XIX.

112 6 0
                                    

Untuk apa kita berharap?

Mengharapakan sesuatu yang sia-sia

Walapupun kita sudah tahu,

Apa yang akan terjadi akhirnya..

Apakah kita berharap,

Karena tidak bias menerima realita?

***

Semua orang sedang berkumpul di ruang tamu. Hari ini adalah hari Alex berangkat ke Amerika. Suasana terasa canggung, mungkin yang lain menyadarinya dari aura Alex dan Natalia.

Alex sudah siap dengan 2 koper besar hitam yang akan ia bawa. Kelihatannya ia akan berada disana dengan waktu yang cukup lama.

"Safetrip Lex, lo gue anterin aja ya?" Bara memegang bahu Alex.

Alex tersenyum, "Gapapa Bar, Pak Asep aja yang anterin gue sampe bandara.". Bara mengangguk.

"Hati-hati Lex, jangan lupa tujuan lo apa dan cepat selesain biar bias cepat balik." Adrian meninju pelan tangan Alex dan dibalas anggukan olehnya.

Max berjalan ke arah Alex dan mengajak dia tos, "Goodluck, jangan lupa lo masih ada cewek disini." goda Max. Alex hanya melirik Natalia ketika Max berkata cewek ia disini.

Marisa, Yessy, Sasa dan Tiara satu per satu mengucapkan salam perpisahan untuk Alex. Sekarang tiba giliran Natalia. Semua yang berada disana mengerti kondisi dan pada bubar mencari aktivitas masing-masing.

Natalia tersenyum seolah semua baik-baik saja. Ia sama sekali tidak berani menatap Alex karena pasti ia bakal menangis bila melihat bola mata itu. Jadinya ia hanya menunduk dengan tangan yang ia genggam sebagai tumpuan kekuatan.

"Goodluck Lex, jagain dia dengan benar. Gue tau sih tanpa gue kasih tau, lo juga pasti bakal jagain dia dengan penuh kasih saying. Mungkin yang lebih butuh lo itu dia dibanding gue. Semoga lo bahagia dengan orang yang selalu lo khawatirin selama ini dan yang paling lo peduliin. Jangan telat makannya dan istirahat yang cukup. Thank you Lex.".

Natalia pergi meninggalkan Alex dengan air mata yang bercucuran. Alex hanya dapat diam sekali lagi melihat Natalia yang melangkah semakin menjauhinya.

Ini bukan mau gue Nat. Andai lo tau orang yang paling gue khawatirin dan peduliin itu cuman lo. Maafin gue yang hanya diam bukannya menarik lo ketika lo pergi Nat. Gue terpaksa ngelakuinnya, karena ada nyawa yang terancam. It's not just one, but two. Semoga lo bisa tungguin gue dan dengerin penjelasan gue suatu hari nanti. Please tungguin gue Nat.

***

Sudah sebulan lebih Alex pergi dan tidak memberi kabar. Natalia mencoba melupakan tentang Alex, walaupun sulit tetapi sedikit berhasil. Dukungan yang ia dapat dari teman dekatnya seperti bermain, menghibur sungguh membantunya.

Banyak yang mencoba untuk mendekati Natalia, namun ditolak semua. Bahkan ia ada penggemar rahasia yang setiap hari selalu menaruh coklat di atas mejanya. Ia menolak bukan karena ia terikat status hubungan dengan Alex. Toh mereka dalam hubungan itu juga hanya sebagai taruhan.

Melainkan karena ia tidak mau mereka jadi pelampiasan ketika ia sedang mengobati sakitnya. Biarkanlah ia sembuh dahulu dan siap untuk disakiti lagi.

Natalia janjian dengan Marisa dan Yessy untuk nongkrong di café kopi ternama, Tiara dan Sasa tidak bias datang karena sibuk dengan aktivitas masing-masing. Tiara sibuk berkencan dengan Bara dan Sasa memiliki jadwal pemotretan majalah kecantikan.

Natalia dapat melihat teman-temannya pintu masuk café tersebut yang terbuat dari kaca tembus pandang. Yessy melihat kehadiran Natalia dan melambaikan tangannya. Natalia balas tersenyum dan menghampiri mereka.

"Hai Nat, tumben engga telat." ujar Marisa kemudian meminum coffee lattenya.

Natalia tertawa mendengar sindiran halus Marisa, "Enggak macet jalannya Mar.".

Marisa mengangguk dan tersenyum.

"Nih Green Tea Caramel lo Nat, gue pesenin sekalian soalnya antriannya panjang banget tuh." ujar Yessy sambil melirik ke arah kasir.

"Thank you. Yes." ucap Natalia.

"So Nat, udah ketemu siapa penggemar rahasia lo siapa?" tanya Marisa.

Natalia memutar bola matanya karena ia tahu pertanyaan Marisa bukanlah sebuah pertanyaan. Tetapi sebuah ejekan.

"I'm kidding Nat." Marisa tertawa begitu juga Yessy.

"Stop laughing guys. How about you Mar. Masih belum diterima sama Adrian?"

Wajah Marisa langsung berubah menjadi wajah dengan bibir bebek, "Boro-boro diterima, udah capek gue ngejar dia terus Nat. Lagian dia juga udah dijodohin sama mamanya.".

"Jangan putus asa gitu dong. Ada harapan lagi kok Mar. Mereka masih dijodohin, belum tunangan atau nikah kali." ucap Yessy dengan nada tahan tertawa.

Marisa melirik Yessy dan tersenyum lesu, "Berharap untuk sesuatu yang sia-sia kali Yes. Yang ada kalo engga sesuai harapan guenya dead. Dia juga engga pernah ngelirik gue, kayaknya dia udah terlanjur cinta sama cewek yang dijodohkan sama dia ya." Marisa terdengar pasrah.

"Jadi lo mau give up nih Mar?" tanya Natalia.

Marisa mengangguk lemah dan beralih ke Yessy, "Lo gimana Yes sama Max?".

Yessy tidak terlihat semangat ketika mendengar nama itu, "Gue tuh ibarat jemuran yang udah kering tetap aja digantung Mar. Digantung terus sampe jemurannya bau terus dicuci ulang digantung lagi. Gitu-gitu aja siklus gue.".

Natalia tidak dapat nahan tawanya melihat nasib malang teman-temannya tentang hubunga asmara mereka. Tunggu tunggu, emang hubungan asmara dia sebagus apa? Bukankah ia lebih malang? Ditinggal oleh dua cowok yang sangat ia sayanagi demi cewek lain.

"Gak udah ketawa lo Nat, kita semua sama aja. Jangan-jangan kita ketularan sama penyakit hubungan asmara lo yang sial terus ya Nat." ucap Yessy dengan wajah sedikit kesal.

Natalia melirik Yessy dan berhenti tertawa kemudian tersenyum, "Enak aja lo Yes, lihat nih yang ketiga kali pasti engga bakal gagal.".

Marisa menoleh kepada Natalia, "Emang siapa Nat yang ketiga? Status lo aja masih tertanam tuh.".

Natalia tersenyum kecut, "Ya gatau, siapa aja. Yang pasti gue engga boleh gagal lagi. Semoga gue dapat cowok yang engga brengsek, engga ninggalin, sayang dengan tulus, pokoknya gue gamau lagi disakiti. And, hmm status? Siapa yang peduli tentang status taruhan ini. Gue tinggal nunggu gengsi Alex untuk mutusin gue dan kalah duluan demi bisa jalani hubungan baru dengan Sarah.". Natalia tersenyum sinis.

Yessy dan Marisa menepuk bahu Natalia untuk memberi semangat. "Lo udah lupain si brengsek itu kan Nat? You deserve better." ujar Yessy.

Natalia mengangguk, "I think so. Gue juga berhak bahagia.".

Yessy tersenyum dan berkata, "Kalo hubungan ketiga lo berhasil, lo bisa belanja sepuasnya pake kartu kredit gue. But tenang aja, hubungannya engga base on taruhan. Ada syaratnya. Kalian harus beneran fall in love satu sama lain. Agree?".

Natalia tampak berpikir dan ingin menjawabnya. Namun belum sempat ia menjawab, seseorang memanggil namanya.

"Hey Nau.".

Natalia diam mematung, hanya seseorang yang memanggil ia dengan sebutan Nau. Teman masa kecilnya yang sejak kelas 3 SD pindah ke Inggris karena urusan pekerjaan orang tuanya. Apakah dia sudah kembali?

Claurando Astiano

***

Hope y'all enjoy it.

Love, PizzaBacon

Bad Boy & Cold Girl? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang