Malam pun tiba. Juney kembali ke apartemen ditemani oleh tetangganya, Kalea. Kedua perempuan rantau itu telah menghabiskan waktu bersama cukup lama hari ini, cukup untuk mereka saling bertukar cerita tentang kesombongan diri masing-masing.
Namun, tentu saja Juney belum memiliki keberanian untuk sekadar mengatakan yang sebenarnya terjadi kepada teman barunya itu. Ia tak cukup siap untuk menerima tanggapan atau bahkan ocehan Kalea terkait cerita di balik kehamilannya.
Kini Juney dan Kalea sedang duduk di sofa yang terletak di ruang tamu. Sepulang dari rumah sakit tadi, perempuan berusia 22 tahun yang mengaku akan menjaga Juney itu berjanji untuk selalu menemani dan mengingatkannya perihal kesehatan, terutama kesehatan anaknya.
"Di mana ayah dari anakmu itu, Juney?"
Juney sontak menegakkan duduknya. Sedikit terkejut akan pertanyaan yang diajukan Kalea tanpa ada aba-aba tersebut. "Ah, itu..., a-aku tidak tahu."
Setelahnya Kalea memandang ke arah wajah Juney, menelisik manik perempuan cantik itu yang kini sedang menunjukkan gelagat aneh. "Bagaimana bisa kau tidak tahu di mana suamimu? Apakah dia sedang bekerja?"
Pertanyaan tersebut hanya bisa Juney balas dengan gelengan singkat serta senyuman culas. Pada kenyataannya, jika ditanya tentang suami, tentu saja Juney tidak punya. Ia belum menikah atau dinikahi oleh siapapun.
Namun, jika pertanyaannya adalah tentang ayah dari anak yang sedang dirinya kandung saat ini, Juney tidak berbohong jika ia mengatakan tidak mengetahui keberadaan pria tak bertanggungjawab itu.
Tora Davidson menghilang begitu saja bak ditelan bumi pasca Juney mengaku hamil anaknya beberapa bulan lalu. Dengan entengnya ia kabur setelah menghamili anak orang!
Detik berikutnya pintu terbuka dengan tergesa. Menampilkan batang hidung sesosok lelaki jangkung dengan wajah babak belur dengan tas dan pakaian olahraga yang sudah tak berbentuk masuk ke dalam apartemennya.
Sontak hal itu mengundang tanya kedua orang penghuni yang sudah berada di dalam unit apartemen ini sebelumnya. Juney terkejut setengah mati, spontan menutup mulut dengan jari-jari lentik miliknya. Sedangkan Kalea yang secara bergantian menatap keduanya pun mengangguk paham.
"Rupanya kamu suami Juney? Tak kusangka kalian pasangan muda, padahal aku sudah membayangkan jika lelaki yang akan datang malam ini adalah seorang pria berumur matang, tampan, dan kaya raya," ujar Kalea seraya beranjak berdiri dari duduknya, mendapat tatapan tajam dari manik serigala lelaki di hadapannya itu.
Meskipun ia sama sekali tak mengerti maksud dari perkataan yang wanita di depannya itu katakan, Joshua cukup tak terima akan kata-kata yang seolah meragukan eksistensinya sebagai seorang laki-laki tampan dan kaya.
"Huh, apa aku tak terlihat cukup tampan di mata Anda, Nyonya?" tanya Joshua tak terima, sedikit sarkas dengan memanggil Kalea menggunakan sebutan Nyonya.
Kalea terkekeh sembari mulai mengemasi barangnya. "Ya, terserah kau saja, mau muda atau tua, kaya atau miskin, tampan atau tidak, yang jelas sebagai seorang suami kau harus menjaga istri dan anakmu."
Joshua mengangakan mulut. Tunggu sebentar, apakah hanya dirinya di sini yang tidak mengetahui arah pembicaraan dari wanita banyak gaya di depannya ini? Suami? Istri? Anak? Apa maksudnya?
"Apa mak---"
"Kukira kau sibuk bekerja demi menghasilkan uang sampai-sampai tak tahu kalau Juney pingsan dan dilarikan ke rumah sakit," ucap Kalea tegas. Ia sudah cukup dibuat kesal dengan lelaki yang disangkanya sebagai suami Juney ini karena telah mencampakkan teman barunya itu.
Sesaat setelahnya mata serigala Joshua bergerak menangkap keberadaan Juney yang sedang mematung di belakang Kalea. Pandangan mata mereka bertemu sekelebat, terlihat rona kekhawatiran di masing-masing binar netra keduanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/152801837-288-k718879.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
EXILE
Romance"Bolehkah aku menjadi ayah dari anak itu?" Bulan Juney harus merelakan masa mudanya untuk mengurus anak di luar nikah yang sedang dirinya kandung. Juney pun terpaksa mengasingkan diri, ia harus hidup dan menghidupi anaknya seorang diri di kota yang...