RIDDLE or DEATH (Hiatus)

•57%•

"Hah, ternyata"
.

.

.

.

.

.

.

.

.

"TIDAK!!! JANGAN KECOA!!!!" teriak Veren ketakutan lalu berlari terbirit-birit.

"Hahahahahahahahaha, aduh perut gue sakit, hahaha" Dina tertawa sembari memegang perutnya.

"TIDAK!!!!!!" Rachel juga berlari ketika kecoa itu mendekatinya membuat Dina dan Ghina tertawa terbahak-bahak, Stefanny yang melihatnya hanya mengelus dadanya sabar.

"Ih,,, kecoa lucknut kau!!!" Gerutu Veren sembari mengatur nafasnya.

"Huh... Huh... Huh... Tak tau diri kau kecoa huh..."

"Eh itu Loey bukan?" Tanya Veren dengan dirinya sendiri sembari memperhatikan gerak-gerik Loey.

"LOEY!" Panggilnya membuat Loey menoleh ke arah Veren.

"Apa?" Tanya Loey. Veren berlari mendekati Veren lalu menepuk bahu Loey pelan.

"Huh, darimana Lo?" Tanya Veren.

"Dari perpustakaan" jawab Loey. "Emang kenapa?" Loey bertanya balik.

"Hmm, nggak apa-apa, eh tapi kok Lo setiap hari ke perpustakaan? Ngapain aja di sana?" Tanya Veren curiga.

"Baca buku lah" jawab Loey cuek.

"Beneran?"

"Iyalah"

"Itu darah apa?" Tanya Veren menunjuk ke arah sepatu Loey yang ada bercak darah.

"Darah gue, soalnya jari gue tadi kena silet" jawab Loey dengan menunjuk jarinya yang terbalut plester bergambar rilakuma.

"Bukan darah yang lain kan?" Tanya Veren dengan nada curiga.

"Serius" jawab Loey tak acuh.

"Ya udah kalau gitu gue duluan" ucap Veren yang diangguki Loey lalu Veren pun pergi.

"Untung saja tidak ketahuan" batin Loey.

"Loeyyy!!!" Teriak Mutik.

"Apa?"

"Gimana?"

"Gimana apanya?"

"Itu soal semalam"

"Oh itu, semua sudah beres"

"Huh, baguslah kalau gitu"

🔪🔪🔪🔪🔪

Tetttt.... Tetttt

Bel pulang berbunyi, seluruh siswa-siswi pulang dengan wajah sumringah karena berhasil keluar dari kelas yang membosankan itu menurut mereka.

"LOEY!" panggil Stefanny menghampiri Loey yang sedang memasang helmnya.

"Astaga, kenapa?" Tanya Loey mengelus dadanya terkejut.

"Ada yang mau gue omongin" ujar Stefanny.