WY 7

433 79 24
                                    

"Ini kamar Gina Ma," kata anak itu menunjukkan kamarnya yang telah ia rapikan.

Gina, Nasya dan Yogi kini berada bersama di kamar Gina. Gadis kecil itu begitu bahagia keyika ia bisa bertemu dengan Nasya. Hingga terus saja meneteskan air mata. Nasya menatap dengan iba. Ia kemudian menghapus bulir air mata dan memeluk Gina.

"Maafin mama ya sayang, karena lama ninggalin Gina." Nasya ucapkan itu, berharap perasaan Gina akan lebih baik.

Gina anggukan kepala, ia menghapus air matanya. "Mama enggak akan pergi lagi kan?" tanya Gina lagi.

Nasya menatap pada Yogi, ia tak bisa berada di sana terlalu lama. Tentu saja karena sang ayah belum mengetahui apa yang terjadi.

"Mama masih harus kembali ke rumah sakit sayang. Tapi, papa janji mama akan ke sini lagi. Mama baru sadar, masih harus diperiksa sama dokter." Yogi coba menjelaskan. Menjelaskan dengan perlahan, takut sang putri akan terluka.

Gina menatap dengan tatapan sedih. Ada rasa tak rela karena ia harus kembali berjauhan dengan sang ibu. Nasya jadi merasa tak tega melihat Gina yang memeluk dan menatap dirinya dan tak ingin di lepaskan.

“Nanti mama pasti kemballi ke rumah ini Gina. Mama kan sudah janji ke Gina, ya?”

“Mama benar kembali ke rumah ini kan? Kembali sama Gina, hidup sama Gina dan papa?” tanya anak itu lagi.

Nasya tersenyum, Yogi memalingkan wajahnya. Ia tak bisa melihat senyuman itu. Ada rasa sakit dalam hatinya yang sulit untuk diungkapkan.

“Gina tenang aja, pokoknya kalau pemeriksaannya bagus, mama pasti akan minta dokter untuk segera pulang supaya bisa ketemu sama Gina.” Nasya memeluk Gina, dan menciumi wajah anak itu.

“Gina percaya sama mama. Mama pasti sehat dan harus cepat kembali ke rumah ya Ma?” pinta anak itu.

Sejujurnya ini menjadi sebuah dilema besar dalam hidup Nasya. Ia tak ingin membohongi Gina dengan mengaku sebagai ibunya. Namun, setelah seharian ini aku bersamanya. Ada hal yang kembali mengingatkan saat  kehilangan ibunya. Seolah semua hancur, dalam sehari. Nasya tak makan, tak bisa tidur dan hanya menangis. Ia mengerti dan tau alasan kuat mengapa Yogi memilih berbohong pada Gina. Meski, berbohong bukanlah jalan keluar. Seharusnya, pria itu jujur. Jika ia lakukan sejak awal masalah seperti ini tak akan ia alami.

*** 

Gadis itu kini berada di kamar dan membereskan barang-barang miliknya. Kemarin ia sudah mengatakan pada sang ayah  jika, dirinya akan berangkat ke Paris seminggu lagi. Sungguh ia tak terbiasa melakukan kebohongan seperti ini dan ini sedikit mengganggu pikirannya.

"Ayah masih penasaran kenapa tiba-tiba banget tawaran kerja itu Nasya?" tanya Rajin yang kini berdiri di ambang pintu kamar. Menatap sedih pada anak gadisnya. Tak rela jika harus ditinggal tiba-tiba seperti ini.

Ia menghentikan kegiatan dan berjalan ke arah sang ayah, memeluk erat. "Aku pikir ini akan mengembangkan kemampuan Yah. Kalau Na kerja di perusahaan besar, pasti bisa dapat banyak
pengetahuan dan akan berguna untuk Our Fashion nantinya."

Pria itu menghela napas, membelai pucuk kepalaku. "Oke, tapi benar-benar hanya tiga tahun 'kan?"

"Iya, Ayah tenang aja Na akan segera kembali ke rumah nemenin ayah lagi."

Nasya  rasa mungkin benar', hanya akan mengalami tiga tahun dalam kebohongan yang diciptakan Yogi. Karena Yogi mengatakan jika ia akan memberitahu Gina saat gadis kecil itu berusia sembilan tahun. Ia berharap bisa mempercayai kata-kata si pucat.

"Ayah sebenarnya penasaran apa… pak Yogi itu  memilih secara gegabah? Apa dasarnya tiba-tiba dia memilih kamu? Pasti dia belum tau kalau kamu ceroboh juga gegabah 'kan?" tanya Rajin yang terdengar lebih seperti olok-olokan.

Mama Untuk Gina| Min Yoongi (M)(✔) REPUBLISHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang