0.01 (Revisi)

9K 472 18
                                    


"Jangan seperti layangan yang putus lalu pergi dan minta dikerjar."


🥀🥀🥀

"Kita putus ya, Nad?" ucap Arisen saat mereka tiba di depan rumah Nadya. Sementara itu, Nadya hanya mampu nematung di atas boncengan motor Arisen. Pikirannya melayang-layang mencari sesuatu yang salah dari yang didengarnya saat ini.

"Nad, kita putus ya? Aku udah gak bisa lagi lanjutin semua ini," ucap Arisen sekali lagi yang membuat kesadaran Nadya kembali. Ternyata ia benar-benar tidak salah mendengar tadi. Tapi, tapi kenapa Arisen tiba-tiba meminta hubungan mereka berakhir?

"Sen? Kamu yakin? Ki-kita udah 4 tahun pacaran 'kan? Tap-tapi kenapa putus? Kamu udah bosen, ya?" tanya Nadya dengan suara sedikit bergetar menahan tangis. Gadis mana yang akan rela hubungan yang mereka pertahankan berakhir begitu saja bahkan tanpa adanya alasan yang jelas? Dia benar-benar merasa dipermainkan saat ini.

Arisen sendiri sebenernya tidak tega memutuskan hubungan mereka. Apalagi hubungannya dengan Nadya terbilang paling lama, biasanya dia hanya mampu berpacaran selama enam bulan dengan mantan-mantannya. Namun, ada sesuatu yang membuat Arisen harus mengakhiri semuanya. Semua yang ada dalam hubungannya dengan Nadya. Arisen sendiri juga terpaksa dan hatinya sama-sama sakit, sedikit melihat Nadya-nya menangis karena dirinya. Ia memilih turun dari motor dan berdiri tepat di samping sang gadis dengan tangan terulur menyentuh pucuk kepala Nadya lembut. "Bukan gitu, Nad. Tapi ini emang yang seharusnya. Sebenarnya sih aku ingin bicarakan ini dari kemarin dan aku rasa sekaranglah waktunya."

"Tapi kenapa, Sen? Hiks... hiks." Akhirnya tangisan yang sedari tadi Nadya tahan pecah seketika. Harusnya dia tidak boleh selemah ini! Seharusnya ia harus kuat! Ini pasti hanya karena masalah seperti kemarin. Semua bisa diselesaikan dan mereka tidak akan putus. Ya, Nadya yakin.

"Jangan nangis, please. Nad, aku sayang kamu, tapi ini jalan yang harus kuambil, mengertilah," kata Arisen lembut sambil menyeka air mata yang mengalir membasahi pipi Nadya.

Inilah yang selama ini ia takutkan dan memilih menunda semuanya. Hati kekasihnya sangat lembut dan sensitif, bahkan hanya karena kucing mati saja ia menangis berhari-hari. Jadi, ini semua memang terpaksa ia lakukan, mau tidak mau hal ini akan tetap terjadi. Ini semua sudah ia pikirkan matang-matang.

Nadya yang memang telah merasa hancurpun menjadi muak dengan semua sikap Arisen kepadanya kini. Mau selembut dan sehalus apapun perlakuan Arisen saat ini tidak bisa membuatnya merasa lega sebelum cowok itu menarik kata putus yang telah ia ucapkan.

Nadya menyingkirkan tangan Arisen dengan kasar. Matanya menatap nyalang sekaligus kecewa kepada kekasihnya ini.  "Kamu kenapa sih, Sen? Salah aku tuh apa? Aku kurang apa? Kita baik-baik aja 'kan tadi?" tanyanya tidak bisa santai sama sekali.

"Nad, please ngertiin aku dong!" pinta Arisen sedikit membentak Nadya, sedangkan yang dibentak kini tersenyum meremeh dengan air mata yang terus mengalir. Hatinya perih, teriris bak daging tergores bambu. Darahnya tidak akan berhenti.

"Ngertiin? Di mananya? Selama ini aku kurang apa sih, Sen? Ngertiin lo yang sibuk mentingin temen-temen lo? Yang selalu ngalah dan pertahanin lo setiap kita debat dan lo minta putus? Apa lagi? Oh iya ngertiin lo yang selalu pergi tanpa kabar dan ditanya ke mana selalu bohong? Apa lagi sih? Ah iya, gue selalu tahu apapun tentang lo dari orang lain? Iya gue udah ngertiin lo. Lo jarang ngasih kabar, jarang ada waktu buat gue. Gue kurang apa sih?" tanya Nadya sambil bersikap seolah menghitung pengertian yang selama ini ia berikan. Bukan mau mengungkit, hanya saja ia merasa tidak pernah dihargai oleh Arisen sampai detik ini. Semuanya yang ia lakukan seperti dianggap angin lalu yang tidak penting untuk dikenang.

"Ck. Drama banget sih, Nad! Siapa suruh lo pertahanin gue? Siapa suruh lo nunggu gue? Siapa suruh lo tanya sama temen gue dan gak nunggu gue ngasih tahu lo?" kini Arisen merasa tak terima dengan apa yang diucapkan Nadya. Terlebih kata sapaan mereka yang biasanya Aku-kamu menjadi lo-gue.

"Gue pertahanin lo karena sayang! Gue nunggu lo karena gue cinta! Dan ini, lo harus inget ini. Gue tanyain lo kemana-mana ke temen-temen lo ataupun ke adek lo itu juga karena gue khawatir. Sekarang, siapa yang gak bisa ngertiin?! Masih gue?!" bentak Nadya lalu turun dari motor Arisen dengan kasar. "Harusnya, dari dulu gue lepas lo, Sen," lirihnya. "harusnya gue gak egois pertahanin elo setiap lo minta putus. Harusnya ... gue gak perlu bersikap bodoh karena gue butuh lo, Sen. Harusnya, harusnya saat semua orang bilang gue bodoh pertahanin elo, gue mundur saat itu juga 'kan, Sen?" lanjutnya lalu berbalik membelakangi Arisen masih dengan isak tangis yang justru bertambah hebat.

"Sial! Bu-bukan gitu, Nad. Aku gak maksud. Arghh.. Please, Nad jangan kaya gini. Nad, kita bisa temenan. Please jangan buat sesuatu yang bikin hubungan kita memburuk." Dan detik selanjutnya Arisen segera memeluk Nadya dari belakang. Sungguh bukan ini yang ia inginkan dan ia tak pernah berfikir akan menjadi seperti ini.

"Gak papa kok, Sen," ucap Nadya pelan lalu menyeka air matanya. "aku terima kita putus. Semua gak berubah 'kan?"

Kini bukan hanya Nadya yang menangis. Karena tanpa disadari siapapun, Arisen ikut menjatuhkan air matanya. Bukankah harusnya ia senang Nadya mau putus dengannya? Bukankah tadi ia yang meminta?

"Iya. Dan aku gak akan cari yang lain lagi Nad. Aku gak mau pacaran lagi," ucapnya pelan lalu melepas pelukannya di pinggang Nadya.

"Makasih ya, Sen, buat 4 tahunnya. Dan maaf buat kesalahan aku selama ini." Ada jeda sebentar sebelum Nadya melanjutkan kalimat yang akan menimbulkan sesak didadanya. "Aku lepasin kamu, Sen. Maafin aku yang selama ini posesif sama kamu, bawel, suka ngeyel, banyak maunya, dan selalu nyusahin kamu. Aku ... Pergi ya, Sen? Jangan dikejar takut aku baper lagi hehe," ucapnya tanpa menoleh sedikitpun ke arah Arisen, setelah itu Nadya memilih berlalu menjauh dari pekarangan rumahnya. Untuk saat ini dia tidak ingin pulang. Dia butuh waktu untuk sendiri.

"Makasih, Nad. Maaf aku terlalu egois buat kamu. Maaf, Nad ..." lirih Arisen memandang nanar punggung kecil Nadya yang semakin menghilang.

🥀🥀🥀

Gimana?? Jelek ya? Ah.. Ya sudah. Itu baru awal ya guys dan ini bakalan beda dari yang kemarin. Bener sih yang itu gak aku lanjutin nunggu ada yang minta wkwk manja bener.

Oiya ini kisah bukan tentang putus lalu musuhan ya. Abis ini kalian bakalan tau kisah penuh kejutan sampe autornya sendiri juga bingung hehe..

Maaf ya kalau emang kurang dapet rasanya. Autornya gak pinter gambarnya hehe..

Thaks

Hey Mantan (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang