19

1.3K 45 0
                                    

Disclaimer, di bab kali ini akan mengandung adegan yang cukup menganggu bagi sebagian orang, dimohon kebijakannya saat membaca bagi yang belum memenuhi umurnya silahkan untuk tidak membaca bagian ini.

Disclaimer, di bab kali ini akan mengandung adegan yang cukup menganggu bagi sebagian orang, dimohon kebijakannya saat membaca bagi yang belum memenuhi umurnya silahkan untuk tidak membaca bagian ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Johannes menatap Kenan dengan penuh tawa, sejujurnya dia sama sekali tidak marah dengan Kenan justru lelaki itu merasa senang ternyata orang yang menikahi Aelyn adalah Kenan.

"Thanks bro. Aku harap kamu gak buat dia menangis seperti aku dulu" Johannes merangkul pundak Kenan sambil menatap Aelyn yang tengah membuatkan minum di dapur.

"Aelyn, tapi kita tetap bisa jadi sahabat kaya dulukan? Sebelum kita jadian? Sama-sama Winter juga" Aelyn tersenyum.

"Iya. Boleh banget, aku malah senang kalau kita masih bisa akrab."

Akhirnya obrolan malam itu ditutup dengan tawa ringan mereka bertiga. Sepulangannya Johannes Kenan langsung pergi begitu saja ke kamarnya. Menyadari perubahan mood Kenan secara tiba-tiba perempuan itu mengikutinya hingga ke kamar. Setelah berganti pakaian menjadi gaun tidur Aelyn kembali menatap Kenan yang menyibukkan diri dengan kerjaannya. Melihat Kenan yang sangat fokus dengan laptopnya di atas ranjang itu, Aelyn iseng mengganggunya. "Kenan..." panggil perempuan itu. Kenan masih tak menggubrisnya dan semakin ditenggelamkan pada pekerjaannya. Kenan hanya mengangguk beberapa kali menanggapi sesuatu di balik laptopnya.

"Huh. Dia kenapa sih? Kesal gara-gara pagi tadi? Atau yang barusan?"

Merasa diabaikan oleh Kenan Aelyn mendapatkan ide. Dia naik kedalam pangkuan lelaki itu dengan posisi menghadap kearahnya. Kenan yang terkejut langsung melepaskan sebelah earpods yang terpasang ditelinga kanannya kemudian tangan Kenan bergerak cepat merubah posisi laptopnya. Wajah Kenan terlihat tegang kali ini, bukan tanpa alasan, tapi ternyata lelaki itu tengah melakukan meeting dengan petinggi perusahaan termasuk papanya yang cukup kaget melihat anaknya dan menantunya itu. Masih dalam posisi tegang itu, dari layar kamera hanya terlihat langit-langit kamarnya, tangan Kenan langsung mematikan kamera laptop dan mute micnya.

"Ael...kamu tidak liat aku lagi kerja?" suara Kenan terdengar tegas kali ini.

Mendengar nada bicara Kenan yang cukup tegas itu tidak membuat Aelyn ciut kali ini. "Gak, gak liat. Suami aku habisnya cuek banget" dengan suara yang teredam di ceruk leher Kenan itu membuat lelaki dewasa seperti Kenan mati-matian menahan diri.

Kenan memegangi pundak Aelyn, membawanya untuk saling tatap. Kedua mata mereka saling beradu, masih dalam posisi yang intens itu berulang kali nama Kenan di panggil.

Dia berdeham, "Maaf saya tidak menyalakan kamera karena ada hal mendesak. Jadi, kegiatan yang dilakukan nantinya berupa pelelangan yang hasil didapatkan akan kami salurkan sebagai dana amal ke panti asuhan" Kenan menghela nafas panjang "S-selain lain itu akan ada kegiatan lain, saya rasa sisanya akan saya lanjutkan di pertemuan besok karena saat ini saya merasa tidak enak badan saya izin leave dari meeting terimakasih"

SerenityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang