P R O L O G

2.4K 248 28
                                    

"Jika boleh aku meminta, bisakah kau tetap di sini? Untukku dan Jisung?" - Choi Siwon

"Jika boleh aku meminta, bisakah kau tetap di sini? Untukku dan Jisung?" - Choi Siwon

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

Choi Siwon. Dia bukanlah seorang CEO dari sebuah perusahaan besar yang paling berpengaruh di negaranya. Dia bukan salah satu lakon dalam drama yang membuatnya harus menjadi sosok serba mewah. Dia hanya seorang pemilik restoran di salah satu petak di tengah padatnya kota Seoul yang tidak pernah diam itu. Memiliki sebuah restoran bukan berdasarkan hasil warisan ataupun perintah ayahnya untuk meneruskan karir yang dibuatnya, ayahnya hanya seorang supir taksi online.

Semuanya dimulai dari nol. Benar-benar dari nol, dengan dana yang pas-pasan dan hasil pinjam uang dari bank. Bukan sesuatu yang mudah untuk dilakukan untuk memulai sesuatu di mana pikiranmu terbagi antara bagaimana karir yang kau buat berjalan dengan baik dan hutang yang bertambah hari bertambah dekat pula waktu untuk membayar cicilannya. Sungguh, jika tidak ada tangan yang selalu memberikan pijatan di kedua bahunya, jika tidak ada bibir yang terus mengeluarkan kata semangat dan nasehat kepadanya, jika tidak ada kaki yang melangkah bersamanya, mungkin Siwon sudah menyerah sejak dulu. Lebih memilih mengambil pekerjaan seperti ayahnya.

Li Run'e. Salah seorang yang membuat Siwon dapat berdiri sebagai pemilik restoran dari "겨울 사랑". Seorang wanita dari negeri Tiongkok yang Siwon nikahi, yang menemaninya di saat yang paling sulit dalam hidupnya untuk menjadi seorang suami dan ayah. Wanita dengan sejuta senyuman yang selalu membuat hati Siwon menghangat ketika memandanginya. Wanita yang selalu mengatakan kalau dirinya adalah suami dan ayah yang terhebat yang pernah dia temui. Tak ada lelaki yang lebih baik dari Siwon, yang membuat lelaki itu akan membawa tubuh itu dalam dekapan hangat, membubuhi ciuman seringan kapas hingga sang anak menginterupsi dan ikut dalam pelukan mereka.

Cerita yang indah, hingga Siwon tidak ingin semuanya berakhir.

Jika boleh, sampai mereka meninggal bersama dan bersama di nirwana kembali menjadi sebuah kesatuan yang hakiki.

Namun sekali lagi.

Tuhan selalu mempunyai cara bagaimana mempermainkan manusia.

Sebuah permainaan yang membuat para pemainnya berharap kalau bukan merekalah pemain dalam skenario menyedihkan itu.

Jika Tuhan dapat mengabulkan keinginannya. Siwon berharap, bukan sebuah tangan dingin yang digenggamnya kini. Bukan mata yang terkunci yang kuncinya sudah diambil oleh malaikat. Bukan bibir yang membiru, seolah mengejeknya bahwa dia masih dapat memakai lipstik dengan warna yang nyentrik. Bukan pula tubuh tanpa pakaian yang hanya ditutupi dengan kain putih. Bukan tubuh tanpa nyawa milik Run'e yang diinginkannya.

"Tuan, kita harus segera mengkremasikannya."

Siwon tidak mampu untuk menjawab. Mulutnya tiba-tiba kehilangan kontrol untuk berbicara. Kosakata yang dimilikinya telah menguap bersama jiwa yang massih belum menerima kenyataan yang ada di hadapannya. Namun, langkahnya tetap mengikuti ke arah mana keempat roda itu membawa istrinya. Telinganya masih mendengar anaknya yang bertanya kepada Baekhyun. Ke mana mereka akan pergi? Kenapa ibunya dibawa oleh dokter keluar? Kenapa semua orang berwajah sedih. Dan ketika semua pertanyaan itu terus terlontar, tak ada satu pun yang mampu menjawab. Takut bahwa hal itu akan membuat si kecil tersakiti.

Namun, harusnya Siwon dan yang lainnya tahu.

Bahwa, sebuah kejujuran yang pahit lebih baik dari sebuah kebohongan yang manis.

Karena ketika kebohongan itu mulai berbuah, apa yang akan dilakukan?

Memakan buah yang beracun?

Tentu tidak ada yaang mau.

Ya. Seharusnya Siwon memilih jujur megatakan kalau Run'e sudah meninggal. Takkan kembali lagi bersama mereka. Harusnya demikian, sehingga dia tidak akan pernah mendapati Jisung yang berdiri di depan pintu apartemen dengan boneka rilakuma dalam pelukannya. Berkata kalau si kecil yang masih berusia lima tahun menunggu sang ibu pulang. Atau dia tidak akan pernah mendapati si kecil yang berdiri di jendela dan melihat ke bawah, mencari bayangan ibunya di sana.

Ketika sebuah penantian yang lama dan tak berujung, semua akan berkahir pada sebuah rasa kecewa yang dalam.

Rasa kecewa yang terlalu dini untuk seorang Choi Jisung yang bahkan belum mengenal huruf itu untuk merasakannya.

Tangis yang berkoar, memenuhi setiap sisi apartemen hingga para tetangga pun tahu bagaimana jeritan putus asa dari Jisung. "Jiji ingin mama! Ayah jangan sembunyikan mama! Mama di mana?!" dan semua teriakkan itu akan berakhir dengan suara sesenggukan hingga angin kantuk perlahan membuat kelopak matanya tertutup dengan napas yang tersendat di ujung tenggorokan.

Dan semuanya berulang di pagi hari kemudian. Tangis yang lagi-lagi dikeluarkan oleh Jisung, hingga suaranya berubah menjadi suara kambing tercekik. Menolak pancake sarapannya. Membuat Siwon dengan terpaksa memanggil Sohyun calon adik iparnya untuk membujuk Jisung memakan sarapannya.

Bukan Siwon tidak ingin menenangkan anaknya.

Semua orang tahu.

Satu-satunya orang yang bisa menenangkan Jisung hanyalah Run'e, dan satu-satunya jimat itu sudah pergi.

"Jiji. Kita main ke taman kota, yuk? Tadi, paman lihat di sana ada pasar malam yang baru buka. Katanya, waktu itu Jiji ingin naik komidi putar. Katanya juga ingin bermain pancing ikan," ucap Baekhyun seraya mendekati Jisung yang masih menangis dalam gendongan Siwon.

"Jiji mau mama..."

Hanya itu yang selalu Siwon dan yang lainnya dengar. Entah bujuk rayu apalagi yang dapat membuat kebohongan itu tidak menyakiti si kecil. Mereka takut, jika kebenaran yang mereka berikan, akan menambah segala kesakitan yang dimiliki oleh Jisung. Yang Siwon harapkkan, semua ini segera berakhir. Cukup sudah air mata yang tebuang. Namun, bagaimana caranya?

Mom For JisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang