.
.
.Bila hujan datang, katakan padanya (hujan) untuk turun lebih deras. Agar aku memiliki alasan untuk tidak pergi ke sekolah hari ini. Itu adalah permintaanku pada hujan sewaktu aku lupa mengerjakan tugas dari Guruku.
Dan sekarang, sewaktu hujan turun begitu deras, aku meratap pada-Nya, memohon agar Dia mengubah hujan menjadi rerintikan, agar aku dapat pulang dan tidur di kasurku yang empuk.
Setelahnya aku sangat kesal, rerintikan itu masih mampu membasahi baju dan tubuhku, sehingga aku meminta langit untuk berhenti menjatuhkan butiran-butiran basahnya. Langitpun hanya menyisakan awan mendung dengan dinginnya hembusan angin.
Tapi ketika hatiku tercabik, perih oleh sifat buruk manusia. Aku mendapati diriku diliputi penyesalan mendalam. Dan meminta langit untuk kembali menurunkan hujan derasnya, namun ketika aku mendongak, langit telah berubah menjadi biru cerah, terang dan begitu menyenangkan untuk di pandang.
Ketika langit biru itu terpantul jelas di mataku, aku seolah merasakan tamparan keras di wajahku, di ejek dan di pandang rendah olehnya. Aku tidak bisa membayangkan, seandainya langit bicara dan memintaku untuk menghentikan badai yang terbentuk di wajahku, aku tidak bisa membayangkan seandainya dia mengutuk dan mengumpatiku ketika aku tidak bisa menghentikan laju air yg mengalir di mataku, sementara diriku tercabik di tempat yang tak mampu ku kendalikan dengan senyuman lagi. Aku sudah mencapai batas, dan linangan air mataku sebagai buktinya.
Mengingat hal ini, membuatku merasa malu telah mengumpati hujan dan menyalahkan lagit. Sekarang bagaimana aku menunjukkan wajahku pada lagit biru tak berujung itu? Bagaimana aku menghadapi hujan ketika bertemu dengannya di jalan? Bagaimana aku menutupi rasa maluku pada Tuhan? Karena tak mampu mensyukuri segala keadaan yang diberikan-Nya padaku?
Tanpa kusadari, karena keegoisannku, mataku buta hingga terlambat menyadari semua manfaat dari segala keadaan buruk yang menimpaku.
.
.
.RABU, 25 MARET 2020
.
.
.Pernah kuposting di akun facebookku, dengen beberapa tambahan kata di sana-sini. ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
STORIETTE
Short StoryWaktu ketat. Tak ada jeda tuk berhenti sejenak. Waktumu terlalu berharga tuk singgah dan melihatku. Namun, hei. Ku tak memintamu tuk menetap, tidak juga tuk bermalam di sini. Ku hanya memintamu tuk melihat, tuk mengamati, tuk meneliti. Mencermati se...