BAB 13

335 69 8
                                    

Brakk!!!

Pria itu tersungkur, aku segera menoleh.

Raihan????

Dia menarik tanganku dan membawaku ke belakang tubuhnya, bersembunyi. "Jangan lagi-lagi melakukan hal bodoh!" katanya pelan, tanpa menoleh.

"Yang anda cari itu saya, jangan mempersulit orang lain." Matanya menajam, Raihan mengepal kedua tangannya, sesuatu yang tidak pernah kulihat.

Raihan mendekati pria kekar itu, menarik kerah baju pria yang kelihatan terlihat takut sekali saat berhadapan dengan Raihan. Tangannya bergetar, wajahnya menampakkan kekhawatiran.

"Saya peringatkan, katakan pada manusia yang menyuruh anda, sampai kapanpun saya tidak akan menemuinya, katakan juga padanya bahwa bagi saya dia sudah mati."

Lelaki itu terdiam, entah apa yang membuatnya takut ketika melihat Raihan.

Raihan membalikkan badannya, menarik tanganku, membawaku bersamanya. Aku masih tidak percaya atas apa yang aku lihat sekarang, aku bahkan tidak mengetahui ada sisi menakutkan dibalik tubuh Raihan.

Kedua matanya menyulutkan kemarahan, gertakannya sama sekali tidak seperti Raihan yang aku kenal.

Dia masih menggenggam tanganku, kuperhatikan baik-baik wajahnya sepanjang kaki kami terus melangkah.

"Jangan melihatku seperti itu, aku melakukannya karena terpaksa." ucapnya tanpa menengok sedikit pun, matanya terfokus pada sisi arah yang aku tahu itu adalah jalan keluar dari kampus kami.

Lagi aku hanya diam mengikuti langkahnya saja, meski banyak sekali yang ingin kutanyakan padanya.

Suasana menjadi canggung, hening sesaat. Tidak kulepaskan genganggamannya, aku takut. Tidak tahu apa yang sedang aku takutkan, tapi---. Kalian pasti pernah merasa seperti itu kan?

"Naik."
"Ke mana? dan--"

Aku berdiri di samping motor Vixion yang sangat aku kenali.

"Azka yang memberikannya padaku." Kalimat itu langsung menyambar, seolah ia mengetahui apa yang sedang aku pikirkan.

Aku menilik wajahnya, ia justru memasangkan helm padaku, "Jangan tanya apapun, sampai aku yang memberitahukan alasannya."

Aku terdiam,

Aku langsung naik ke atas motornya, memegang ujung hoodie yang ia kenakan.

Raihan melajukannya dengan kecepatan tinggi, ketakutanku semakin menjadi saat ia hampir saja menabrak pria paruh baya yang ingin menyebarang.

"Raihan!" ucapku histeris mengeratkan peganganku.

Seperti tidak peduli, ia hanya diam. Ke mana Raihan yang aku kenal selama ini??? aku menghembus napas kasar.

Ternyata ia membawaku ke alun-alun Bandung. Ia memarkirkan motornya, aku turun segera lalu melangkah lebih dulu meninggalkan. Percayalah, sikapnya membuatku takut.

Aku bisa melihat ia berlari kecil ke arahku, menyamai langkahku. Sedetik kemudian ia meraih tanganku, menarikku ke pinggir, duduk di pinggiran alun-alun, lesehan.

"Naz,,,"
"Hhmm..." Aku tidak berani melihat wajahnya.

"Maaf sudah membuatmu takut."
"Aku nggak takut."
"Bohong, sejak kapan Nazhira suka berbohong."

Aku terdiam, aku lupa, fakta bahwa Raihan sangat mengenal diriku yang aku sendiri bahkan tidak bisa mengenali diriku sendiri.

Dia memegangi bahuku, memutarku posisi ke arahnya, kami berhadapan. Ia menaikkan daguku agar mata kami saling bertemu.

Give Me That FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang