.
.
.
Bagaimana mungkin aku membiarkan diriku terjebak oleh pesonnya? Aku tercengang, takjub akan kemampuannya menjerat hatiku pada pandangan pertama. Mataku dengan cermat mengamati pergerakannya, melirik ke kiri bila ia melambai ke kiri, melirik ke kanan bila ia melambai ke kanan.Sementara dirinya acuh tak acuh, membiarkan mata hitamku terus mengamatinya dalam diam. Aku mendesah melihat lembaran-lembaran nan besar itu tidak berhenti melambai, seolah-olah sedang mengajakku untuk semakin mengaguminya. Aku mengernyit tidak suka, ketika menyadari bahwa ini disebabkan oleh angin yang terus berhembus sejak setengah jam lalu, meskipun itu terlihat indah, tapi ada akibat menakutkan yang akan terjadi jika aku terus membiarkannya.
Aku mulai takut dan khawatir, kalau-kalau dia tidak bisa bertahan dari terpaan angin, dan menyebabkannya terbang terbawa angin.
Tidak bisa dibiarkan!
Plok!
Sebuah pukulan ringan mendarat di kepalaku, aku medongak dan menemukan tersangkanya adalah adikku, Rian.
"Kak, cepat angkat jemurannya! Malah bengong di sini, ntar keburu hujan!"
Ok, baiklah. Adikku yang 'baik' telah menghancurkan imajinasi indahku tentang kain-kain yang berkibar diterpa angin dengan begitu mengagumkanya!
.
.
.Rabu, 25 Maret 2020
.
.Lagi pengen update cerita.
Buat kamu yang baca (kalau ada) boleh aku minta votenya gak? Itung-itung nambah semangatku untuk ngelanjutin menulis kagi.
^^Kalau kalian punya waktu, sekalian kasih aku saran untuk menambah wawasan dan pengetahuanku tentang tulisanku, agar aku bisa memperbaikinya menjadi lebih baik lagi.
^^
.
.
Dan terima kasih untuk kalian yang telah meluangkan waktu untuk mampir dan membaca ceritaku. ^^
.
.
Semoga Hari Kalian Berjalan Lancar Dan Indah.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
STORIETTE
Short StoryWaktu ketat. Tak ada jeda tuk berhenti sejenak. Waktumu terlalu berharga tuk singgah dan melihatku. Namun, hei. Ku tak memintamu tuk menetap, tidak juga tuk bermalam di sini. Ku hanya memintamu tuk melihat, tuk mengamati, tuk meneliti. Mencermati se...