20. [Kim Jennie, Kang Daniel, dan Marlboro (1)]

309 44 29
                                    

Hai, I love Jimin so much.























































  Yoongi menenggelamkan wajah sepenuhnya di atas buku, sumpah mati menyesal menerima ajakan Lalisa kemarin karena sekarang ia benar-benar diserang kantuk.

  Semalam, Lalisa membawa Yoongi mengelilingi Seoul, kemudian bersantai di atas kap mobil sambil memakan ramen di dekat sungai Han, lalu tukar curahan hati dengan ditemani Soju dan beberapa camilan khas di sebuah kedai kecil, alhasil mereka berdua baru sampai apartemen Lalisa sekitar jam 6 pagi, tepat setelah sarapan lagi di restoran siap saji terdekat dengan mata setengah tertutup.

  Singkatnya, Yoongi seakan tidak memiliki beban semalam. Ia benar bebas, tidak ada pikiran tentang tugas, masalah keuangan, pekerjaan, bahkan tiga ksatria Yoongi tidak terbesit sama sekali di pikirannya.

  Bebas, lepas, seakan ia siap terbang kapan saja. Walau hanya sementara.

  Ia lupa bagaimana bahagia tanpa tiga ksatrianya. Lupa bagaimana menikmati dunia tanpa mereka, sampai rasa kalut jika mereka tidak ada. Awalnya, kalau boleh bagi berita, Yoongi asing sekali hanya pergi berdua dengan Lalisa, karena sudah terlampau biasa jika ditemani Jimin, Jungkook, atau Taehyung. Sudah jarang pergi keluar dengan orang lain, sampai sebegitu asing.

  Yoongi menyesal sempat hilang kontak dengan Lalisa, ia harusnya belajar sejak lama kalau berteman bukan berarti terjebak di satu lingkaran. Yoongi menyesali banyak hal beberapa hari ini, bahkan sampai tidak berani beri kabar pun ia menyesal. Yoongi tahu Jimin sudah beri peringatan, tapi jika ia mendengar pernyataan Lalisa kemarin, Yoongi merasa Lalisa juga benar. Ia harus belajar menikmati hidup di saat mereka tengah sibuk dengan hal lain, bukan malah merasa terpuruk tanpa alasan sampai merepotkan banyak pihak.

  Yoongi merasa setelah pergi semalam, dia bisa bernapas lega, walau ia bangun tadi sudah ditemani sakit kepala, setidaknya beban di atas pundak sudah berkurang beberapa. Tidak lagi Yoongi merasa ia sendirian, tidak lagi Yoongi merasa berat memikul semua sendiri, karena nyatanya memang tidak.

  Pahit memang diabaikan, namun ia bisa memilih untuk tidak merasa seperti itu, dengan mencari teman lain, kan?

  Lagipula, bahkan Chanyeol dan Lalisa sudah mengingatkan kalau hidup Yoongi tidak berputar di dunia tiga ksatria.

  Yoongi mengangkat kepala, terkejut saat meja tiba-tiba bergetar. Ia melirik, mendapati ternyata penyebab meja gemetar adalah smartphone yang ia letakkan di samping buku.

[ incoming from 🤭 ]

"Ya?"

  "Dimana. Cepat keluar, saya tunggu."

  Sambungan terputus begitu saja.

  Yoongi menghela napas, membereskan barang-barang, kemudian dia berjalan santai keluar perpustakaan.

  Jimin disana, bersama Jungkook, juga Taehyung.

  Yoongi tahu ini tidak akan berakhir baik.

  Yoongi menguatkan hati pelan pelan, jujur tidak siap, namun dia sudah dihadapkan dengan mereka.

  "Kenapa masih saja, setelah saya bilang tidak?" Jimin berkata, tanpa pembukaan, tanpa bahkan membiarkan Yoongi bernapas sejenak.

  "Darling, aku gak mau sampe Lalisa ngebuat kamu balik lagi ke kebiasaan kamu dulu," Taehyung cepat menimpali, sorot matanya tajam. "Dia bukan perempuan baik."

  "Siapa bilang Yoongi orang baik," Yoongi menjawab, enggan melihat ketiganya. "Tidak ada."

  "Kamu orang baik, tidak pantas main dengan Lalisa. Tugas kamu terlantar nanti, gimana? Kepikiran main aja sama dia." Jungkook menyergah, tidak terima cara Yoongi berbicara.

ULUNG. (pjm;myg)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang