa. Ia baru tahu kalau rambut gadis itu cukup panjang dengan warna pirang yang tidak begitu mencolok. Matanya terlihat lebih besar dan ada tahi lalat di bawah kiri mata gadis itu. Taehyung bahkan bisa melihat dengan lebih jelas kalau wajah gadis itu nampak merah.

"Fe, aku ingin menjalaninya dengamu. Sekarang dan saat ini. Tidak peduli akhirnya akan seperti apa. Aku hanya ingin bersamamu. Jadi, biarkan aku menyukaimu."

"Tidak masalah untuk kakak. Tapi akulah yang bermasalah. Aku takut, ketika aku tahu pada akhirnya kakak tidak bisa bersamaku, aku justru sedang cinta-cintanya. Tidak bisa menahan perasaan itu. Aku takut." Safeaa meremas tangannya.

"Jangan takut." Taehyung mencoba meraih tangan Safeaa dan tidak mendapat penolakan. "Percaya padaku. Bukan kau yang harus khawatir. Tapi, aku." Taehyung meyakinkan.

"Tapi, tidak bisakah kita hanya menjalaninya saja tanpa perlu membubuhkan label kekasih? Aku tidak ingin memutus sebuah hubungan. Sedang, kalau kita sampai menjadi sepasang kekasih dan berpisah, kita hanya akan menjadi dua orang asing. Lagi." Safeaa melihat tangannya yang di genggam Taehyung.

Taehyung diam, ia mengelus punggung tangan Safeaa dengan ibu jarinya dan menghela nafas panjang.

"Mengerti." jawabnya singkat dan tersenyum kearah Safeaa.

"Jadi?" Safeaa memastikan.

"Aku akan terus menyukaimu." jawab Taehyung dan berhasil menarik dua sudut bibir Safeaa.

Ia tidak tahu apakah yang terjadi kepadanya sekarang benar atau sekedar mimpi. Kalau sebatas mimpi, Safeaa berharap ia akan bangun lebih lama lagi. Namun, jika kenyataan, Safeaa berharap akhir yang terbaik untuk mereka.

Manusia hanya mampu mereka, selebihnya Tuhan yang menentukan.

Setelah beberapa menit diam dengan pikiran masing-masing, dan kesadaran Safeaa kembali, ia baru menyadari bahwa ia tidak mengenkan hijab. Langsung saja matanya melebar dan panik. Ia menarik paksa selimut untuk menutupi kepalanya. Dan hal itu turut membuat tubuh kecilnya tenggelam dalam selimut tebalnya. Taehyung yang melihat itu menautkan dua alis bingung.

"Apa yang salah? Kau kedinginan?" tanya Taehyung dan mendapat gelengan dari Safeaa.

"Kemudian?" tanya Taehyung lagi.

"Aku tidak mengenakan penutup kepala." jawab Safeaa.

Taehyung tersenyum. Jadi karena itu.

"Kalau kau sudah merasa lebih baik, aku akan pulang. Sebentar lagi Lina kembali." Taehyung bangkit dari tempat duduknya. "Habiskan obatmu dan segera istirahat. Ambil ijin untuk kuliahmu besok. Dan aku juga akan sibuk latihan satu bulan kedepan. Jadi, pasti jarang menemuimu. Selamat malam, Fe." ucap Taehyung mengelus puncak kepala Safeaa yang tertutup selimut.

Safeaa melihat kearah mana Taehyung keluar dan terkejut bukan main ketika ia mendapati Taehyung keluar melalui jendela. Buru-buru Taehyung berlari kearah jendela dimana Taehyung melompat. Ia bisa melihat Taehyung tengah melambai ke arahnya dengan santai sambil menampilkan senyum kotak terbaiknya. Safeaa hanya mampu mengelus dadanya lega dan balas tersenyum kearah Taehyung. Melihat hingga pria itu menghilang dibalik gerbang belakang asrama.

Safeaa menatap langit yang terlihat mendung. Berdoa dari hatinya yang paling dalam semoga segalanya berjalan lancar. Aku baik-baik saja. Meyakini bahwa semua hal yang terjadi kepadanya adalah sebuah rencan Tuhan. Safeaa hanya harus menjalaninya dengan lapang dada.

_

"Aku bukan gadis dengan jiwa religiusitas tinggi. Aku masih sering melepas jilbabku ketika pulang kuliah. Masih berkata kasar dan belum memenuhi kewajibanku sebagai umat dengan benar. Tapi, Tuhan selalu baik kepadaku. Mengabulkan semua doa dan keinginan. Memberiku apa yang kubutuhkan. Aku bukan orang baik, dengan simbol ini." Safeaa mengangkat sedikit jilbabnya. "Tapi, juga bukan orang yang kalian sebut teroris." lanjutnya.

"Seperti sebuah pohon yang berbuah. Tidak semua buahnya akan manis dan baik. Persis seperti agama. Tidak semua agama berisi kumpulan orang baik. Karena manusia diciptakan dengan pemikiran yang luar biasa. Tidak masalah dengan kalian yang merasa takut dan menganggapku teroris karena simbol ini. Karena kesalahan tidak sepenuhnya ada pada kalian. Tapi, tidak lantas kalian juga mendeskriminasi seseorang yang terlihat sedikit berbeda dan memiliki perbedaan dengan keyakinan kalian. Kenali dulu mereka, maka mereka juga akan memperkenalkan sesuatu pada kalian." Safeaa menatap orang-orang di sekitarnya.

"Kami minta maaf." ujar seorang gadis.

"Aku juga minta maaf" senyum Safeaa.

Hari ini, ia melakukan dialog interactive bersama mahasiswa lain. Menjelaskan dengan detil masalah keyakinannya. Safeaa sebetulnya sudah khawatir karena pembahasan ini adalah sesuatu yang sensitif. Tapi, ia tidak bisa hanya diam melihat lingkungan sekitarnya. Safeaa bersama mahasiswa lain sesama muslim melakukan diskusi tersebut untuk menkonfirmasi dengan harapan kesalahpahaman antara muslim dan non-muslim dapat mereda.

Safeaa tersenyum terus menerus. Bersyukur kepada Tuhan bahwa ia mendapat kemudahan. Aku baik-baik saja. Bahkan sekarang ia punya seseorang yang bisa dibagi cerita selain Tuhannya.

Satu lagi pekerjaan selesai. Sebab masalah hanyalah pekerjaan yang sebenarnya belum terselesaikan.

_

HELL-nO OPPATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang