MUG 13

359 74 14
                                    

"Nasya?"

Gumam pria dengan senyum yang manis bagai kelinci itu. Nasya menatap Kinan dengan heran. Ia sama sekali tak mengenal pribadi hadapannya itu.

"Maaf?" tanya Nasya bingung.

Kinan menatap dengan tatapan yang tak bisa diartikan. Ada rindu, dan benci dalam tatapannya. Ia menatap gadis itu tanpa jeda. Nasya memalingkan wajahnya kemudian, mengajak Gina untuk segera bangun dan  beranjak dari tempat itu. Baru saja Nasya akan melangkahkan kakinya, Kinan memegang tangan Nasya sehingga ia sedikit limbung. Yogi saat ini tepat berada di sana dan memegang bahu Nasya. Setelah itu ia menatap ke arah Kinan.

"Ke mobil," perintah Yogi pada Nasya dan Gina. "Sekarang." Pria itu menekankan.

Nasya baru saja akan melangkah bersama Gina. Tapi tangan pria asing yang baru Nasya temui itu, seolah tak ingin melepaskannya. Yogi menyaksikan itu menatap Kinan dengan penuh amarah.

"Dia istriku!" hardiknya seraya melepaskan genggaman tangan Jeon pada Nasya

Pria itu tak perduli tatapannya terpaku pada Nasya. Membuat Nasya takut juga Gina. Mereka segera meninggalkan tempat itu. Nasya seolah menjadi magnet bagi si tuan Kinan. Tatapan matanya tak mau lepas dari Nasya.

Tapi belum sempat Nasya berjalan menjauh Kinan mengejar dan menggenggam tanganku Nasya.

"Nasya hai," lirihnya.

Mendengar panggilan lirih  dan apa yang dilakukan pria itu membuat Yogi marah. Ia mendorong agar Kinan menjauh. "Ke mobil sekarang!" perintahnya tegas dan harus, tanpa penolakan.

Nasya menggendong Gina dan berjalan cepat ke mobil. Sementara Yogi menatap Kinan penuh amarah, juga menghalanginya agar ia tak mengejar Nasya. Ia teringat akan foto yang ia terima. Jeon tak peduli dengan dorongan yang ia dapat. Ia terus menatap gadis yang berjalan menjauh itu. Tak memperdulikan sekitar.

Sebuah pukulan melesat di wajah Kinan. Pria itu lalu seolah mendapat kesadaran. Ia menatap Yogi, tatapan penuh selidik. Entah apa maksudnya saat ini mereka berdua sama-sama memiliki sebuah amarah dengan alasannya masing-masing.

"Kamu sembunyiin Nasya?" tanya Kinan kemudian terkekeh kecil.

Yogi mengernyitkan keningnya, bingung dengan apa maksud dari pria di hadapannya itu. Ia tak menjawab hanya saja banyak pertanyaan yang tiba-tiba muncul di pikirannya.

"Aku akan cari jawabannya sendiri." Kinan memilih pergi setelah ia tau tak bisa lagi mengejar Nasya. Dengan wajah yang menunjukkan ada sesuatu diantara dia dan Nasya. Yogi mencatat itu baik-baik membuat banyak tanya dalam benaknya

Lalu segera juga Yogi melangkah cepat menuju mobil. Nasya duduk di belakang bersama Gina. Baru saja gadis itu akan bergerak untuk pindah ke kursi penumpang. Yogi melarang.

"Di belakang saja temani Gina," titahnya.

Nasya, tak kalah bingung. Ia tak mengenal Kinan. Lalu siapa pria itu? Apa mungkin ia mengenalnya di masa lalu? Ia tahu betul bahwa ingatannya pernah hilang. Mungkinkah Kinan salah satu  bagian dari masa lalunya yang hilang?

"Papa—" Gina ingin bertanya dalam ketakutan yang ia rasakan.

"Jangan khawatir, enggak ada yang perlu Gina cemaskan. Sama Mama saja. Kita harus pulang. Gina enggak marah kan?" Yogi coba menenangkan.

Gina menatap Mama palsunya. Nasya hanya tersenyum mencoba meyakinkan bahwa semua baik-baik saja. Mobil itu melaju, kembali ke rumah. Yogi merasa di sana lebih aman. 'Pun kehadiran Kinan mengganggu suasana hatinya.

***

Malam hari pria pucat itu duduk di meja kerjanya. Menopang wajah dengan tangannya, keningnya berkerut tanda ia memikirkan sesuatu. Tentu, kejadian siang tadi masih mengganggu hatinya.

Mama Untuk Gina| Min Yoongi (M)(✔) REPUBLISHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang