▪PROLOG▪

3.7K 195 97
                                    

#10 tahun yang lalu

10.20

Suara burung- burung berkicau merdu bak alunan musik terdengar dari bawah pohon rindang. Kicauannya seakaan sambutan untuk Angin yang bertiup dari arah barat. Tak mau kalah Pohon dan ranting ikut bergoyang mengalun seirama.

Suasana yang nyaman, asri, serta hembusan angin yang begitu menyejukkan membuat siapapapun yang merasakannya pasti ingin terus berlama lama disini menikmati suasana sore di pedesaan.

Disana dua anak kecil berumur 7 tahun yang bernama Arga dan gadis kecil yang dipanggil Arga dengan sebutan 'Ela' tertidur pulas disebelahannya dengan menjadikan bahunya sebagai tumpuan kepala gadis kecil itu.

"Arga!!"

"Ayo sayang kita berangkat! Nanti kita ketinggalan pesawat." Seru ibu Arga dengan nyaring diujung sana.

Arga mendengarnya, mencoba menegakkan tubuhnya lalu dia memperhatikan Ela, pemilik pipi cabby yang kemerah merahan itu pasti akan Arga rindukan.

"Ela bangun! Aku harus pergi." Ia menepuk pelan pipi Ela,

Gadis kecil itu menggeliat terbangun, mengucek ngucek kedua matanya. Begitu terbuka dengan sempurna mata hanzel itu langsung bertemu dengan Arga.

"Arga,..."

"Arga jangan Pergi!"rengek gadis kecil itu dengan mata berkaca kaca ingin menangis.

"Arga jangan tinggalin eraa,,,"

"Tadi Eraa mimpi Arga pergi. Eraa sendili."ucap Eraa sedih.

"Eraa gamau Arga pelgii!"

Arga kecil tersenyum

Bahkan lewat mimpi Elaa sudah diberitahu bahwa Arga akan pergi. Selama ini, sejak mereka berumur 5 tahun hingga sekarang, umur keduanya 7 tahun. Mereka tak pernah terpisahkan dan sekarang mereka harus berpisah karena Arga dan Keluarganya harus pindah ke kota untuk urusan bisnis ayahnya disana, dan mau tidak mau Arga juga harus ikut dan melanjutkan hidup di sana.

"Kamu takut Elaa?" Arga kecil bertanya. Gadis kecil yang di panggil Elaa itupun mengangguk kecil.

"Nanti Eraa sama siapa kalo Arga pelgi, arga gak bisa temenin Eraa main lagi dong.. "oceh Eraa. Dia mengerucutkan bibirnya hingga hanya bibir bawahnya saja yang terlihat.

"Elaa,"

"Eraa "eja gadis kecil itu, ditengah ia bercerita tetap mendebat. "udah berapa kali Era bilang kalo nama aku ituh bukan Elaa tapi Eraa."ujar gadis cadel itu membetulkan dengan kesal, sekarang tidak ada lagi raut wajah sedih yang tadi, kini hanya ada raut jengkel yang sangat menggemaskan.

"Oh ya? Yaudah kamu Ela nya aku aja. Kayak cerita cindelella. Aku jadi pangeran dan kamu jadi Ela" kata Arga.

"Eraa jadi plinces dong?! "

"Iya. Mau kan? "

"TERSERAH."gadis kecil itu masih cemberut dan melipat kedua tangan nya di depan dada.

HeartbeatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang