Setelah menaiki tangga putih berpilin yang begitu indah yang letaknya berada tepat di tengah-tengah ruangan. Kini Peter berada di ruangan yang dikhususkan untuk seorang pelukis yang di masa akhir hidupnya dikabarkan telah kehilangan kesadarannya dan meninggal dalam keadaan yang penuh desas-desus. The Clore Gallery. Ruangan yang dikhususkan untuk Joseph Mallord William Turner. Seorang pelukis ternama yang menghabiskan masa-masa tuanya dalam keadaan kecewa dan tertolak. Pencarian keseniannya tak diakui dan diolok-olok. Bahkan Ratu Victoria sendiri menganggap Turner adalah sesosok aneh sekaligus sinting.
Peter memandang ke dalam ruangan yang dicat dengan warna putih dan mengamati sekilas berbagai lukisan yang tergantung dengan rapi di dinding-dindingnya. Sekarang ini, dia tengah berada di ruangan bertema Ambition and Reputation. Ruangan yang dikhususkan untuk karya-karya besar yang pernah Turner buat. Yang dalam sekali pandang, membuat siapa pun yang tertarik dengan dirinya, akan tersedot dalam aura kemegahan yang tak biasa.
Peter berjalan menghampiri salah satu lukisan yang berjudul Snowstorm - Steamboat off a Harbour's Mouth, yang ditampilkan pada tahun 1842. Sebuah lukisan yang dipenuhi dengan mitos dan kemungkinan-kemungkinan.
Melihat lukisan ini, Peter tak pernah bosan. Salah satu lukisan yang disukainya. Menggambarkan perjuangan sebuah kapal dalam pusaran air dan badai yang mengamuk. Sebuah perjuangan yang sia-sia di hadapan lautan yang bergejolak hebat dan alam itu sendiri.
Sekarang ini, kesaksian Turner di tempat kejadian dan bagaimana dia mengikat dirinya sendiri di tiang sebuah kapal selama badai berlangsung, dianggap sebagai isapan jempol. Sekedar sebagai fiksi dan metafora akan perjuangan Turner yang begitu sungguh dengan alam yang ada di sekitarnya. Peter sendiri tak peduli akan hal itu. Baginya, fiksi yang begitu menggugah itu adalah kenyataan seperti yang dirinya lihat secara berulang-ulang dalam film luar biasa milik Mike Leigh. Film yang Peter sanjung setinggi langit. Menghidupkan Turner dengan cara yang mengagumkan. Dalam film itu, Peter juga memuji-muji Timothy Spall yang memerankan Turner dengan sangat hidup. Bagi Peter, Turner adalah segalanya.
Peter memandangi lukisan Snowstorm cukup lama. Lukisan yang dalam banyak artian, lebih berkesan abstrak dan begitu modern di masanya. Bahkan kapal di dalam lukisan yang ada di depan matanya, hanyalah semburat tipis dengan tiang kecil yang ada di tengah tengah badai, yang mana badai itu sendiri tak kalah abstraknya dibandingkan keberadaan kapal yang dilukiskan dalam cara yang samar. Lukisan yang bergerak melebihi masanya. Itulah sebabnya, Peter memilih Turner.
Setelah selesai dengan ritual kesehariannya. Peter beranjak melihat Self-Potrait bertahun 1799. Lukisan yang menampilkan Turner dalam usia mudanya; dua puluh empat tahun. Usia yang membawanya memasuki lingkaran Royal Academy. Usia yang mengingatkannya akan sesosok Fredrich Nietzsche, yang mencapai puncak karir akademiknya dalam usia yang sama.
Lukisan yang kini tengah dirinya pandangi, begitulah tampan dan penuh kepercayaan diri. Lukisan ini dibuat tidak hanya untuk dirinya sendiri tapi juga untuk mengesankan para gadis, saat usianya beranjak semakin matang dan kian bergelora. Di usianya yang semuda itu, pencapaian Turner di pusat kesenian London sangatlah mengesankan. Tidak hanya sebagai yang termuda di antara para anggota akademi. Tapi pencapaian keseniannya membuat Peter begitu kesal dengan dirinya sendiri.
Saat masih kecil, Peter bahkan bersumpah akan menyaingi Turner suatu hari kelak. Tapi sumpah itu sekarang terasa cukup menyakitkan, mengingat, pencapaiannya sendiri terasa begitu kecil dan remeh.
Dia teringat akan Turner Prize.
Peter kemudian melihat Peace - Burial at Sea yang diperuntukkan untuk David Wilkie. Lukisan indah yang
bagaikan dibuat oleh impresionis, dengan balutan warna hitam yang begitu berani di masanya. Lukisan di depan matanya ini telah mengundang cukup banyak kritik. Salah satu di antaranya adalah John Ruskin yang begitu terkejut dengan warna yang Turner pakai. Sedangkan Peter, memandanginya dengan perasaan meluap karena dia sendiri menyukai warna hitam bagi lukisan-lukisannya.Setelah itu, dia memandangi sejenak lukisan Regulus yang terpengaruh dengan Claude Lorrain. Kembali berjalan sambil memandangi berbagai lukisan secara sekilas. Dan berhenti satu menit di depan lukisan The Battle of Trafalgar, as Seen from the Mizen Starboard Shields of the Victory. Kemudian berjalan lagi dan kali ini agak teringat dengan Constable, saat lukisan Buttermere Lake, With Part of Cromackwater, Cumberland, a Shower, memasuki ruang penglihatannya.
Orang-orang terlihat berdatangan. Sebagian masuk ke ruangan yang tadinya hanya dirinya yang ada di dalamnya. Sebagian lainnya hanya sekedar lewat. Merasa tak nyaman dengan situasi yang ada. Peter memutuskan untuk pergi keluar setelah memandang sekilas lukisan War. The Exile and the Rock Limpet yang tengah dipandangi dengan tajam oleh seorang perempuan muda.
Seseorang memanggil namanya saat dia tengah memandangi lukisan The Fall of Anarchy, di tengah kerumunan manusia yang agak membuatnya sebal.
"Direktur mencarimu," kata seorang laki-laki berkacamata yang usia sedikit lebih tua dari dirinya.
"Direktur?"
"Sesuatu yang penting, mungkin?" Mengangkat bahu. "Oh ya, dia bilang begini, "Suruh Peter ke sini. Ada sesuatu yang hanya dia yang bisa melakukannya." Mmm, sesuatu yang besar, Pet?"
Peter menggeleng. "Aku tak tahu," balasnya singkat sambil memandangi kerumunan manusia yang semakin membesar dan bagaikan datang secara tiba-tiba. "Hai, ada apa ini?" Sekali lagi terheran memandangi sekeliling. "Tidakkah ini aneh?"
"Kau tak tahu, Pet? Yah, memang mendadak. Collin Wiggins."
"Collin?"
"Yeah. Dia dipaksa direktur untuk menguliahi kita dengan lukisan Constable dan Turner. Aku kasihan dengan orang tua itu, kau tahu?"
Peter sekali lagi menggeleng.
"Dia tak terlalu menyukai Turner. Semoga saja dia bisa menjaga mulutnya kali ini. Banyak orang tak terlalu senang dengannya saat dia menyerang Turner di National Gallery. Yeah, aku rasa, dia bisa sedikit menahan diri. Kau tahu, sekali kau berteman dengan direktur. Yah," berdecak. "Begitulah."
"Aku tahu. Aku rasa kita sama-sama tahu."
"Apa kau masih ingin melihat Turner?"
Peter mengangguk.
Laki-laki bernama Edward Salis itu memukul perut Peter pelan. "Baiklah. Nikmati dulu pelukis pujaanmu itu. Aku pergi dulu. Ada sesuatu yang harus aku urus. Jangan lupa temui direktur. Dan lihatlah Collin. Setengah jam lagi aku rasa," melihat jam tangannya. "Ya, setengah jam lagi. Oh ya, hati-hati dengan si brengsek Vanessa. Perempuan itu menghabisi isi dompetku tadi malam. Sial. Oh, Pet, aku pergi dulu. Sampai jumpa nanti."
Laki-laki berkacamata berambut ikal itu pergi dan menghilang dengan sangat cepatnya dari pandangan matanya. Peter melihat banyak sekali anak muda, yang kemungkinan besar mahasiswa-mahasiswi kesenian dari Chelsea, yang berada di seberang jalan atau para pemain teater di Shakespeare's Globe, yang tengah lelah dengan peran tokoh Shakespearenya, berjalan bersama dengan mereka yang bekerja di Tate Modern. Untuk melihat Collins yang mereka cintai. Membicarakan Constable dan hal yang paling langka sepengetahuan mereka; yaitu Turner.
Dan sebagian dari kerumunan di sekitarnya, mungkin adalah anak-anak muda dari Royal College of Art yang sedikit agak jauh, sedang senggang dan tak sengaja menemukan acara ini seperti dirinya. Entah dari media sosial atau obrolan teman sekelasnya yang tiba-tiba bercerita dengan sangat semangatnya.Yang jelas, ruangan di sekitarnya terasa menciut dan begitu sesaknya. Peter terasa susah untuk bernapas. Tak lagi merasa nyaman untuk melanjutkan kebiasaannya. Dia pun memilih pergi meninggalkan The Clore Gallery dan memilih bernapas sejenak di ruang yang menampilkan lukisan-lukisan Burne-Jones. Seorang laki-laki yang menolak industrialisasi Victorian seperti halnya Constable. Lebih memilih menyelubungi dirinya dengan legenda, mitos, agama, dan dunia abad pertengahan.
Dan saat ini, Peter sedang berjalan agak cepat menuju ruangan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
J'Na
Actionnovel kecil. gagasannya gila. bagi kalian yang tidak hidup dalam dunia gagasan. aku sarankan menyingkir. buku ini akan ditulis cukup serius. mungkin kalian tak mudah menyukainya. bacalah genre yang biasa. percintaan anak remaja! mendekati novel ini...