MUG 9

449 75 18
                                    

Selepas pulang bekerja, Yogi tak segera kembali ke rumah. Ia memutuskan untuk datang ke klub, menikmati waktu dengan minum. Seharian tadi sedikit gila karena Nasya. Pikirannya terus saja membandingkan gadis itu dengan sang mantan istri.

“Beberapa hari kamu enggak ke sini?” tanya Teddy dari balik mejanya.

Yogi anggukan kepala, sambil menatap pada gelas minuman miliknya. Sudah sedikit mabuk, tapi masih bisa mengendalikan diri dengan baik. “ya, aku harus melakukan sesuatu. Hmm, dan itu rumit.”

“Rumit gimana?” tanya Teddy lagi.

“Hmm, apa yang aku lihat, bukan yang aku pikirkan. Tapi yang ada dalam pikiranku,  seperti apa yang aku lihat,’ kata Yogi.

Teddy hanya gelengkan kepala. Bingung sendiri bagaimana harus menanggapinya. Karena tak mengerti apa yang dibicarakan oleh Yogi. “Terserah deh, aku sama sekali enggak ngerti apa yang kamu bilang.”

Yogi hanya tersenyum, karena ia sendiri juga tak mengerti apa yang terjadi.

Malam itu, Yogi habiskan dengan sibuk meneguk minuman. Setidaknya ia tidak jadi gila karena pikirannya sendiri, Ia kembali, diantar oleh petugas klub, sudah menjadi kebiasaan.

Ia melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah dengan sempoyongan. Saat itu Nasya masih terbangun, karena tadi baru saja selesai mengobrol dengan temannya Cahya melalui panggilan telepon.

“Hai,’ sapa Yogi.

Nasya menghampiri, ia mengendus Yogi. Aroma minuman begitu kuat penciumannya. “Kamu mabuk ya?”

“Aku?” tanya Yogi pada dirinya sendiri. Yogi kemudian menggelengkan kepalanya. “Aku enggak mabuk.”

“dasar aneh,” kesal  Nasya.

“Ras, aku sayang kamu Rasya.” Yogi berkata sambil menatap Nasya.

“Iya, iya, terserah.”

“Kangen kamu tau enggak? Hmm? Cium aku sini cium sayang. Aku maafin semua sayang, aku maafin semua, asal kita sama- sama ya sayang?”

Nasya hela napas sambil menatap pada Yogi yang terlihat sangat kacau. Entah apa kesalahan yang dilakukan mendiang istrinya, Hanya saja dari sini, Nasya bisa merasakan ketulusan seorang Yogi. Meskipun, pria itu terlihat dingin dan kurang ajar padanya.

“Maafin aku kan Sya?” tanya Yogi lagi.

“Iya bawel,” kesa Nasya sambil bersusah payah membuka pintu kamar Yogi.

 

Nasya harus berusaha keras membntu Yogi untuk bisa masuk ke kamarnya. Sampai akhirnya keduanya sampai di kamar.

“Sya, kiss me please,” pinta Yogi sambil  memajukan tubuhnya.

Nasya jelas tak suka dengan apa yang dilakukan Yogi. Segera saja, ia melepaskan rangkulannya dan mendorong Yogi ke tempat tidur. Dan pria itu segera saja terpejam.

“Huft, untung tidur bukan ngereog dia,” kata Nasya.

Ia melepas sepatu, kaos kaki dan juga melonggarkan dasri Yogi. Sebelum akhirnya berjalan ke luar kamar. Ia sedikit terkejut ketika berhadapan dengan Sadam yang berjalan dengan tergopoh-gopoh.

“Pak Yogi?” tanya Sadam.

“Udah di dalam,” jawab Nasya.

“Syukurlah, maaf saya terlambat.” Sadam merasa bersalah karena datang terlambat dan Yogi datang sebelum kedatangannya.

“Mas memang selalu kesini setiap dia pulang mabuk?” tanya nasya canggung.

Sadam tersenyum atas kecanggungan yang terjadi. “Nama saya Sadam, biasanya ibu Rasya panggil saya Sada. aja.”

Mama Untuk Gina| Min Yoongi (M)(✔) REPUBLISHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang