.
.
.
Biarkan aku sejenak menangisi kenangan kita. Saat aku tak tahu tentang kebohonganmu, saat aku tak peduli siapa dirimu, saat aku sepenuhnya percaya akan ceritamu, bahkan saat aku tak yakin akan nyatanya kehadiranmu.
Biarkan aku sejenak kembali meresapi kebahagiaan saat bersamamu. Dimana waktu itu kau nyatakan cintamu padaku, meski kebenaran akan kekasihmu jelas terpapar didepan mataku.
Biarkan sejenak fantasi liarku tentang masa depan kita mengalir indah, hingga dadaku terasa sesak oleh kebahagiaan, memudarkan kenyataan akan dirimu dan dia yang saat itu mulai terang-terangan saling merajut kasih.
Untuk malam ini saja, izinkan aku sejenak menikmati debaran jantungku saat mendengarmu memanggilku penuh sayang seperti tahun itu. Walaupun sekarang terdengar hambar jika dibandingkan saat kau memanggil namanya.
Untuk sejenak biarkan semua yang terlihat adalah ilusi, ketika kau menggenggam tangannya dan membawanya naik ke altar pernikahan, dan kali ini biarkan ilusiku menjadi kenyataan ketika yang kau kecup dan cium sebagai mempelaimu adalah AKU.
Tapi tenang saja, embun yang terbentuk dan jatuh beriringan di ujung mataku, telah menyadarkan betapa kenyataan terlampau kuat, untuk menghancurkan semua ilusi masa depan kita yang telah kubangun dalam harapanku sendiri.
.
.
.Eaaa... serius amat bacanya. 😂
#edisi_mellow.
.
.
.Jum'at, 27 Maret 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
STORIETTE
Short StoryWaktu ketat. Tak ada jeda tuk berhenti sejenak. Waktumu terlalu berharga tuk singgah dan melihatku. Namun, hei. Ku tak memintamu tuk menetap, tidak juga tuk bermalam di sini. Ku hanya memintamu tuk melihat, tuk mengamati, tuk meneliti. Mencermati se...