[o] rupa, tawa, asa

2.1K 447 128
                                    

(wajib denger lagu yang di mulmed.)

«terus bertahan meski tersesat dalam gelap. perihal waktu, di saat yang baik, dengan sendirinya ia akan menuntunmu menuju sang lentera.»

edelweiss - fiersa besari

sejenak jarinya fokus mencipta kostum sebuah minatur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

sejenak jarinya fokus mencipta kostum sebuah minatur. siapa sangka, pikirannya ternyata berkelana kemana-mana. "gue ga heran, ce, kalau lo ambisius soal peringkat dan nilai."

"kok? maksud lo?"

"sesuatu membentuk sesuatu," ia memutar kursi, ingin menatap pupil gadis itu terang-terangan. "ya ibaratnya, bayi enggak langsung dewasa. ada prosesnya-"

"terus lo pikir ada suatu hal yang bikin gue jadi bersikap kayak gini?"

"lo ga boleh mendam masalah sendiri, cea. manusia itu makhluk sosial. kita punya batas kesabaran."

dirinya tidak pernah suka saling tatap. menurutnya, mata adalah objek tubuh yang paling naif. selalu jujur. "gue orang yang susah percaya sama orang lain."

"kenapa?"

"gue benci ketika orang-orang ninggalin gue begitu gue jujur sama mereka."

cekatan lucas meraih kelingking perempuan itu. kemudian ditautkan pada kelingking miliknya.

"hey hey, look at me," dipalingkan wajah oceana agar balik menatapnya. "maka gue janji akan jadi orang pertama yang tetap ada di samping lo. bahkan ketika lo ga bisa jujur sama diri lo sendiri."

biar kata oceana tidak pekaan, setidaknya dia mahir membedakan antara yang tulus dan main-main. dan kata-kata lucas tadi sore perlu diakui benar-benar tulus.

ya tapi kodrat, lubuk hati terdalam oceana memang sulit untuk berbicara apa adanya.

ketukan di pintu membuat buyar. "oceana, kamu udah belajar? inget ya, kamu ga boleh makan sebelum belajar."

"iya, bu."

jam 7 malam. biasanya, gadis itu baru bisa makan malam jam 8. satu jam digunakan dahulu untuk belajar, peraturan keras dalam keluarga.

kedua orang tuanya memang sudah kehilangan akal. menyiksa jiwa maupun raga oceana disebabkan sebuah keinginan yang harus terpenuhi.

bertahun-tahun hidup beriringan dengan benalu dari masa lalu, tentu tidak ringan. depresi menghantui kemanapun jejak kaki perempuan ini melangkah.

tak berselang lama, pintu tiba-tiba didobrak paksa. pria paruh baya masuk dengan amarah. "hey, anak sialan! sini kamu!"

oceana menyahut dengan gelengan. dia berlari ke pojok kamar. miris batinnya, ketika menatap ayah sendiri seakan melihat monster yang siap menerkam.

Mereka dengan CeritanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang