12. Balloon

58 12 0
                                    

"You don't be afraid of the dark

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"You don't be afraid of the dark. Because I always shine upon you."





























Joshua bejalan santai seraya bersiul menelusuri jalan setapak yang merupakan jalan pintas menuju apartemennya yang sekarang sedang ditinggali oleh Juney.

Pemuda jangkung itu baru saja menyelesaikan aktivitas lari paginya dengan hanya menggunakan singlet hitam, celana jogger abu-abu, dan jangan lupakan kedua telinganya yang kini tersumpal sepasang earbuds yang sedang memutar lagu favoritnya.

Banyak pasang mata yang saat ini tertuju padanya. Bukan perkara dirinya tampan atau apa, tapi lihat saja polah tingkahnya yang kini sedang berjoget ria seirama dengan melodi musik sembari menunggu turunnya lift.

Joshua juga mengepalkan jari-jari tangan kanannya untuk dijadikan seolah-olah sebagai  mikrofon. Bilah bibirnya bergerak-gerak melantunkan lirik demi lirik secara lypsing, bak sedang berada di tengah panggung megah dengan ribuan penonton. Ah, mungkin ia lupa bahwa dirinya sedang tidak berada dalam bilik kamar mandi.


TING! TONG!


Saat ini dirinya sudah berada tepat di depan unit apartemen nomor 609. Sebenarnya Joshua tahu sandi untuk membuka pintu ini, akan tetapi ia memilih untuk menghormati Juney yang sedang mengambil alih hak milik kamar tersebut.

Detik berikutnya pintu sudah sepenuhnya terbuka, menampilkan perawakan menggemaskan dari sang pemilik dengan mengenakan sweter berwarna kuning dan celana jin longgar yang terlihat pas membentuk lekuk tubuh indahnya.

"Sudah kubilang kau bisa langsung masuk tanpa menekan bel, Joe," ucap Juney sebagai kata pembuka darinya.

Joshua tersenyum lebar dengan memamerkan deretan gigi. "Kalau aku tidak mau bagaimana?" canda si sulung Murphy itu yang hanya mengundang dengusan kesal Juney.

Pemuda yang akan segera menginjak usia delapan belas tahun tersebut masih belum puas menggoda kakak kesayangannya itu. "Aku sengaja, Nona cantik! Aku mau melihat kamu membukakan pintu untukku," lanjut Joshua masih dengan senyum lima jari andalannya.

Juney menyerah. "Terserah kamu saja."

Jam telah menunjukkan pukul sembilan pagi. Matahari di luar juga sedang gencar-gencarnya memamerkan eksistensi. Hari ini Juney memang sudah berjanji kepada Joshua akan menemaninya membuat kartu identitas nasional. Sedikit terlambat memang, tapi apa yang bisa diharapkan dari seorang Joshua Murphy?

"Mau pergi sekarang? Aku sudah siap."

Joshua menggeleng-gelengkan kepalanya lucu. "A-ah, No-no, beri aku waktu untuk mandi sebentar," tawarnya sambil menggerak-gerakkan jari telunjuk mengisyaratkan sebuah larangan atau penolakan.

EXILE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang