"Bolehkah aku menjadi ayah dari anak itu?"
Bulan Juney harus merelakan masa mudanya untuk mengurus anak di luar nikah yang sedang dirinya kandung. Juney pun terpaksa mengasingkan diri, ia harus hidup dan menghidupi anaknya seorang diri di kota yang...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Instead of stop, look for a way out."
Mari lebih mengenal sosok Juney. Perempuan manis yang telah merampungkan setengah perjalanan di bangku kuliahnya dengan begitu mulus. Mendapatkan predikat sebagai mahasiswa berprestasi, sama sekali tak mengundang keheranan siapapun. Semua orang mengamini bahwa dirinya memanglah layak untuk menempati posisi tersebut.
Anak dari pasangan Harris Rajaya dan Irene Rajaya, pengusaha ternama dan juga aktris papan atas Ibu kota. Sejatinya semua orang mengenal siapa orang tua Juney, pengecualian bagi mereka yang tidak memiliki televisi atau inisiatif untuk mencari berita di internet.
Namun, meskipun begitu, kehidupan pribadi Juney tidak terlalu terekspos di hadapan khalayak. Bukan tanpa sebab, hal itu memang permintaannya sendiri, selain tidak suka, Juney juga mengidap serangan panik yang bisa sewaktu-waktu mengambil alih kendali dirinya.
Juney menjalani kehidupan kuliah seperti mahasiswa pada umumnya, tidak ada perlakuan khusus yang ia dapat hanya karena merupakan anak dari tokoh publik. Bahkan Juney beberapa kali mewakili universitasnya di ajang perlombaan dan tak sedikit pula pulang sebagai juara. Ah, dan, tentu saja tidak ada yang berani merundungnya.
Ayolah, tidak semua mahasiswa pintar itu berpenampilan culun atau layak untuk diperlakukan tidak adil seperti serial drama yang kalian tonton. Juney berbeda, ia sangat lucu. Selain itu, ia juga begitu manis dan menggemaskan. Tidak heran banyak perhatian tertuju padanya, tapi sayang, Juney tidak cukup pintar untuk menyadari hal-hal semacam itu. Ah, benar, ia sangat-sangat polos!
Juney tidak terlalu banyak mempunyai teman di kampus. Dibanding pendiam atau angkuh, lebih pas jika memanggilnya sebagai seorang pemalu. Tapi meskipun begitu, ia cukup ramah dan juga murah senyum. Setidaknya itu lebih dari cukup, mengingat betapa terlihat mahal dan spesialnya senyuman itu.
Senyum yang bisa membuat siapapun menjatuhkan hati kepadanya.
Pada intinya, kehidupan Juney berjalan normal dan baik-baik saja sejauh ini. Namun, bak mantra yang sekali ucap apapun dapat terjadi, kini semuanya telah berubah berbanding terbalik. Roda kendaraan yang Juney tumpangi untuk mengelilingi dunianya berputar 180 derajat dengan kecepatan penuh. Bahkan hanya membutuhkan waktu semalam saja untuk mengantarkannya sampai ke titik terendah dalam dirinya. Berdestinasi keterpurukan dan keputusasaan.
Berkat malam itu juga, Juney sampai ke tempat ini malam ini. Tempat yang belum pernah ia injakkan kaki sebelumnya. Terlihat asing, bahkan sampai atmosfer yang tercipta di sekelilingnya, begitu menyeramkan!
Ya, sungguh lucu kehidupannya sekarang. Baru pertama kali kakinya menyentuh tanah tempat pelariannya saja kesialan sudah menghampiri. Sang lembaran baru yang ia idamkan juga seolah tak sudi untuk sekadar menyambut dan mengucapkan selamat datang kepadanya, bahkan yang menjemputnya pertama kali ialah sebuah permasalahan.