Yogi membuka matanya perlahan. Kepalanya terasa sakit, membuat ia sulit terbangun pagi ini. Ia memegangi bagian kepalanya, seraya mendesah akibat sakit yang ia rasakan. Sementara di samping Yogi, Abi duduk menunggu kakak sepupunya itu sadar. Ia harus pergi, sementara Nasya sakit akibat semalam terbentur. Gadis yang kini terbaring di tempat tidur itu, demam ketika Abi mengeceknya.
"Kamu udah bangun kak?" tanya Abi melihat Yogi yang perlahan mendapat kesadaran.
Pria pucat itu lalu mengangguk. Melihat sekeliling ia tidur di sofa semalam. Mungkin itu alasan tubuhnya terasa sakit di beberapa bagian pagi ini.
"Nagapain kamu di sini?" tanya Yogi bingung. Dia lupa apa yang dilakukan semalam.
"Aku jaga di sini supaya kamu enggak melakukan hal jahat." Abi menjawab lalu menyerahkan segelas air putih yang ia ambil dari atas nakas yang ada di sampingnya.
Yogi menatap sepupunya itu, seraya menerima gelas berisi air kemudian meneguknya. "Berbuat jahat?" Ia bertanya sepertinya belum ingat kejadian malam tadi.
Abi menggerakkan kepalanya, mengisyaratkan agar Yogi melihat ke belakang. Di sana Nasya yang tertidur di tempat tidur miliknya. Yogi mengalihkan pandangan kembali ke Abi penuh tanda tanya.
"Kenapa dia di sana?" tanyanya.
"Kamu enggak ingat?" Abi melontarkan pertanyaan, ia sebenarnya marah sekali. Namun, ia tau jika Yogi dalam keadaan mabuk berat. Meski tetap saja ia salah besar karena telah melakukan perbuatan seperti itu.
"Sebenarnya ada apa?" Yogi bertanya lagi bingung sendiri.
"Kamu, nyaris memperkosa gadis itu semalam. Dia pingsan karena sepertinya kebentur sofa ini."
"Aku?" Yogi bertanya lagi sambil menunjuk dirinya sendiri.
"Iya kamu siapa lagi," jawab Abi jengah. "Ada apa sih sebenarnya? Kamu marah, teriak teriak enggak jelas."
Yogi mengalihkan tatapannya pada Nasya. "kalau gitu aku hubungi Dokter Dila."
"Aku sudah telepon semalam, dia juga sudah diperiksa. Nasya bilang dia pernah mengalami kecelakaan hampir sembilan tahun yang lalu. Ia sempat lumpuh karena cideranya yang parah. Bahkan sampai saat ini, Nasya enggak boleh terlalu lelah. Kamu semalam dorong dia, hingga sampai kayu di sofa itu kena punggungnya. Dia kesakitan dan pingsan, Nasya baru aja istirahat setelah minum obat, dan tadi juga Bibi Ma bantu kompres punggungnya."
Yogi menatap gadis itu penuh rasa bersalah. Sungguh ia tak bermaksud menyakiti. Ia tak sadar telah melakukan kebodohan itu.
"Kamu udah bisa mengendalikan diri?" Abi bertanya lagi.
"Ya tentu. Aku bisa kendalikan diri." Yogi menjawab dengan sangat yakin.
"Aku harus pergi, kamu tau kan."
Yogi mengangguk, lalu sang sepupu berjalan keluar kamar. Yogi masih menatap Nasya. Harusnya amarah tak membuatnya berbuat seperti itu semalam. Tapi, itu benar-benar di luar kendalinya. Siangnya ia begitu kesal, lalu berharap mabuk bisa membantunya melupakan kekesalan.
Seseorang membuka pintu Yogi melihat Gina yang menatap dengan sedih. Gadis itu melangkah perlahan, menghampiri sang ayah dan memeluknya.
"Mama sakit lagi?" tanyanya lirih.
Yogi menatap nanar, ia merasa bersalah. "iya mama sakit tapi, ia akan baik-baik saja. Semalam Dokternya sudah memeriksa." Ia menjelaskan coba menenangkan Gina.
"Gina." Suara parau Nasya memanggil Gina. Ia terbangun karena suara Yogi dan Gina. Gadis itu duduk kemudian Gina menghambur ke pelukannya. Nasya mengernyitkan kening akibat kesakitan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mama Untuk Gina| Min Yoongi (M)(✔) REPUBLISH
Roman d'amourBertemu dengan perempuan yang 99,999% mirip dengan mendiang istri?! (Start published 10/10/2018) (End: 08/09/2019) (Revisi: Juli 2020) (Revisi: Oktober 2023 jadi lokal) Update lebih cepat di karyakasa