XI

304 11 0
                                    

Aku tidak mengerti mengapa..

Rasa ini tetap sama..

Walaupun telah kau lukai terlalu dalam..

****

Natalia sudah siap dengan seragam sekolahnya, ia bergegas turun ke bawah untuk sarapan. Perutnya sudah berbunyi ketika mencium bau roti bakar dari bawah rumahnya.

"Neng.. mau roti isi apa?" tanya pelayan Natalia sembari mengeluarkan beberapa jenis selai.

"Isi coklat saja bi sama susu ya." Natalia menjawab kemudian berpaling ke hapenya. Pesan singkat dari Jeremy semalam membuatnya sedikit males ke sekolah karena harus bertemu dengan seorang brengsek yang membuatnya mati dengan kata 'cinta'.

"Ini neng.. hati-hati panas ya. Baru selesai bibi panggang." ucap pelayan itu ketika meletakkan sepiring roti bakar coklat di depan Natalia.

"Makasi bi." ucap Natalia singkat kemudian langsung memakan roti bakarnya.

***

Alex turun ke bawah rumahnya ketika mendengar keributan adu mulut yang terjadi.

"KAMU NIH YA! MAMA KIRIM KE NEW YORK BUAT BELAJAR. BUKAN NGEJAR CEWEK GAK BENAR." Suara teriakan dari mama Alex terdengar semakin jelas ketika Alex telah berada di depan mama dan kakaknya.

"Sarah itu bukan cewek yang enggak benar ma." Bredy menjawab dengan nada santai seolah ia tidak peduli.

"APA MAKSUD KAMU? MASIH SEKOLAH TAPI PERUTNYA UDA BUNCIT? ITU BUKAN CEWEK ENGGAK BENAR?" Mama Alex semakin menaikkan nada suaranya.

"Ada apa sih ma?" Alex bertanya dengan wajah tenang.

"Kakak kamu, ternyata selama ini dia cuman ngurusin cewek enggak benar. Intinya mama kecewa sama kamu Bredy." setelah mengucapkannya, mama Alex berlalu menuju kamarnya.

Alex tersenyum miring melihat Bredy terduduk di sofa tanpa sepatah kata.

"Karma lo bajingan.." Alex mendecih.

Kemudian ia mengambil kunci mobilnya dan pergi ke sekolah.

***

Natalia sampai di sekolah dan memarkirkan mobilnya di parkiran khusus. Seperti biasa, ketika ia turun semua pasang mata ada padanya. Ia hanya berjalan tak acuh namun langkahnya terhenti ketika Jeremy datang menuju ke arahnya.

Cowok itu tersenyum tulus dan ada tatapan teduh seolah rasa bersalah itu masih ada. Natalia menatapnya datar.

"Nat.. Nanti istirahat bisa ketemukan?" Jeremy bertanya dengan suara lembut.

DEG..

Jantung Natalia berdetak ketika Jeremy bertanya dengan suara lembutnya. Natalia memang sangat membenci cowok itu, tapi entah mengapa ia tidak bisa banar-benar membencinya.

Kalo enggak penting gue gak ada waktu. Natalia menjawab dengan wajah datar padahal hatinya sangat sakit mengingat orang di depannya bukan lagi miliknya.

Jeremy terkekeh pelan mendapati sifat Natalia yang semakin hari semakin dingin kepadanya. Ia sangat rindu dengan Natalia yang hangat. Padahal disini, ia juga tersakiti.

"Bisain ya Natty? Kali ini aja." Jeremy tersenyum hangat, berupaya dapat mengubah Natalia kembali.

Natalia ingin sekali menangis saat ini juga. Ia rindu dengan cara Jeremy menatapnya tulus seolah Natalia menjadi yang pertama dan terakhir.. Dengan cara Jeremy tersenyum hangat kepadanya, meyakini bahwa semuanya akan baik-baik aja. Sentuhan lembut Jeremy ketika membelai pipi Natalia saat ia menangis. Perlakuan manis Jeremy seolah Natalia ialah seorang putri. Bagaimana Jeremy membuat dirinya benar-benar diinginkan di dunia ini ketika tidak ada seorangpun menginginkannya.

Bad Boy & Cold Girl? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang