Seperti sebuah kebiasaan, Haechan tengah menyenderkan kepalanya pada bahu Mark. Sementara itu di depan Mark ada kotak bekal yang dibuatkan Haechan seperti janji Haechan dulu. Sesekali Mark mengarahkan sumpitnya ke arah mulut Haechan yang diterima Haechan dengan baik.
Seorang siswi datang mengenterupsi aksi suap-suapan Mark dan Haechan. Lee Chaerin, siswi yang waktu itu dengan berani-beraninya hampir menabrak Haechan dan untungnya diselamatkan oleh Mark.
"Chaerin?" Mendengar suara Mark memanggil seseorang, Haechan pun membuka matanya sedikit untuk mengintip siapakah orang yang disapa Mark.
Matanya yang awalnya menyipit menjadi terbuka lebar saat melihat siswi tersebut. Walaupun Haechan bukan orang yang suka menghapalkan wajah dan nama orang, tapi setidaknya dia tahu siapakah orang di depannya itu.
Haechan yang awalnya sudah senang karena memiliki waktu berduaan dengan Mark tiba-tiba menjadi kesal saat Chaerin datang mengganggu waktunya bersama Mark.
Mata Chaerin melirik sekilas ke arah Haechan yang tengah cemberut seraya menatapnya sinis. Mark yang tidak sadar dengan apa yang sedang terjadi hanya tersenyum ramah ke arah Chaerin.
"Kenapa, Chaerin?"
"Uhm, aku cuma ingin bertanya tentang soal bahasa inggris. Aku dengar dari kelas lain kalau kamu jago di mata pelajaran ini." Ucap Chaerin dengan nada sehalus mungkin. Sementara itu Haechan yang kesal berusaha semaksimal mungkin untuk tidak mendengar suara Chaerin.
"Tanya aja, siapa tahu aku bisa jawab." Haechan semakin kesal karena respon Mark yang begitu baik pada Chaerin.
"Soal ini, Mark," tangan Chaerin menunjuk sebuah soal yang menurut Haechan sangat mudah.
Kepala Haechan semakin pusing saja saat Mark mendekatkan kepalanya ke arah Chaerin dengan alasan tidak bisa mendengar suaranya. Haechan tidak tahan lagi. Bisa jadi penyakit hati jika ia berlama-lama di dalam situ.
Chaerin menunjuk soal kedua yang menurut Haechan juga mudah, "Mark, bantu aku yang ini ya."
"Yang mana?" tanya Mark seraya mendekatkan kepalanya ke arah Chaerin.
Tangan Chaerin menyentuh tangan Mark untuk mengarahkannya, "Yang ini."
Sudah habis kesabaran Haechan. Ia menyapu rambutnya ke belakang dan menatap sinis ke arah Chaerin. Tangannya mengepal dengan marah.
"Mark, gue pergi dulu." Ucap Haechan dengan nada sebiasa mungkin agar Mark tidak sadar dengan rasa kesal Haechan.
Mark mengerutkan keningnya melihat Haechan yang sudah berdiri di sebelahnya. Ia tahu ada yang salah di sini. Chaerin yang seolah tidak tahu apa yang sedang terjadi hanya diam saja.
Tangan Mark menahan tangan Haechan yang sudah akan berlalu. "Tunggu, jangan pergi. Temani aku, ya?" Haechan menarik napas dalam dan berusaha melepas tangan Mark yang memegang erat lengannya.
"Lepas, Mark. Gue mau nyari angin," ucap Haechan dengan nada malasnya. "Lagian lo udah ada yang nemenin tuh." Lanjut Haechan seraya menunjuk Chaerin dengan dagunya.
Mark semakin mengetatkan genggamannya pada lengan Haechan. "Gak, Chan, aku cuma mau ditemenin kamu."
"Gak usah alay, Mark Lee. Udah sana temenin pacar baru lo." Mark sadar itu adalah kalimat sarkas dari mulut Haechan. Semakin Haechan memaksa melepas genggamannya, maka Mark akan semakin mengetatkan genggamannya.
Akhirnya Haechan menyerah, dia tidak akan pernah bisa mengalahkan kekuatan Mark. "Jadi mau lo apa, Mark?"
"Temenin aku."
"Oke, tapi gak di sini." Ucap Haechan seraya melirik ke arah Chaerin. Mark pun akhirnya sadar ada apa dengan Haechan. Sebuah seringai tipis tampak di wajahnya. Entah bagaimana sudut hatinya merasa bahagia.
"Chaerin, maaf ya, aku gak bisa ngajarin kamu lagi. Aku pergi dulu." Pamit Mark pada Chaerin yang melongo bingung. Chaerin bingung ada apa sebenarnya. Gagal sudah semua rencananya untuk mendekati Mark sekarang.
Tangan Haechan pun digandeng oleh Mark ke arah rooftop. Haechan yang digandeng hanya diam dan mengikuti apa saja yang akan Mark lakukan. Dia sudah tidak peduli lagi, yang pasti dia masih kesal dengan Mark.
Haechan dan Mark telah sampai di rooftop sekolah mereka. Begitu sampai Mark segera menutup pintu dan mengukung Haechan di dalam pelukannya.
"Lo ngapain?" tanya Haechan berusaha menutupi kegugupannya. Bagaimanapun juga orang di depannya ini Mark Lee. Iya, Mark Lee yang bisa membuat jantungnya berlarian seperti orang gila.
"Tatap mata aku, Chan." Seolah seperti mantra, Haechan mengikuti interuksi Mark. Matanya menatap tepat ke kedua manik mata Mark yang sangat indah.
Pipi Haechan memerah saat matanya bertemu dengan Mark. Jantungnya seperti ingin meninggalkan badannya. Tidak, Haechan tidak boleh lemah! Apalagi pada lelaki seperti Mark.
Namun, sebuah senyuman manis dari Mark mungkin cukup membuat Haechan menjadi lemah. Karena sekarang Haechan rasanya ingin meruntuhkan harga dirinya dan membalas senyuman manis Mark.
"Bagaimana rasanya Haechan?"
"Ras- sa? Rasa apa?" tanya Haechan gugup. Dia tidak bisa menatap mata Mark terlalu lama. Kepalanya pun ia tundukkan ke bawah. Jujur saja, Haechan bukan orang yang mudah untuk menundukkan kepalanya. Baginya menundukkan kepala adalah sesuatu yang melukai harga dirinya.
Tangan Mark bergerak menyentuh tangan Haechan. Ia mengarahkan tangan Haechan pada dadanya agar Haechan bisa merasakan setiap detakan jantung dari Mark. Haechan sedikit terkejut saat tahu tempo detakan jantung Mark mirip dengannya.
Mark menatap Haechan yang sudah pasti kaget dengan hal yang barusan ia lakukan. "Itu perasaanku padamu selama ini, Lee Donghyuck." Haechan mengernyit bingung. Darimana Mark tahu nama aslinya? Selama ini semua orang hanya tahu nama Lee Haechan, hanya segelintir orang yang tahu nama Lee Donghyuck.
"Kamu siapa?"
Akhirnya. Akhirnya Haechan berhasil mengucapkan kalimat sakral itu. Sejak dulu ia menahan untuk tidak menanyakannya, tapi dia tidak bisa. Ia tidak bisa menahannya hari ini.
"Aku? Aku Mark Lee, lelaki yang mencintaimu."
Sial, Haechan tidak bisa menahan rasa panas di pipinya. Bagaimana bisa Mark mengucapkannya seenteng itu? Seperti itu bukan hal yang berat untuk diucapkan.
"Oke," Haechan menatap Mark yang masih tersenyum ramah. "Tapi ingat, Mark, jangan pernah bohongi aku. Karena kamu gak tahu apa yang bakal terjadi."
Sudut hati Mark berdenyut nyeri seolah mengirim kode pada Mark. Sebuah kebohongan besar yang ia sembunyikan dari Haechan. Ia tahu ia egois, tapi inilah rasa cintanya.
"Aku juga punya pesan untukmu, Hyuck."
Sebenarnya Haechan ingin bertanya darimana Mark bisa tahu nama aslinya. Karena sebuah hal fatal saat Mark memanggilnya seperti itu, jantungnya tidak bisa berhenti berlari dan itu mengingatkannya pada seseorang.
"Apa?"
Mark dengan tulus tanpa perasaan dilebih-lebihkan menggenggam tangan Haechan dan bersimpuh kaki di depannya, "Jika ada suatu hal yang mungkin membuatmu kecewa di masa depan dan hal itu karenaku, tolong jangan membenciku." Haechan tidak bisa jika diperlakukan seperti ini. Hatinya terasa nyeri dan lemah. Terutama jika hal ini dilakukan oleh seseorang yang bersimpuh di depannya saat ini.
Mark masih dengan posisi bersimpuh di depan Haechan pun menundukkan kepalanya, "Tolong ingat, aku sangat mencintaimu, Hyuck. Sangat. Jadi, jangan pernah meninggalkanku."
to be c
Eleh eleh, udah ngomong cinta aja si Mark :( Aku kesal, kenapa Haechan sangat polos :( uda, itu aja, I LOVE YOU, GUYS!! <3 wkwk
KAMU SEDANG MEMBACA
On-Lee You -Markhyuck ✔
Fanfic「HS Series」 ❝F4? Apa itu? Sejenis grup aneh?❞ -Mark Lee warn; bxb! semibaku! #41 in shortstory 181206 #1 in Markhyuck 190201 #1 in Markchan 200118