XII.

296 11 4
                                    

Sadarkah kau?

Bahwa disini aku-pun terluka..

***

"Segampang itu lo bilang?" tanya Natalia sinis, dengan gerakan cepat ia menghapus jejak air matanya yang sempat keluar dari kelopak matanya.

Jeremy terpaku seat ketika melihat Natalia menangis. Ia ingin menggapai tangan Natalia namun cewek itu keburu mengelak. "Nat.. maafin aku ya? Aku enggak bisa menolak perjodohan-" ucapannya terpotong saat jemari panjang menutup mulutnya.

Natalia tersenyum miring kemudian ia mengangguk tanda mengerti. "Penyesalan lo enggak ada artinya lagi sekarang." Natalia kemudian melangkahkan kakinya dari hadapan Jeremy.

Jeremy hanya bisa menahan kekecewaan dan kesedihan dalam hati, padahal hatinya juga sangat terluka. Siapa yang tidak terluka saat melihat orang yang ia sayangi menangis di hadapannya? Terlebih karena ulah dirinya sendiri?

***

Line!
Alex Levis

'Hey sweet! Kenapa enggak ke kantin tadi? Lo pasti laparkan? Gue tungguin di rooftop.'

Natalia menatap datar ke layar hapenya, ia ingin sekali mengabaikan pesan dari Alex. Tetapi dengan mood yang sangat hancur, hanya akan jadi sia-sia bila ia masuk ke kelas dan mengikuti pelajaran karena tidak ada yang bakalan masuk ke otaknya.

Natalia melangkahkan kakinya menuju rooftop sekolah. Koridor sekolah tampak sepi, hanya dilewati oleh satu-dua obe yang sedang bersih-bersih dikarenakan bel tanda masuk sudah berbunyi sejak 10 menit yang lalu.

"Hey princess!" senyum manis mengembang di wajah tampan Alex.

Asap menggumpal yang keluar dari mulut Alex mengundang tatapan tajam Natalia.

"Sini duduk, gue udah beliin nasi goreng sama air mineral." ucap Alex yang masih belum peka dengan tatapan tajam Natalia.

Cewek itu kemudian membuka tutup botol air mineral yang dibelikan Alex dan menuangkannya tepat di wajah Alex ketika cowok itu hendah mengisap kembali batang racun itu.

"Shit..!" umpat Alex dengan wajah yang basah dan baju yang basah kuyup.

Natalia tidak memedulikannya dan duduk di sebelah Alex. Lalu ia mulai memakan nasi goreng yang dibelikan Alex karena perutnya sudah meronta agar diberi asupan.

"Kok gitu amat sih sama cowok sendiri sweet?" Tanya Alex dengan suara tenangnya.

"Lo taukan gue anti sama rokok?" Natalia masih saja lahap memakan nasi gorengnya.

"Omong-omong kenapa lo tadi gak ke kantin?" Alex menatap lurus ke depan.

"Gue ada urusan tadi." jawab Natalia singkat.

"Sama mantan lo?" tanya Alex kemudian mengalihkan tatapannya ke arah Natalia. Yang ditanya hanya mengangguk.

'Ms. Sarah semakin hari semakin memburuk keadaannya tuan.' pesan singkat dari nomor yang tidak diketahui itu membuat Alex megepalkan tangannya hingga urat tangannya keliatan.

Natalia yang menyadari perubahan emosi Alex melihatnya.

"Ada masalah?" tanya Natalia.

"Lo masih mau disini Nat?" bukannya menjawab pertanyaan Natalia, Alex malah menanyakan balik.

"Ya. Lo mau kemana emang?" tanya Natalia ketika Alex bangkit dari duduknya.

"Gue mau cabut, ada urusan. Gue dluan ya sweet." ujar Alex, ia kemudian mengacak lembut rambut Natalia sebelum akhirnya pergi darisana.

Perasaan-perasaan aneh tiba-tiba memeluk Natalia, seolah ada hewan-hewan yang beterbangan di perutnya. Natalia menggeleng pelan, menolak pernyataan-pernyataan aneh yang muncul di kepalanya.

***

Alex turun dari mobilnya setelah ia sampai di depan rumahnya. Dengan langkah tergesa-gesa, Alex menyusuri tangga rumahnya dan masuk ke kamar kakaknya.

Ia melihat cowok berambut coklat tua itu sedang bercumbu dengan seorang cewek. Tanpa menunggu aba-aba, Alex melayangkan satu pukulan tepat di wajah kakaknya.

"BERENGSEK LO!" bentak Alex.

Cewek itu kelihatan ketakutan sehingga ia memilih keluar dari rumah itu dengan terbirit-birit.

Bredy tersenyum miring melihat adiknya yang sedang dipenuhi amarah. "Kenapa?"

"Lo biarin Sarah sendirian nanggung semuanya sedangkan lo disini bercumbu sama cewek lain? Kurang brengsek apa lo?" kilatan dari tatapan Alex telah membuktikan bahwa ia memang sedang marah besar.

Bredy terkekeh pelan. "Mantan lo itu? Salah dia sendiri lah udah punya cowok kegatelan sama gue." ucap Bredy tanpa rasa bersalah sedikit pun.

"Tanggub jawab lo! Urus Sarah yang benar dia lagi butuin lo sekarang." ujar Alex sebelum berlalu darisana.

"AARGH." Bredy menarik rambutnya dengan frustasi.

***

Langit yang semula berwarna biru keunguan itu akhirnya berubah menjadi biru gelap yang akan berubah menjadi hitam. Satu penerang langit hitam itu, benda bulat yang ditemani oleh bintang-bintang berkeliaran.

Alex sedang berada di café yang biasanya menjadi tempat tongkrongannya bersama Max, Adrian dan Bara.

"Guys, kalo kita ke puncak pada mau ga?" tanya Adrian.

"Gue bisa-bisa aja si tapi Tiara ikut biar asik aja gitu." ucap Bara dengan senyum aneh tercetak di wajahnya.

"Bucin lo Ra, jadian aja belum." Adrian tersenyum mengejek.

"Sialan ya. Bentar lagi juga jadian kok." Bara menjawab dengan senyum tercetak di wajahnya.

"Weekend aja mau engga?" tanya Max.

"Ayo aja, nginepnya dimana Max?" raut wajah Bara menunjukkan ekspresi kebingungan.

"Vila Alex aja. Dia punya kok vila di puncak. Ya engga Lex?" tanya Adrian kepada Alex, namun yang ditanya hanya menatap lurus ke depan dengan pikiran bercampur aduk.

"Lex?" tangan Max bergerak kiri kanan di hadapan wajah Alex.

"Hah? Kenapa?" tanya Alex setelah bangun dari lamunannya.

"Lo mikirin apa sih?" Adrian memotong steak yang ia pesan.

"Abaikan aja engga penting. Oh iya kalian tadi bahas apaan?" Alex menatap mereka satu per satu.

"Makanya jangan mikiran cewek terus, gue yakin lo pasti mikirin Natalia yakan?" ujar Bara dengan senyum menggoda.

Alex tidak menggubris ucapan Bara karena dia emang bukan memikirkan Natalia melainkan, Sarah Angelina. Ia tidak bisa membohongi perasaanya bahwa ia khawatir dan sangat rindu gadis itu. Tapi apa daya nasi jadi bubur, semua terjadi dengan sangat cepat. Ketika Bredy, kakaknya sendiri satu kasur dengan gadis itu.

Sakit dan patah hati sangat ia rasakan, tetapi rasa cintanya terlalu besar hingga membutakannya. Alex tidak bisa membenci dan marah dengan gadis yang telah mengkhianatinya. Bisa dibilang penyebab cowok itu menjadi seorang playboy adalah karena masa lalunya yang pahit.

"Jadi tadi kita rencananya mau ke puncak weekend ini. Kalo tinggalnya di vila lo gapapakan Lex?" ujar Max dengan senyum tipisnya.

"Gapapa, emang buat nginep kok tuh vila, engga kepake juga." ucap Alex.

"Lex lo udah jadian sama Natalia kan? Ajak aja biar seru." saran Bara walaupun ada maksud tersembunyi dari sarannya itu.

Alex mengangguk singkat, ia yakin Natalia tidak akan mau diajak olehnya pergi ke puncak.

"Lo aja deh Bar. Natalia kayaknya engga mau kalo Alex yang ngajak. Mending lo ajak si Tiara aja." ujar Max pengertian.

Bara mengangguk semangat dan mengacungkan jempolnya tanda mengerti akan perintah Max.

***

To be continued.

Hope y'all enjoy!

Love,

PizzaBacon

Bad Boy & Cold Girl? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang