Ternyata saat hari sudah gelap Jieun tak pulang ke rumahnya. Membuat orangtua Jieun khawatir jikalau Jieun kenapa-kenapa. Mereka kira Jieun di rumah Jimin, karna biasanya ia akan menghabiskan hari liburnya disana, dan ternyata Jieun tak ada disana.
"Duhh gimana ni pah!?"seru ibu Jieun khawatir.
"Kita coba ke rumah Jimin dulu, siapa tau Jieun disana"jawab ayah Jieun.
Ibu Jieun mengangguk.
Ayah Jieun hanya dapat menghela napas pelan. Kini orangtua Jieun sedang di rumah Jimin, ternyata Jieun juga tidak ada disana.
"Menurutmu dia kemana jim?"tanya ayah Jieun.
"Hhhh saya ga tau juga om"ucap Jimin sambil menghela napas lelah.
"Shit. Dia kemana sih! Ngerepotin banget anjing"seru jimin kesal dalam hati.
Setelah berpikir keras akhirnya Jimin terpikir satu tempat yang akan didatangi Jieun.
"Tunggu disini om, aku kayanya tau Jieun dimana!?"seru Jimin, dan langsung pergi berlari keluar rumahnya.
Setelah beberapa menit Jimin akhirnya sampai di tempat yang menurutnya akan ada Jieun disitu. Dan itu adalah taman yang lumayan jauh dari rumah Jieun dan jimin. Dan benar saja terlihat Jieun sedang menundukkan kepalanya, sambil mengayunkan ayunan yang ada di taman itu.
Jimin geram melihat kelakuan Jieun yang tak ada habis-habisnya setiap hari. Jimin kemudian melangkahkan kakinya ke arah Jieun.
Jimin menatap Jieun marah. Jieun kaget melihat Jimin yang tiba-tiba berdiri di hadapannya.
"BODOH!!! APA YANG KAU LAKUKAN HA?"teriak Jimin marah.
"Aku hanya sedang menyembuhkan luka"sahut Jieun.
"Luka apa? Luka apa yang harus disembuhkan hingga larut malan seperti ini!?"seru Jimin jengkel terhadap Jieun.
"Luka yang kau buat untukku"ucap Jieun pelan sambil menundukkan kepalanya, menatap sepatunya.
Jimin mendengar apa yang Jieun katakan, namun ia berpura-pura seolah tak mendengarnya.
"Ayo pulang!?"seru Jimin pada Jieun.
Jieun menggeleng."Mau apa lagi disini hah? Mau mati?"tanya Jimin dengan suara cukup keras pada Jieun.
"Pulang aja duluan. Aku masih pengen disini"jawab Jieun.
Jawaban Jieun membuat Jimin jengkel. Kemudian Jimin menarik tangan Jieun dan membawanya untuk pulang.
"Lepas!? Aku ga mau pulang!?"seru Jieun sambil berusaha melepaskan tangannya, walaupun ia tahu jika tenaga Jimin lebih besar darinya.
Jimin tak perduli dengan seruan Jieun, ia tetap saja menarik Jieun sambil terus berjalan pulang. Jieun yang dibelakang Jimin hanya memandang punggung Jimin, rasanya Jieun ingin memeluknya dan berbisik di telinga Jimin betapa ia mencintai Jimin.
"Hhhhh" Jieun menghela napas lelah.
"Kenapa?"tanya Jimin tiba-tiba pada Jieun.
"Hmm?"sahut Jieun.
"Kenapa kau terus seperti ini?"
"Begitulah aku"
"Kau membuat semua orang khawatir"ucap Jimin.
"Dari semua orang itu, apa kau termasuk di dalamnya? "tanya Jieun berharap.
Jimin diam, tak menjawab pertanyaan Jieun.
"Tidak ya!?"gumam Jieun sedih.
"Hanya berhentilah mengacau Jieun"ucap jimin.
Jieun terdiam, ia tak tau harus bicara apa lagi pada Jimin. Ia hanya melihat punggung Jimin, dan kemudian melihat tangannya yang di pegang Jimin.
"Maafkan aku Tuhan. Bolehkan jika aku menginginkannya sekarang"ucap Jieun dalam hati.
Setelah berucap seperti itu,Jieun kemudian secara tiba-tiba memeluk Jimin dari belakang, yang sontak membuat langkah Jimin terhenti karna kaget.
"Aku mohon biarkan seperti ini sebentar saja"lirih Jieun.
Jimin terdiam, dan tak lama kemudian tangannya mulai bergerak ingin melepaskan pelukan Jieun.
"Aku mohon"ucap Jieun lagi yang membuat Jimin tak jadi melepasnya
Kali ini Jimin membiarkannya, entah alasan kenapa Jimin membiarkannya hanya saja hati Jimin berkata jika membiarkan Jieun memeluknya adalah keputusan yang baik.
"Aku mencintaimu, sangat mencintaimu. Hingga hanya untuk memikirkan orang lain aku tak sempat, karna yang hanya aku pikirkan kamu setiap hari Jim. Tahukah kamu Jim, setiap saat aku selalu merindukanmu, memikirkanmu, ingin bersamamu. Ahhh aku sangat mencintaimu"ucap Jieun panjang lebar sambil tetap memeluk Jimin dari belakang.
"Kapan kau akan membalas cintaku Jim? Sampai berapa tahun lagi aku harus berjuang keras agar kau membalas cintaku? "tanya Jieun sedih.
Setelah puas memeluk Jimin, Jieun pun melepaskannya pelan. Setelah itu, Jieun berjalan mendahului Jimin seraya berkata"Terimakasih Jimin. Ini malam yang indah".
"Sekaligus menyakitkan"tambahnya.
"Bagaimana bisa aku jatuh cinta kepada orang yang pernah menyakiti perempuan yang aku cintai hingga begitu dalam"ucap Jimin tiba-tiba.
Jieun yang mendengar Jimin berkata seperti itu lantas membuatnya berhenti berjalan.
"Kenapa kau berhenti berjalan? Merasa bersalah?"tanya Jimin dingin.
"Tidak"sahut Jieun, dan kemudian berbalik dan menatap Jimin.
Terlihat wajah Jimin memerah karna mendengar ucapan Jieun.
"Aku melakukannya karna suatu alasan!?"ucap Jieun lagi.
"Dia tak pernah menyakitimu ataupun apapun. Mengapa kau membuatnya pergi dariku!?"ucap Jimin marah.
Jieun diam.
"JAWAB JALANG!?"teriak Jimin pada Jieun.
Jieun senyum. Senyum kesedihan karena orang yang ia cintai berkata seperti itu padanya.
"Kau bahkan mengataiku jalang"ucap Jieun.
"Memang benarkan!?"seru Jimin dingin.
"Seharusnya orang yang kau cintai itu Jim yang harusnya kau sebut Jalang!?"
Ucapan Jieun membuat Jimin menjadi sangat marah, Jimin mendekati Jieun dan saat ia telah berdiri di depan Jieun.
Plakk.
Jimin menampar pipi kanan Jieun.
"Beraninya kau menyebutnya Jalang!?"seru Jimun keras.
Air mata Jieun keluar. Ia tak menyangka jika Jimin menamparnya, hanya karna perempuan yang Jimin cintai ia sebut Jalang.
"Jaga mulutmu Jieun. Lain kali jika kau berkata seperti itu aku bukan hanya akan menampar pipimu tetapi aku akan menampar mulutmu!?"ucap jimin dingin, dan kemudian meninggalkan Jieun sendirian.
Jieun menatap Jalanan sambil memegang pipi kanannya yang telah ditampar Jimin. Air matanya pun kian bertambah banyak keluar dari tempatnya. Jieun menangis bukan karena rasa sakit di pipinya, melainkan rasa sakit dihatinya.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Oxygen | Park Jimin (Lanjut season 2)
FanficSong Ji Eun gadis biasa saja yang terlalu mencintai seorang lelaki, lelaki yang bagaikan oksigen untuknya. Semua cara telah ia lakukan demi bisa dekat dengan lelaki pujaannya itu namun semua itu belum cukup, lelaki itu masih tak melihatnya. Lelaki...