7. with you

1K 96 22
                                    

Kemarin aku memanah bulan, rasanya semanis madu sesegar embun, segurih susu, segeli usap semilir angin.

Tapi sesungguhnya lebih dari itu. Kukira seolah kapal induk melintasi badai, seakan akan tergoncang bagaikan tergulung. Tapi atas kecanggihannya kembali keposisi nyaman.

Iya, kemarin aku memanah bulan hingga gerhana dalam geram. Nikmat sekali.

Tapi, hari ini aku terpanah rembulan. Rinduku mengadu ngadu. Teraduk aduk kenangan. Kenangan yang mengaduh aduh. Aduh, cantiknya kamu. Kamu mata dari matanya semesta.

Maaf sebelumnya, banyak yang kecewa akan sekuel ke-3, Iblis Berbalut Luka. Banyak yang berhenti karena cerita jauh dari ekspetasi dari pembaca. Tapi akunya nyaman dengan tulisan yang begini.

Yach, emang aku buat beda. Heeeee, karena jadi Dean yang lemah itu menyedihkan.

Happy reading.

..........

" Dich, kenapa uring uringan. Aka udah gede Dean kamu gak perlu sekhawatir ini" Karin kini lelah mengawasi Dean yang mondar mandir kayak setlikaan. Dean gelisah Dean gak mau Aka jadi berandal di sekolah dengan belokin anak orang. Itu gak baik, biarlah yang lurus tetap lurus sebagaimana adanya.

" Bagaimana gak khawatir, kalo Aka bikin belok anak orang gimana?" Dean prustasi dan kini duduk disamping Karin. Dean gak mau anaknya itu jadi biang patah hati buat anak orang, yak kalo entar bisa sehidup semati itu alhamdulillah tapi kalau nantinya bikin patah hati kan kasihan anak orang. Walau sejatinya Dean juga gak rela anaknya itu patah hati. Rasanya ngilu pemirsa, ingat Dean juga punya masalalu yang gak cukup indah tentang LGBT.

"Ya ya ya" Karin hanya mengiyakan saja. Toh bila dibantahpun bakal sia sia juga. Dean pasti punya seribu alasan dan bantahan lain. Dean udah beda, Dean kini gak serta merta mengiyakan setiap permintaan orang lain padanya. Dean punya pendapat sendiri dan kini ia selalu berusaha mempertahankannya. Seperti istilah belokin anak orang, itu tetap tidak di benarkan.

"Sayang kakiku pegel" Sambil naroh kakinya ke panggkuan Karin. Karin hanya bisa geleng geleng ria, ini Dean bikin hatinya ngilu yakni ngilu nahan tawa, dia yang mondar mandir, dia yang capek, Karin yang mijet. Aish, tapi tetap aja Dean itu segala galanya bagi Karin. Dean malaikatnya dan Karin akan selalu menjaganya.

" Yang pelanan dikit, hmmm" Dean melotot horor, pijitan Karin gak seenag waktu di spa. Ya , jelaslah Karin bukan tukang urut. Tapi karin dokter di rumahsakit yang menangani pasien dengan gangguan psikologi bukan ngurut pasien. Dan kini Karin dengan teliti mijet kaki Dean.

" Dih, kesalon aja klo gitu" Karin beranjak pergi tadinya, toh dia gak bakat ngurut, tapi melihat Dean memanyunkan bibirnya jadi Karin mengurungkan niat.

Talak tiga gak disarankan , hegege

" Sayang" Dean menekan nada suaranya. Yang membuat Karin langsung balik lagi buat duduk disamping Dean.

" Iya sayangku" Karin kini milih menggelitik Dean daripada mijetin kakinya. Mumpung Aka belum balik sekali kali bermesraan dirumah itu bikin happy.

.........

Malam menjelang dan jadwal makan malam pun udah lewat tapi Aka belum balik juga dan itu bikin Dean tambah khawatir. Dean gelisah mondar mandir didepan pintu gerbang rumahnya.

Red (season 3 Iblis Berbalut Luka) GxG (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang