AELYN BERDIRI di depan ruang kelas, siap untuk presentasi kelompok yang telah mereka persiapkan. Namun, anggota kelompok yang dia tunggu belum kunjung datang. Dia mencoba mengisyaratkan pada Ramona, untuk membantunya menghubungi anggota kelompoknya, Kenan. Tetapi tidak mendapatkan jawaban. Perasaan tidak nyaman ditambah Profesor Anton yang sudah menunggu, Aelyn akhirnya memutuskan untuk memulai presentasi sendiri.
Walau setengah hati, dia bersiap untuk presentasi sendirian, "Baik, selamat siang. Perkenalkan, saya Elora Aelyn. Pagi ini, saya akan mempresentasikan hasil kerja kelompok kami. Ini adalah lukisan—,"
Namun, tiba-tiba Profesor Anton menghentikannya. Aelyn menatapnya ragu. Profesor Anton bertanya tentang anggota kelompoknya yang seharusnya turut serta dalam presentasi.
"Siapa anggota kelompokmu, Elora?" tanya Profesor Anton dengan ekspresi serius.
Aelyn merasa sedikit gugup saat menjawab, "Itu, Kenan Adams. Hari ini, dia sedang ada urusan, jadi saya saja yang mewakilkan."
Profesor Anton mengangguk, memberi izin untuk melanjutkan presentasi. Aelyn melanjutkan dengan segera, meskipun dia masih merasa agak gugup. Dia berhasil menjelaskan dengan baik sesuai dengan yang telah mereka persiapkan. Setelah selesai, Aelyn segera meninggalkan ruang kelas.
Hingga menjelang sore, Aelyn masih mencoba menghubungi Kenan tanpa hasil. Dia pulang ke apartemennya, anehnya dia malah mengkhawatirkan Kenan yang notabenenya tidak ada da hubungan apapun sama dia kecuali tetangga sebelah apartemenya, hanya itu.
Aelyn melangkah masuk kedalam lift yang terbuka, langkahnya terhenti tepat di hadapan lelaki yang baru saja dia pikirkan, Kenan. Wajah Kenan terlihat berantakan, dasi terlepas, dan kancing-kanding paling teratas kemejanya terbuka.
Sepersekian detik tatapan keduanya beradu, namun Aelyn memutus kontak secara sepihak. Dia menekan tombol lantai yang sama dengan Kenan. Tak ada obrolan keduanya hanya diam didalam lift, dan Aelyn bisa mendengar helaan nafas kesal dari Kenan. Lelaki itu kemudian menggali saku kemejanya untuk mengambil ponselnya, dan Aelyn mendengar begitu banyak suara notifikasi dari ponsel lelaki disebelahnya. Kenan menggerutu, "Bisa-bisanya aku lupa."
Aelyn mengernyitkan kening mendengar komentar itu. Kemudian, Kenan mulai menjelaskan alasan dirinya tidak hadir hari ini, walaupun sebenarnya Aelyn tidak perlu tahu secara detail kan?
Kenan yang Aelyn lihat saat ini jauh berbeda dengan Kenan beberapa waktu lalu, lelaki ini sangat banyak bicara bahkan dia juga membicarakan masalah pertemuan, saham, dan konsultasi bangunan. Aelyn merasa bingung mengapa Kenan memberikan penjelasan yang begitu rinci padanya.
"Hmm," jawab Aelyn dengan nada singkat. "Saya sudah menanganinya, kamu kan super sibuk." ledeknya.
Kenan tersenyum tipis, satu sudut bibirnya tertarik ke atas. Dalam keheningan lift yang terus bergerak, keduanya melanjutkan perjalanan ke lantai yang sama dengan sejumlah pertanyaan yang masih menggelayuti pikiran mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serenity
RomanceElora Aelyn melakukan pelarian usai skandal mengenai dirinya tersebar di seluruh jurusan, lelaki yang tak ingin dia sebutkan namanya itu yang menjadi alasan kenapa dirinya harus pergi. Melanjutkan pendidikannya yang tersisa satu tahun di negeri Pama...