«tidak ada ucapan manis yang menjamin jika perpisahan tidak akan terasa menyakitkan. sebab, tidak akan ada sebuah pamit yang baik-baik saja.»
♪ pamit - tulus
(sudut pandang felix)
tahun baru, hari baru, di negara lalu. australia, pagi, apa kabar?
aku sendiri, menapakki karpet bandara layu. kakiku sukar melangkah, namun ada perasaan runtuh yang harus segera ditata ulang.
orang-orang mendadak berang di tempat ini; ada yang ingin buru-buru pulang ke rumah untuk kembali ke pelukan yang disayang, lalu ada yang ingin pindah ke tempat lain karena ingin kabur dari kenyataan.
dan aku?
aku tidak pernah tahu membutuhkan bandara untuk apa.
baru saja aku meninggalkan negara orang yang kudamba, kini, akan kuajak diriku minggat lagi ke mana?
"dek felix, mari, anda sudah ditunggu di rumah."
bernapas belum pernah sesesak ini. mengukir lengkung sabit setulus yang aku bisa. "bapak pulang duluan aja, sama tolong bawain koper saya ya, pak. bilangin sama ayah ibu saya mau jalan-jalan dulu sebentar."
"baik, dek."
menghampiri ambang pintu, wajahmu tetap jadi sepenggal lukisan yang sulit aku keluarkan dari benak.
cea, arah jejak ini akan kubawa ke mana? kembali lagi ke jakarta, atau menetap di australia?
bukan bau tanah kelahiranku yang berubah, melainkan perasaanku yang kini terpecah.
kings park.
11 tahun lampau, aku berkunjung ke sini. kubawa harapan agar sanggup memulai lembaran baru-seharusnya semudah itu. tetapi, nyatanya pindah ke ibu kota australia barat kini menjadi keputusan terburukku.
sahabat kecil yang paling kusayang, yang sekarang sudah berhasil merobek inti jantungku, kala itu menangis di rumah pohon kami saat aku bilang bahwa aku akan pergi.
jemari mungilnya merampas koper toy storyku, air matanya berjatuhan ke kaus. "ka-kalau felix pindah.. ce-cea sa-sama siapa..."
"ih, cea ga boleh cengeng!" aku mencubit pipi gembulnya. "kan, cea masih bisa main masak-masakkan sama lami, masih bisa main layangan sama seungmin..."
"tapi cea sayang felix!" rangka tubuhnya memeluk ragaku, hangat dan hampir buat tamengku luluh.
"ce-cea, felix ga bisa napas..."
"biarin! biar felix pingsan terus ga jadi pindah ke australia."
"hahahahahaha, cea... cea..."
"kok malah ketawa?!"
"cea, dengerin felix dulu," aku melepas dekapannya. "felix ga bakal lama-lama kok di australia."
"janji?"
"janji! nanti pas pulang, felix bawain koala yang banyakkkkkk...."
"ah, tapi cea masih marah sama felix! felix jahat!!!!"
dalam jiwa aku tahu, dia ini keras kepala. terbukti, dia murung lagi. menuruni undakan di pohon, mempercepat jalannya seraya mengepalkan tangan siap meninju apapun yang menghalanginya.
ada apa, cea-ku?
apa sudah benar-benar kamu format dari memorimu? kamu ngambek karena aku tidak membawakan koala? kenapa, cea, kenapa kamu sama sekali tidak ingat padaku?
andai kamu tahu, melegakan sekali saat sadar bahwa asap ibu kota tak banyak merubahmu. kamu masih gitu-gitu aja; galak, judes, batu, keras kepala.
kali pertama mendapatkan kamu berdiri di depan kedai kopiku-aku sengaja membangunnya khusus untukmu yang selalu cinta kopi-hujan dan kuyup.
lihat, kan, betapa semesta begitu manis mempertemukan kita kembali.
mulanya, ingin langsung kudekap fisikmu yang menggigil itu. kuurungi, sebab takut di kira penculik asing. maka dengan gemetar kuat yang kusembunyikan, aku membuat topik random.
ingat tidak, acaknya aku bertanya, "kenapa kamu tidak suka teh?"
bodoh, dari kecil kan kamu memang sudah benci pada rebusan daun teh itu. kendati sepasang bola matamu mengolokku aneh, kesekian kalinya aku merasa bahagia sampai memperpanjang percakapan.
by the way, aku sudah kuliah, lho, jurusan matematika. aku diperbolehkan loncat kelas-tidak tahu kenapa, ayah sama ibu ga bilang.
iya, aku izin pulang sebentar. berbekal rasa kangen, semalam suntuk aku mencari akal supaya radarku bisa menemukanmu di tengah padatnya jakarta.
rinduku belum tuntas, aku berkeinginan menyambangimu ke sekolah, memakai muslihat dengan mengenakan baju SMA.
tak ada hal lain yang aku pikirkan, aku cuma ingin bertemu dengan penawar perasaanku. harian minggu di apartemen dan yang aku pikirkan cuma cara agar bisa jujur padamu.
sengaja tidak aku beritahu, jikalau aku ialah teman waktu kecilmu; yang suka memberimu stroberi, yang mengenalkanmu komik detective conan, yang selalu bercerita mengenai woody dan buzz lightyear.
aku mau kamu tahu sendiri. aku mau kamu berlari ke dalam rentangan lenganku, kemudian berteriak di sebelah telingaku. "FELIX!!!!!! AKU KANGEN, IDIOT!!!!!"
menyiksa, kamu sama sekali tidak sadar.
parahnya, begitu lancar kamu bilang kalau hatimu telah direbut adam lain.
lihatlah, kini, semesta berbalik mengkhianati. mengulangi perkara sakit hati yang 11 tahun aku lalui seorang diri.
kulihat di sudut galaksi, saturnus mencemoohku;
bahwasanya, cuma aku yang menyimpan rasa dan bersembunyi di balik panggilan singkat, sahabat.
wAD00 BERAD YA LIX BERADDDDDD
kolom menghujat →
KAMU SEDANG MEMBACA
Mereka dengan Ceritanya
Fanfiction"Hai, Oceanaku, Sayangku, Lautku, sumber tenang dari segala gundahku. Tanggal berapa dan bulan apa kamu membuka tulisan seadanya ini?" // status: finished featuring: lee felix //