8. Tears

39 17 0
                                    

"Let your tears fall

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Let your tears fall. And then you will understand the reason why it is necessary."































Kerincing bunyi lonceng mengiringi langkah seseorang memasuki Ruby's Caffe, tempat di mana Juney sedang mencari pundi-pundi uang sekarang. Perawakan jenjang dan tahi lalat di sebelah kanan mata wanita itu dapat dengan mudah Juney kenali. Ternyata itu Kalea Larasati.

"Wah, apakah ini orang yang sama dengan yang kutemui saat pingsan dulu itu?"

Juney mengulas senyum malu. "Sudah kubilang jangan ungkit-ungkit kejadian itu lagi!" rengeknya dengan memasang raut wajah kesal yang dibuat-buat.

Kalea terkekeh, gemas menyaksikan penampilan sahabat barunya yang terlewat lucu dengan celemek cokelat muda seragam kerjanya itu. "Baiklah, baiklah. Sekarang beri aku secangkir Latte hangat."

"Baik, silakan ditunggu pesanannya!" ujar Juney sembari memasang senyuman manis. Ia harus bersikap ramah terhadap pelanggan, bukan? Ya, meski pelanggannya kali ini adalah temannya sendiri.

Hari ini tepat satu minggu sudah ia bekerja sebagai kasir. Berkat ini senyum cerianya perlahan mulai kembali, berubah lebih tulus. Mendapatkan beberapa teman baru di sini membuatnya sedikit bisa melupakan beban masalah yang sedang dirinya pikul. Walaupun sesaat, setidaknya, Juney dapat kembali merasakan bagaimana rasanya menikmati hidup.

Selama seminggu ini pula ia menjadi lebih akrab dengan Jupiter, murid sekolah menengah yang berperawakan tak sesuai dengan usianya itu. Bukan hanya tentang betapa tinggi dan besarnya badan Jupiter, tetapi juga tentang seperti apa pemikiran pemuda 16 tahun tersebut. Bahkan, terkadang Juney merasa bahwa Jupiter jauh lebih dewasa dibanding dirinya.

Semua itu ditunjukkan saat dengan sukarela Jupiter akan menjemput Juney setiap ia selesai merampungkan pekerjaannya di pukul lima sore. Meski hanya menemaninya untuk menumpangi bus kota dan berjalan kaki menuju apartemen, Juney sudah merasa sangat beruntung dan berterimakasih akan hal itu.

Hati Juney selalu berdebar di saat Jupiter melakukan hal-hal kecil yang menurutnya sangat menyentuh. Seperti mempersilakannya untuk masuk ke dalam bus terlebih dahulu, membiarkannya bersandar di bahu pemuda itu, membawakan tas, mengajaknya mengelilingi taman kota saat senja datang, atau mengajaknya makan malam bersama.

Juney sudah menganggap Jupiter seperti seorang adik yang selalu siap siaga melindungi dan menjaganya dari marabahaya.

Seperti saat ini, jam sudah menunjukkan pukul setengah lima sore. Waktunya untuk berkemas-kemas dan kembali pulang ke kediamannya. Berdiri di depan mesin kasir dari pukul sembilan pagi tadi cukup membuatnya merasa pegal. Juney akan menunggu kehadiran Jupiter dengan bergabung bersama Kalea terlebih dahulu.

Berbicara mengenai Kalea, dokter muda itu memang sudah berjanji kepada Juney untuk mengunjungi tempat kerjanya sedari awal ia mendapatkan pekerjaan. Namun, gadis itu baru bisa menepati janjinya satu minggu setelahnya. Tidaklah mengapa, yang menjadi persoalan sekarang adalah alibi seperti apa yang harus Juney berikan saat Kalea bertemu dengan Jupiter nanti.

EXILE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang