T H R E E

1.6K 240 49
                                    

Masih dengan kelopak mata yang berat, Jisung mencoba terbangun setelah mendengar suara alarm dari jam wekernya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Masih dengan kelopak mata yang berat, Jisung mencoba terbangun setelah mendengar suara alarm dari jam wekernya. Bocah lima tahun itu mengucek kedua matanya, mencoba menyesuaikan diri dengan cahaya luar.

Ketika menoleh, lagi-lagi air mata keluar dari kedua matanya. Ayahnya sudah berjanji jika ia menjadi anak baik, maka ibunya akan ada di sisinya ketika bangun. Namun apa? Ketika Jisung bangun, yang dia dapati hanya dirinya sendiri.

Jisung mulai menangis lagi, berjalan keluar kamarnya dan menengok ke arah dapur namun tidak mendapati apa-apa di sana. Kemudian dia berjalan menuju kamar ayahnya, tanpa menengok ke arah ruang tamu di mana Siwon tertidur di sana.

"Ay...ah..." kata-katanya yang tersendat itu terhenti. Berdiri mematung di daun pintu ketika Jisung melihat sosok lain yang bukan ayahnya. Dan ketika sosok itu bergerak untuk membenarkan posisi tidurnya, Jisung kembali terisak, namun sebuah senyuman juga terpatri di sana.

Jisung berlari. Mencoba menaiki tempat tidur kemudian mendekap tubuh ibunya. Memanggil ibunya dalam tangis kebahagiaan, karena apa yang dikatakan ayahnya benar. Ibunya datang karena dia sudah menjadi anak baik. Ibunya datang.

"Mama... Jisung rindu mama..."

.

.

.

Kepalanya berdenyut sakit, dan kerongkongannya terasa kering. Namun lebih daripada itu, hal yang membuat Yoona terganggu dari tidurnya adalah beban berat di tubuh bagian depannya dan suara isakan seseorang membuatnya merasa terusik. Yoona paling tidak suka ketika ada seseorang menganggu tidurnya.

Yoona mencoba mengabaikannya. Memilih untuk tidur kembali. Namun tak lama dahinya berkerut ketika mendengar seseorang memanggilnya dengan sebutan yang lain. Mama? Yang benar saja? Yoona membuka matanya dan menemukan seorang anak kecil sedang memeluknya dan membenamkan wajahnya di dadanya.

Yak! Kenapa bocah itu mesum sekali?!

Yoona mencoba mejamkan matanya kembali. Pasti dia hanya sedang bermimpi sekarang. Bagaimana mungkin ada sekarang anak di dalam kamarnya. Hei! Dia tidak mungkin memiliki seorang keponakan sedangkan dia adalah anak tunggal. Anak sepupu-sepupunya juga tidak mungkin. Dia itu cucu pertama, baik dari keluarga pihak ayah dan pihak ibunya. Anak tetangga? Bagaimana bisa masuknya?

Pasti mimpi. Ya, hanya mimpi.

Yang perlu Yoona lakukan sekarang adalah kembali ke alam mimpi dan melanjutkan tidurnya yang berkualitas tinggi itu di atas kasur yang sangat empuk. Hmm... rasanya, sakit di punggung Yoona terasa terobati dengan kasur ini. Biasanya dia tidur di kasur keras, keras seperti papan kayu.

Tunggu!

Sejak kapan kasur yang keras karena sering diompolinya waktu kecil itu berubah menjadi kasur empuk dan wangi seperti ini?
"Mama... Jisung rindu mama..."

"Apa yang kau lakukan?!" teriak Yoona nyaring. Mendorong tubuh anak kecil itu menjauh dari tubuhnya. Yoona beringsut duduk, menatap anak kecil yang nampak terkejut di depannya.

"Mama..."

"Apa?!"

"Mama!"

Yoona hampir saja terjungkal ke belakang ketika tiba-tiba saja anak itu menubruk tubuhnya dengan keras. Memeluknya begitu erat, bahkan tidak peduli dengan teriakan Yoona yang menyuruh anak itu menyingkir.

"Mama... Mama ke mana saja? Jiji rindu mama. Mama jangan pergi lagi. Kalau mama pergi, Jiji mau ikut mama..."

Jijik? Menjijikan? Apakah Yoona tidak salah dengar waktu anak itu memanggil dirinya  sendiri dengan nama Jijik? Atau Yoona yang salah mengejanya? Entahlah. Yoona tidak peduli. Yang dia pedulikan adalah anak itu menjauh dari tubuhnya.

Yoona kembali mendorong tubuh anak itu, namun anak itu seperti terkena lem dengan tubuhnya hingga susah untuk dipisahkan darinya. "Ku bilang menyingkir!" bentak Yoona, walau tidak berniat membentak seorang anak kecil. Dia hanya terlewat kesal dan marah.

"Ada apa ini?"

Yoona menoleh ke arah pintu dan mendapati seorang pria dengan keadaan acak-acakkan berdiri di depan pintu dengan napas terengah-engah. Refleks, Yoona menyelimuti dirinya sebatas leher dan beringsut mendekati kepala ranjang.

"Siapa kau? Siapa kalian?!" tanya Yoona ke arah pria asing yang tidak dikenalnya itu.

.

.

.

Siwon terbangun karena suara ponselnya. Dengan mata yang masih terpejam, Siwon mencoba mencari ponselnya yang ada di saku celananya. Matanya menyipit dan melihat ada pesan dari Baekhyun yang mengatakan kalau hari ini dia tidak dapat menjaga Jisung karena harus kulak pakaian dari pabrik.

Siwon mendesah, sepertinya dia harus membawa Jisung ke restorannya. Tidak mungkin untuk Siwon meninggalkan namanya di rumah sendirian. Sebenarnya bisa saja Siwon menitipkan Jisung di rumah ibunya, namun melihat kejadian semalam, Jisung pasti tidak akan mau.

Duduk dan memijat keningnya yang terasa berdenyut. Seharusnya Siwon tahu kenapa istrinya dulu selalu melarangnya untuk minum. Kepalanya pasti akan terasa sangat pening, bahkan untuk duduk pun seperti ingin roboh kembali. Tubuhnya juga serasa remuk, apalagi bagian punggung dan lehernya.

Apakah Siwon harus mengambil cuti hari ini dan mengistirahatkan tubuhnya yang sudah sepeti tak bertulang itu?

Ngomong-ngomong, apa yang membuatnya bisa tidur di sofa ruang tamu? Siwon sedang memutar ulang ingatannya, mencari jawaban atas pertanyaannya. Ah... dia ingat kalau dia membawa pulang seorang gadis dan meninggalkannya di kamarnya.

Sepertinya Siwon harus mencari penjelasan untuk gadis tesebut agar tidak salah paham dengannya. Bisa-bisa dia dikira penculik yang akan menjual gadis tesebut di tempat pelelangan manusia.

"Apa yang kau lakukan?!"

Siwon mengerutkan dahinya ketika mendengar suara seseorang. Menoleh ke arah pintu apartemennya namun tidak menjumpai siapa pun. Apakah itu suara gadis itu? Kenapa pagi-pagi sudah berteriak?

"Mama... Mama ke mana saja? Jiji rindu mama. Mama jangan pergi lagi. Kalau mama pergi, Jiji mau ikut mama..."

Kini Siwon duduk dengan tegap ketika mendengar suara anaknya memanggil ibunya. Siwon bangkit dan menuju kamar anaknya, melewati kamarnya yang pintunya sedikit terbuka. Namun ketika sampai di kamar anaknya, dirinya tidak mendapati Jisung di sana.

Jisung di mana? Itu yang menjadi pertanyaan Siwon dan membuatnya bertambah panik.

"Ku bilang menyingkir!"

Teriakan itu kembali terdengar, membuat Siwon dengan cepat berlari ke arah kamarnya dan membuka pintu kamarnya dengan keras. Menemukan Jisung yang sedang terduduk di tengah kasurnya dalam keadaan menangis. Siwon ingin sekali marah karena berpikir kalau gadis yang dia tolong adalah penyebabnya. Namun kata yang ingin keluar segera terhenti di ujung tenggorakanya ketika matanya bertemu dengan mata gadis tesebut.

Li Run'e? Bisik Siwon dalam hati.

Apakah dia sedang bermimpi?

Apakah ada ilmu yang dapat menjelaskan apa yang terjadi sekarang? Bagaimana bisa orang yang sudah meninggal dapat hidup kembali? Siwon sangat yakin kalau ini nyata, bukan sebuah halusinasi karena nyatanya Jisung juga dapat melihatnya.

Lama Siwon menatap, dan memang benar yang ada di depannya adalah Li Run'e. Siwon tidak akan mungkin salah mengenalnya. Hanya saja, bagaimana ini bisa terjadi? Siwon tidak melihat wajah orang yang ditolongnya semalam sehingga dia tidak menyadarinya.

Namun sekali lagi, apakah ini mungkin?

"Siapa kau? Siapa kalian?!"

Mom For JisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang