Part 9

489 61 6
                                    

Happy Reading

Entah kenapa aku jd ikutan sedih pas nulis ini wkkk

***
Jieun gadis yang hatinya sedang hancur kini terlihat sedang melamun. Bahkan senyum manisnya pun tak terlihat.

"Hari Ini"gumam Jieun.

Tangan Jieun mengepal, ia benci dan tak terima jika hari ini Jimin akan bertunangan.

"Aku yang berjuang, malah gadis itu yang menang!?"seru Jieun marah.

Jieun menutup matanya, ia ingin mengistirahatkan matanya sejenak setelah menangis semalaman. Namun saat Jieun menutup matanya, lagi-lagi air matanya keluar.

"Sial!?"umpat Jieun, sambil menyeka air matanya.

Disisi lain Jimin terlihat diam sambil menatap ke luar jendela, beberapa saat lagi dia akan bertunangan dengan seseorang yang artinya dia haruslah fokus dengan tunangannya karena kemungkinanan mereka akan menikah nanti.

Jimin mengehela napasnya. Ia menutup matanya, kemudian muncul lah bayangan Jieun sedang menangis.

"Maaf kan aku..."ucap Jimin

***
Dengan malas-malasan Jieun berjalan keluar kamarnya, dan berjalan menuju ruang tamu. Disana sudah ada ibunya yang sedang duduk menonton tv, dengan pakaian rapi ingin pergi ke acara pertunangan Jimin.

"Ibu sedang apa?"tanya Jieun.

Ibu Jieun menoleh. Ibunya kaget melihat Jieun yang masih memakai baju tidurnya.

"Oh My God Jieun!? Kenapa masih baju tidur? Cepat mandi dan dandan sanaa!? Kamu lupa sama acara hari ini?"celoteh ibu Jieun.

"Hmm"sahut Jieun malas yang kemudian berjalan menuju kamar mandi.

Ibu Jieun memandang punggung Jieun.

"Maaf nak, mungkin kalian tidak berjodoh. Ibu tahu kamu pasti sangat sedih sekaligus terpukul"ucap ibu Jieun pelan.

Di rumah Jimin.

Seseorang gadis tersenyum di depan kaca, senyumnya sangat lah lebar. Somin bersyukur atas semuanya, Jimin akan bertunangan dengannya. Namun walaupun begitu Somin merasa bersalah pada Jieun, karna dia tau perjuangan Jieun sangatlah besar pada Jimin. Namun apa dikata jika Jimin mau bertunangan dengannya.

Somin tahu bahkan sangat tahu jika Jimin juga menyukai bahkan mencintai Jieun, namun ia menutup kupingnnya rapat, seolah tak tahu apapun. Karna sejujurnya memang Somin juga mencintai Jimin.

"Maaf Jieun, tapi aku juga mencintainya!?"seru Somin pelan.

Beberapa menit lagi, acara pertunangan Jimin dan Somin akan melangsungkan acara pertunangan mereka. Terlihat raut wajah Jieun yang sangat datar, bahkan Jieun tak tersenyum sekalipun hari ini.

Jieun hanya diam sambil menatap Jimin dan Somin yang kini sedang melaksanakan acara pertunangan mereka. Tangan Jieun mengepal, tak terima dengan semua pertunangan ini.

"Aku benci kalian"ucap Jieun pelan sambil tetap menatap Jimin dan Somin.

Jieun langsung menoleh ke arah lain, saat Jimin mencium kening Somin.Disaat orang lain bertepuk tangan melihat Jimin mencium Somin, disaat itu juga hati Jieun hancur.

***
Keesokan harinya Jieun nampak lesu di depan cermin, ia hanya menatap dirinya di dalam cermin itu datar.
Jieun menghela napas lelah.

"Aku lelah"ucap Jieun.

Tok..tok..tok..

Suara ketukan seseorang pada pintu kamar Jieun, membuat Jieun menoleh.

"Jieun!? Udah siap belum? Ayo sarapan dulu!?"seru seseorang yang adalah ibunya Jieun.

"Iya"sahut Jieun lesu.

Tak lama kemudian Jieun keluar dari kamarnya, ia telah siap akan berangkat kesekolah. Bahkan Jieun melewati dapur, ia langsung pergi sekolah. Bahkan ibunya memanggil dia untuk sarapan,tak Jieun hiraukan.
Saat Jieun sedang memasang sepatunya terlihatlah Jimin yang sedang berbincang dengan Somin. Bahkan mereka tertawa riang, yabg otomatis membuat Jieun semakin membuat Jieun benci sekaligus muak dengan mereka.

"Jieun!? Annyeong!?"sapa Somin ceria.

"Dasar gila"sahut Jieun sambil mentapa Somin dingin.

Kemudian Jieun langsung berjalan pergi setelah membalas sapaan Somin. Jimin yang melihat kelakuan Jieun terlihat kesal, ia lalu mengejar Jieun.

"Lepas!?"seru jieun saat ada seseorang mencekram lengannya.

"Berhenti kekanakan Jieun!?"balas Jimin orang yang mencekram lengan Jieun.

"Terus kenapa?"tanya Jieun sambil menatap mata Jimin.

"Dia tunanganku, jadi aku berhak marah!?"jawab Jimin.

Jieun terdiam beberapa saat, kemudian berkata"Terus? Aku perduli? Engga lah!? Berengsek!?".

"Jaga bicaramu Jieun!?"ucap Jimin memperingati.

"Aku tak perduli. Kamu memang berengsek!?"seru Jieun.

Jimin mencekram tangan Jieun kuat.

"Aww sakit brengsek, lepaskan!?"teriak Jieun kesakitan.

Jimin melepas cengkramannya.
Jieun mengelus lengannya yang memerah akibat cengkraman Jimin, kemudian ia menatap mata Jimin lagi. Tatapan kekecewaan sekaligus rindu di dalam mata Jieun.

"Pergi dari hadapanku"seru Jieun pelan.

Jimin diam.

"Karna sekarang aku sangat membencimu"ucap Jieun lagi.

Lagi-lagi Jimin hanya diam.

"Jadi sebelum aku melakukan hal yang tidak kau inginkan sekarang juga. Minggir dari hadapanku ! "ucap Jieun sambil mendorong jimin yang ada dihadapannya dan kemudian pergi meninggalkannya.

Saat Jieun berjalan pergi, Jimin hanya memandang punggung Jieun. Jimin mengepalkan tangannya.

"Shit"umpat jimin.

Tbc.

My Oxygen | Park Jimin (Lanjut season 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang