.
.Enjoy Reading
.
.Sosok pria jangkung berdiri gelisah didepan pintu Apartemen nomor 105, jarinya menekan tombol bell pintu dengan tidak sabar. Kemeja biru navy miliknya basah oleh keringat begitupun rambutnya. Nafas pria itu memburu, seakan baru melakukan lari jarak jauh.
Kriet.
Ketika pintu terbuka perlahan, sebuah kepala menyembul dibalik pintu, rambut panjang yang acak-acakkan jatuh menjuntai disisi tubuhnya, sosok wanita dibalik pintu apartemen itu membulatkan matanya, ketika melihat penampilan orang yang telah membunyikan bell pintu apartemennya dipagi buta.
"Tsu! Oh Astaga! Apa yang terjadi??" Pekik wanita itu dan langsung membuka lebar pintu apartemennya.
Pria yang dipanggil Tsu itu menatap geli pada respon heboh wanita yang memiliki penampilan berantakan di depannya, sekali lihat pun orang tahu kalau wanita ini baru bagun tidur, sedikit banyak ia menyesal sudah mengganggu tidur temannya ini.
"Kenapa diam saja? Ayo masuk!" Bukannya menuruti ajakan wanita didepannya, Tsu memilih tetap berdiri ditempatnya, pria itu memasang ekspresi serius, dan sorot matanya menatap cemas.
"Ada apa?" Melihat ekspresi Tsu, wanita itu mulai merasa cemas.
"Apa Ai tadi malam datang ke rumahmu?" Mendengar pertanyaan dari temannya membuat Eva mengerutkan kening.
"Tidak. Memang kenapa?"
"Tadi malam dia bilang ingin ke rumahmu untuk memberikan undangan pernikahan kami, tapi sampai sekarang dia belum kembali. Telponnya pun tidak aktif."
Eva terkesiap, tangan kanannya reflek menutup mulutnya.
"Oh Tsu! Apa kau sudah melaporkannya pada polisi? Sungguh jika aku tahu aku yang akan datang sendiri ke rumahmu dan mengambil undangan itu."
Mata Tsu menyendu, ia mengela nafas lelah,"aku sudah melaporkannya pada polisi, mereka bilang akan melakukan pencarian jika Ai belum kembali setelah 48 Jam. Aku benar-benar minta maaf sudah mengganggu tidurmu."
"Jangan bilang begitu! Kau temanku dan sudah sepantasnya aku membantumu ketika kau dalam kesulitan. Dan sudah berapa lama kita saling kenal? Tolong jangan perlakukan aku seperti orang asing, hm." Tsu tersenyum kecil mendengar kekesalan Eva karena perkataannya, pria itu menatap Eva dengan mata berkaca-kaca, ia merasa beruntung memiliki teman sebaik Eva.
"Terima Kasih." Pria itu menatap Eva penuh syukur, "aku hanya tidak ingin kau repot, lagipula ini adalah masalah pribadiku. Tidak baik melibatkan terlalu banyak orang."
Mendengarnya, Eva berkedip dan tidak bersikeras untuk membantu lagi. Kalau ini penculikan maka ia tidak bisa mengatasinya, tapi akan menjadi masalah kalau ternyata ini dilakukan dengan sengaja oleh pengantin perempuan. Ia harus memberikan wajah pada temannya, laki-laki memiliki harga diri yang tinggi, dan ia tidak ingin membuat Tsu malu.
"Aku mengerti, jika ada yang bisa kubantu, tolong beritahu aku. Jangan memendamnya seorang diri, mengerti?" Eva menepuk bahu Tsu, dan pria itu merespon dengan anggukan kecil.
Setelah berbasa-basi sebentar dan mengucapkan salam perpisahan, Tsu pun berbalik meninggalkan apartemen Eva.
Mata Eva terus memperhatikan punggung tegap Tsu, sampai sosok pria itu menghilang dibalik belokan barulah ia menutup pintu, perlahan wanita itu melangkah menuju pintu kamarnya, tangannya terangkat memutar knop pintu, dan saat pintu kamar terbuka, bibirnya menyunggingkan senyuman manis.
Wanita itu kembali menutup pintu kamarnya setelah ia masuk ke dalam.
"Nah, sampai di mana kita tadi sayang?" Tanya Eva lembut, dengan suara yang menggoda pada seorang wanita telanjang yang terbaring diatas tempat tidur dengan tangan dan kaki terikat disisi tempat tidur, sedangkan mulutnya tersumpal oleh kain berwarna putih.
Eva terkikik geli ketika mengingat ekspresi Tsu tadi, pria itu bahkan tidak mencurigainya. Ah, benar. Pria itu sudah berteman dengannya sejak TK, dan Eva sangat menyukai Tsu, ia tidak akan menyerahkan Tsu pada wanita manapun, jika ia tidak bisa mendapatkan Tsu, maka tidak ada seorangpun yang bisa memilikinya!
Semula hubungan mereka baik-baik saja, sebelum wantia licik ini datang dan mengusik kedekatan mereka. Ai, wanita ini sudah salah memilih musuh, dan dengan bodoh Ai datang ke apartemen miliknya tanpa ditemani siapapun untuk memprovokasi dirinya. Oh, sayang dia sangat naif, datang ke sarang musuh tanpa strategi pertempuran sama saja dengan dia menyerahkan diri pada malaikat kematiannya.
Eva tersenyum lebar, membuat matanya ikut melengkung. Sementara Ai berusaha melepaskan ikatan ditangannya, ia memberontak ketika Eva mendekatinya, wanita itu menjerit dengan suara yg tertahan.
"Siapa suruh kau mendekati Tsu-ku, sejak awal sudah kuperingatkan agar tidak mendekatinya, dan kau mengabaikanku." Eva terkikik sementara matanya menatap tajam, membuat tubuh Ai bergetar ketakutan.
Ai menahan nafas ketika Eva merangkak naik ke tempat tidur, wanita itu menatap horror saat pisau buah yang diletakkan disamping tubuh telanjangnya sekarang berpindah tempat ketangan Eva.
"Dimulai dari perutmu.." gumam Eva. Matanya berkilat penuh kebahagiaan saat ia menggores perut Ai secara horizintal, lalu melingkar dan menusuk nusuknya dengan tusukan yang dalam.
Selanjutnya, hanya terdengar suara teriakkan Ai yang teredam oleh kain dimulutnya.
.
.
.Apa yg kalian pikirkan setelah membaca ini? 😂
.
.
.Senin , 7 September 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
STORIETTE
Short StoryWaktu ketat. Tak ada jeda tuk berhenti sejenak. Waktumu terlalu berharga tuk singgah dan melihatku. Namun, hei. Ku tak memintamu tuk menetap, tidak juga tuk bermalam di sini. Ku hanya memintamu tuk melihat, tuk mengamati, tuk meneliti. Mencermati se...