.
.
."Aku mencintaimu!"
Nafasku tercekat mendengarnya menyatakan cinta. Ini tidak mungkin! Tidak mungkin! Batinku berteriak, entah karena senang atau terkejut, mungkin juga perpaduan dari ke duanya.
"Sejak dulu, sejak kau masih SMA." Lagi, aku dibuatnya terkesiap dan tanganku reflek menutup mulutku yang terbuka.
Perlahan, bibirku membentuk lengkungan, aku tersenyum penuh kepuasan. Akhirnya.. akhirnya terungkap sudah seluruh isi hati pria itu, sudah terlalu lama aku bergulat dengan pikiranku sendiri, menebak-nebak apa isi hati pria itu, dan akhirnya sekarang..
"Vanilla.." panggilnya, dengan senyuman menawan dan mata yang memancarkan ketulusan, mata itu menatap penuh cinta membuat jantungku berdegup tak terkendali.
Kedua tanganku sekarang beralih menangkup dadaku, aku mengatur nafasku yang memburu dan mencoba menormalkan detak jantungku.
"Ya.." sahutku, tak mampu lagi membendung perasaan yang tiap detik membuat hatiku berdebar penuh antisipasi.
Pria itu membungkuk, mendekatkan wajahnya, membuat detak jantungku semakin menggila bersamaan dengan jarak wajahnya yang kian mendekat.
Aku meremat kain bajuku yang ada disekitar dadaku, berusaha untuk menenangkan diri dan menahan teriakkan bahagiaku. Cium! Teriak batinku sinting, bersamaan dengan wajahku yang merah padam.
Kucondongkan kepalaku ke depan bersamaan dengan wajah pria itu yang semakin mendekat, aku menahan nafas, sekuat tenaga menyembunyikan senyum bahagia dibibirku sebelum...
Klik.
Eh?
Aku mengerjapkan kedua mataku, dengan posisi duduk sedikit condong ke depan di sofa, mataku menatap terkejut pada benda hitam persegi panjang dengan ukuran 40 inch yang tiba-tiba menampilkan layar hitamnya.
Eeh???
EEEEHHH??!
"Kyaaah!!! Sialan! Kenapa harus mati lampu di saat seperti ini??"
"Ponsel?? Mana ponselku?? Apa judul filmnya tadi?? Arrrrggg!! Aku lupa!!"
.
.
.Sudahkah kamu tersenyum hari ini? Jika belum, maka tersenyumlah. ^^
Karena senyum mampu menenangkan hati. ^^
Jangan lupa untuk tersenyum dan bahagia. ^^.
.
.Jum'at, 3 April 2020
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
STORIETTE
Short StoryWaktu ketat. Tak ada jeda tuk berhenti sejenak. Waktumu terlalu berharga tuk singgah dan melihatku. Namun, hei. Ku tak memintamu tuk menetap, tidak juga tuk bermalam di sini. Ku hanya memintamu tuk melihat, tuk mengamati, tuk meneliti. Mencermati se...