Part 13

460 56 5
                                    

"Pergi dariku"Jieun bersuara.

"Jangan muncul dihadapanku"lanjut Jieun.

"Kenapa?"tanya Jimin pelan namun masih dapat Jieun dengar.

"KARNA AKU MEMBENCIMU BRENGSEK"teriak Jieun marah.

"Harusnya dari awal kita tidak pernah kenal, harusnya aku pergi darimu sejak awal saat kau terang-terangan membenci ku. Tapi aku terlalu naif berpikir bahwa kau akan melihatku suatu saat nanti. Kau pikir dengan menciumku aku akan terbuai lagi? Tidak aku akan semakin membencimu"Jieun memegang dadanya yang terasa sakit.

Jimin diam namun matanya terlihat berkaca-kaca, ia menatap Jieun.

"Kau mencintaiku?"tanya Jieun.

"Ak.."entah mengapa Jimin tak bisa meneruskan ucapannya.

Jieun tersenyum miring.

"Pulanglah Jimin. Aku lelah" ucap Jieun kemudian dan pergi dari hadapan Jimin.

Jieun telah masuk ke dalam rumahnya namun Jimin masih setia berdiri di tempatnya, kakinya terasa berat untuk digerakkan namhn tiba-tiba pundaknya ditepuk dari belakang.

"Jimin"suara Somin terdengar.

Jimin menghembuskan nafasnya kasar.

"Kamu ngapain disini? Dingin tau ayo masuk"ajak Somin sambil menarik lengan Jimin.

Jimin mengehentakkan lengan Somin dan kemudian berjalan ke rumahnya meninggalkan Somin yang menatap punggung Jimin sedih.

"Aku harus bagaimana? Supaya kamu hanya fokus padaku?"

***
Hari minggu yang seharusnya membuat Jieun senang karna tidak sekolah, tapi hari ini berbeda Jieun nampak tak semangat setelah kejadian tadi malam.

Jieun hanya tiduran di atas kasur kesayangannya dengan earphone yang melekat di kedua telinganya dan jangan lupa novel kesayangannya yang selalu menemaninya dikala libur.

"Beruntung sekali gadis ini bisa mendapatkan cintanya"gumam Jieun sambil matanya tetap fokus membaca.

Drtt..

Hp jieun bergetar..

Jieun mengambil hpnya yang tergeletak di samping tubuhnya.

Taehyung calling..

"Hai"suara Taehyung langsung terdengar saat Jieun mengangkat telponnya.

"Hai"balas Jieun.

"Bagaimana mimpimu tadi malam?"

"Huh?"

"Indah atau buruk?"

"Memangnya kenapa?"

"Harusnya mimpi indah karna kemarin malam kau berkencan denganku"canda Taehyung membuat Jieun tertawa.

"Dasar gila"ucap Jieun.

Tidak terasa Jieun dan Taehyung menghabiskan waktu 2 jam mereka dengan bercengkrama di telepon.

"Hei sudah dulu aku lelah mendengar suaramu"canda Jieun.

"Hati-hati nanti kau rindu"sahut Taehyung.

"Terserah lah..Yasudah bye"

"Byee"

Jieun langsung mematikan telponnya setelah mendengar sahutan Taehyung. Jieun mengambil kembali buku novelnya dan melanjutkan membaca sambil berfantasi ria.

Disisi lain.

Jimin terlihat sedang mengerjakan tugasnya, sesekali mendesah karena tak bisa fokus. Ia terus memikirkan ucapan Jieun tadi malam.

"Kau pikir dengan menciumku aku akan terbuai lagi? Tidak aku akan semakin membencimu"

Jimin memegang kepalanya yang mulai terasa sakit, ia tidak bisa tidur tadi malam yang ia lakukan hanya menatap ke luar jendela, lebih tepatnya ia menatap langit.

"Apa yang harus kulakukan?"gumam Jimin sambil mengetuk-ngetukkan pulpennya ke buku.

Suara ketukan pintu kamar Jimin terdengar.

"Jimin"suara Somin terdengar.

Jimin menghembuskan nafasnya kasar.

"Kenapa?"ucap Jimin dari dalam kamar tanpa mempersilahkan Somin masuk, membiarkan Somin di luar kamarnya.

"Kau tidak makan dari tadi malam, ayo keluar jim kita makan"seru Somin dengan suara memohon.

"Kau makan saja duluan"

"Jimin kumohon nanti sakit jika terus begini"

"Pergilah somin jangan membuatku marah"Jimin menaikkan intonasi suaranya membuat Somin terdiam.

Somin menutup matanya menahan emosi, ia berusaha keras tak terpancing emosi namun..

"JIMIN"Somin berteriak kesal.

Jimin yang mendengar Somin berteriak langsung berjalan ke pintu kamar dan membukanya.

Jimin menatap Somin datar.

"Berhentilah bertingkah kekanakan"seru Jimin dingin.

"Kekanakan? Justru kau yang kekanakan, apa yang Jieun katakan sampai kau seperti ini ha?"

"DIAM SOMIN"Jimin membentak Somin.

Tubuh somin agak bergetar baru kali ini Jimin membentaknya

"Kau berubah"seru somin pelan.

"Somin"Jimin seakan baru sadar dengan ucapannya menggapai lengan somin.

Somin menyetakkan lengan Jimin kasar.

"Aku sudah bersabar dengan sikap Jieun padaku, kau tak ingat bagaimana dia membullyku ha?"

Jimin diam, ia menatap mata Somin yang kini berkaca-kaca.

"Aku tau kau hanya kasian padaku karna aku adalah sahabatmu yang jadi gila karna kelakuan Jieun, tapi Jimin aku bukan Somin yang dulu aku adalah Somin tunanganmu. Kau adalah milikku"tegas Somin.

"Jadi bisakah ku hanya fokus padaku?"tanya Somin sambil meraih tangan Jimin.

Somin mengelus tangan Jimin lembut.

"Kumohon fokus padaku saja"mohon Somin.

Jimin mengalihkan pandangannya dari mata somin.

Somin menghembuskan nafasnya pelan dan kemudian tersenyum.

"Maaf karna aku keterlaluan hari ini, istirahatlah jangan lupa janjimu Jimin"ucap somin dan kemudian pergi meninggalkan Jimin.

Jimin dengan gontai berjalan masuk lagi ke dalam kamarnya, ia kemudian duduk di atas kasurnya. Jimin mengusap wajahnya lelah.

Beberapa menit kemudian hp Jimin yang ada di kantonya bergetar.

1 massage from Somin sister.

Adikku menangis. Bisa kau jelaskan? Datang ke rumahku malam ini.

"Sialan"umpat Jimin.

Tbc.

Jangan lupa klik bintangnya yaa + komen biar aku semangat nulisnyaaaaa..
Biar cepet update juga wkk

Love ya💜

See you next part👋

Byebye😘





My Oxygen | Park Jimin (Lanjut season 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang