Edo itu gak suka tempat yang berisik, dia tidak suka tempat yang banyak orangnya, ia lebih suka menghabiskan waktunya dengan membaca.
Edo itu pendiam, gak banyak ngomong, tapi sekalinya dia membuka mulut, kata-kata dingin super tajamlah yang akan dikatakannya, wajahnya pun selalu datar macam tembok, ia selalu bisa mengendalikan emosinya dalam situasi APAPUN.
Pembawaannya yang tenang itulah yang membuatnya banyak menarik perhatian orang disekitarnya, terutama para cewek.
Tapi Edo tetaplah seorang manusia, yang suatu waktu kesabarannya bisa terkikis habis, terlebih lagi jika dihadapkan dengan cewek 'polos' macam Clara, lebih ke arah kurang pintar menurut Edo.
"Do, lebih cocok warna hitam atau abu-abu?" Suara cempreng Clara membuat dahi Edo berkedut, Clara berlari menghampiri Edo yang duduk disisi tempat tidurnya, masing-masing tangan Clara menenteng dress sepanjang lutut. Sungguh! Cewek di depannya ini tidak ada manis-manisnya, setidaknya jika bukan sikapnya suaranya pun tak apa.
"Gue bingung mau memakai yang mana." Edo mengamati kedua gaun di tangan Clara, lalu mendengus, "Hitam." Jawabnya.
"Beneran?" Manik hitam Clara mengamati gaun hitam ditangan kanannya, ragu-ragu antara mau percaya atau pura-pura percaya, masalahnya si Edo punya masalah dengan matanya, terlebih tuh cecunguk emang penggemar beratnya si hitam kelabu. Mau disodorin warna baju apa aja tuh cecunguk bakalan tetap milih warna hitam, atau kalau gak biru gelap.
"Lebih bagus lagi kalau lo gak pakai apa-apa." Melihat Clara yang ogah-ogahan mendengar sarannya, Edo sedikit kesal dan akhirnya membuat jawaban ngawur lainnya.
Clara berkedip, matanya memancarkan binar nakal.
"Bener. Lebih baik gak pakai apa-apa." Edo menaikkan sebelah alisnya melihat Clara meletakkan gaun-gaun itu ke atas tempat tidur, tangan Clara perlahan meraih kancing bajunya.
Edo membeku, secepat kilat menghampiri Clara dan menghentikan pergerakan tangannya," Mau ngapain lo?"
"Mata lo buta ya? Ya mau lepasin baju gue lah. Lo bilang lebih baik gak pakai apa-apa kan." Oh astaga! Dia hanya bercanda dan cewek ini malah menganggap serius ucapannya. Edo hanya merasa sangat bosan terus menunggu Clara memilih gaunnya, jadi dia mengatakan itu untuk menyindir Clara.
"Ra, gue tau lo gak bego, tapi kurang pinter. Gue tadi cuman bercanda!"
Clara tersenyum innocent, "tau kok. Gue cuman pengen nge-tes lo aja. Lo bilang gue gak bego tapi kurang pinter, trus lo itu apa? Yang ketipu sama gue."
Edo terdiam. Clara menyambar gaun hitam di tempat tidurnya dan melenggang pergi ke kamar mandi, sudut mulutnya melengkung membentuk senyum jenaka. Yah.. sekali-kali percaya sama gaya fashion Edo gak apa-apalah.
"Lama-lama gue kepret juga lo Ra!"
.
.
.Selasa, 31 Maret 2020
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
STORIETTE
Short StoryWaktu ketat. Tak ada jeda tuk berhenti sejenak. Waktumu terlalu berharga tuk singgah dan melihatku. Namun, hei. Ku tak memintamu tuk menetap, tidak juga tuk bermalam di sini. Ku hanya memintamu tuk melihat, tuk mengamati, tuk meneliti. Mencermati se...