SUARA GEBRAKAN MEJA Berhasil membuat orang-orang didalam ruang meeting pagi itu terdiam. Sudah seminggu ini atasan mereka menjadi lebih temperamen. Tak ada yang berani membuka suara, semuanya terdiam dengan kepala tertunduk. "Kalian tahu? Yang kalian buat ini sapah? Mana mungkin klien kita mau liat gambaran seperti ini. Dan belum lagi proposal yang di revisi kenapa semakin hancur??"
Lelaki bersurai coklat dan bermata madu itu mengacak rambutnya penuh gusar. Dia kembali mengambil map hitam di atas meja. Membaca isinya dan lagi dia kembali di buat kesal.
"Kalian kerja bisa tidak sih serius? Ini apa?! Revisi! Nanti malam kirim ke saya, rapat hari ini kita bubarkan." dia berdiri dari tempatnya, berjalan dengan wajah datar dan tatapan tajam menuju satu tujuan, mobilnya.
Didalam mobil lelaki itu mengendurkan dasi yang terasa sangat mencekiknya. "Menyebalkan! Kenapa semuanya kacau begini?" kesalnya sambil memukul stir mobil.
Bahkan kepalanya detik ini juga ingin pecah rasanya. Dia sangat kesal dengan kinerja karyawannya. Bukan hanya masalah perusahaannya tapi ini studio arsiteknya juga gambaran yang mereka desain benar-benar hancur berantakan. Walaupun ada beberapa yang lumayan tapi tidak bisa di pungkiri lebih banyak kacaunya.
Sebuah dering pada ponselnya menyadarkannya. Nama Han asistennya terpampang di layar ponselnya. "Ada apa?"
"Saya bersama nona Mirae dan tuan Joan di apartemen anda" dia menghela nafas panjang dan kemudian melajukan mobilnya menuju apartemen.
Setengah jam dia tiba di parkiran apartemen, berjalan dengan langkah lambat menuju lift. Dia tiba di lantai lima tempat apartemennya berada, sekilas dia melirik apartemen sebelah yang masih tidak ada kehidupan dan berpura-pura tidak peduli.
Dia memasukkan sandi pintu, dengan wajah datarnya menatap tiga orang didalam apartemennya.
"Kenan, akhirnya kamu kembali juga. Tapi—kenapa wajahmu terlihat sangat menyebalkan??" Kenan menghempaskan tubuhnya ke atas sofa.
"Lelah. Banyak revisi dan kacau." ketiganya mengangguk serempak.
"Tadi—papa berpesan menyuruh kami menanyakan keputusanmu tentang Aelyn. Karena seminggu lagi sudah sebulan. Kamu harus menentukan pilihanmu Kenan" lelaki itu menarik dasinya hingga terlepas seutuhnya lalu melemparkannya ke atas meja didepannya.
"Menurutku akan lebih baik kalau kamu segera menikah" usul Han.
"C'mon, aku tidak bisa. Menikah? Kalian pikir pernikahan itu mudah?? Sudah cukup Hana tidak lagi Aelyn" Kenan menatap tiga orang di hadapannya.
Tiga orang itu mendengus, salah satunya berdiri. Lelaki berperawakan tinggi besar dan berwajah Korea asli. "Nan, tapi ini kesempatan bagus. Ada yang membantumu mengurus Doha. Aku yakin dia orang baik"
"Nope! Han cukup"
Joan berdiri menghampiri saudaranya. "Tapi keputusannya tinggal seminggu Kenan. Kalau kamu menolak, bisa-bisa kamu akan kehilangan orang seperti Aelyn. Apalagi kamu baru mendapatkan pesan dari Aelyn kemarin kan? Kenan menghela nafas, lelaki itu meninggalkan tiga orang tadi menuju balkon. Dia menatap apartemen sebelah yang masih tertutup gorden dan gelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serenity
RomanceElora Aelyn melakukan pelarian usai skandal mengenai dirinya tersebar di seluruh jurusan, lelaki yang tak ingin dia sebutkan namanya itu yang menjadi alasan kenapa dirinya harus pergi. Melanjutkan pendidikannya yang tersisa satu tahun di negeri Pama...