MUG 8

592 78 26
                                    

Nasya terbangun dengan malas karena ponselnya yang terus saja berbunyi. Ia beranjak duduk menatap Jimmy yang masih tertidur di sampingnya. Ia mengambil ponsel yang berada di samping bantal dan segera menerima.

Semalam keduanya berkencan, dan Nasya kini berada di apartemen sang kekasih. Keduanya menghabiskan waktu sebelum Nasya harus meninggalkan Jimmy.

"Halo?"

"Ke rumahku sekarang. Gina demam dan dari semalam mengigau. Gina terus saja memanggil mama dan mama." Itu adalah Yogi yang memberitahu kalau putrinya sejak semalam demam sejak bertemu dengan Nasya. Gina seolah merasa ketakutan akan ditinggalkan lagi.

"Kan seharusnya besok?" tanya Nasya kesal. Sejujurnya hari ini dia berharap bisa menghabiskan waktu lebih banyak bersama Jimmy.

"Bilang saja ada yang harus kamu urus hari ini."

Nasya menghela napasnya kesal. Padahal hari ini sudah membuat beberapa rencana yang akan ia habiskan bersama dengan kekasihnya. Dan lagi-lagi Yogi mengganggu rencananya itu.

"Kamu harus cepat ke sini, aku nggak mau tahu apapun caranya." Yogi mengancam lalu dengan segera mematikan panggilan.

"Sial," umpat Nasya.

Nasya segera bangkit kemudian berjalan ke kamar mandi untuk segera membersihkan tubuh. Setelahnya ia menyempatkan diri untuk membuat sarapan untuk Jimmy. Baginya, itu wajib saat mereka bersama. ia tak ingin Jimmy melewatkan sarapannya.

"Aw!" Nasya memekik ketika seseorang yang tidak lain adalah Jimmy memeluk dari belakang.

Jimmy memeluk Nasya dari belakang, merebahkan kepala di ceruk leher jenjangnya. Ia menghela napasnya berat. Semalam mereka kelelahan akibat merapikan pakaian Jimmy juga membeli beberapa perlengkapan untuk mereka saat nanti berangkat. Keduanya juga saling mendukung satu sama lain, saling menyemangati karena akan berpisah dalam waktu yang cukup lama.

"Sayang ...." Suara Jimmy seketika menjadi lebih berat dari sebelumnya. "Hmmmph," lenguhannya terdengar menginginkan sesuatu.

"Jangan sekarang, aku aku buru-buru ya," Tolak Nasya, seraya memegangi wajah Jimmy dengan tangan kanannya, kemudian mengecup bibir pria itu singkat.

Jimmy mencium pundak Nasya. "Nanti malam aku berangkat."

Benar, Nasya lupa jika malam nanti Jimmy akan berangkat ke Jepang. "Terus gimana sarapan kamu?"

"Aku enggak butuh sarapan itu, aku butuh sarapan yang lain." Jimmmy katakan denganseduktif seraya melirik bagian 'tengah' tubuhnya.

Nasya bisa melihat, jika ada celana Jimmy mengembang karena kebiasaan paginya. Morning syndrom seperti kebanyakan pria lain. Dan setiap pagi Jimmy memang cukup liar dan menakutkan.

Nasya ingin menolak, tapi ia juga tau kalau mereka akan lama bertemu. "Jangan terlalu lama ya," pinta Nasya.

Jimmy mengangguk tak menyia-nyiakan waktu ia mencium cepat bibir Nasya. Menyesapnya, menikmati seolah itu adalah sebuah permen manis. Lip tint yang di pakai Nasya memberi sensasi tambahan. Wangi cokelat membuat Jimmy semakin melumatnya tanpa ampun.

Nasya tanggalkan semua yang ada pada Jimmy dengan cepat. Semua karena Jimmy memang Shirtless saat menghampirinya tadi. Sementara Jimmy, menarik ikatan handuk kimono Nasya, ia sudah membersihkan tubuhnya. Namun memang belum berganti pakaian, masih tetap tertutup pakaian dalam.

Jimmy bergerak mencium leher jenjang Nasya. Seraya membopong tubuh Nasya agar duduk di meja bufet miliknya. Suara desah riuh di ruangan itu lengkap dengan suasana hangat yang kian panas. Buffet yang seharusnya menyajikan makanan, kini menyajikan Nasya sebagai santapan utaman Jimmy.

Mama Untuk Gina| Min Yoongi (M)(✔) REPUBLISHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang