F I V E

1.5K 206 43
                                    

Jika menerka-nerka, Yoona menjadi bingung sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jika menerka-nerka, Yoona menjadi bingung sendiri. Darimana sifat cerewet ayahnya itu berasal? Kakeknya? Neneknya? Tidak. Seingat Yoona, dua sesepuh yang sudah tenang di alamnya itu tidaklah cerewet seperti ayahnya. Yoona yakin itu. Atau jangan-jangan... ah lupakan! Malah Yoona jadi berpikir ngawur. Mana mungkkin seperti itu. Wajah ayahnya saja seperti fotokopian dari wajah kakeknya.

Sejak insiden memalukan di rumah sakit waktu itu, yang membuat Yoona harus menahan malu karena hampir seluruh penghuni rumah sakit mentapnya terutama dokter yang memarahinya waktu itu, ayah Yoona seolah tak lelah untuk meminta anaknya itu menikah. Menikah, menikah, menikah, dan menikah. Selalu membandingkan Yoona dengan tetangga flat mereka yang sudah menikah mendahului Yoona, bahkan dengan si July, anak SMA yang sudah menikah dan memiliki anak.

Demi Budha yang mereka sembah! Bagaimana bisa Yoona dibandingkan dengan bocah SMA yang kasusnya kebobolan terlebih dahulu?

Ayahnya benar-benar harus diberikan penanganan khusus untuk tidak lagi membahas tentang pernikahan.

"Hoi, Yoona! Kau melamun?"

Yoona tersentak ketika seseorang menepuk pundaknya. Yoona menoleh dan mendapati Yuri berdiri di sampingnya. Mencibir karena kegiatannya terganggu, "Kenapa kau hobi sekali mengagetkanku, huh?" setelah mengatakannya, Yoona kembali untuk melanjutkan kegiatannya yang tadi terhenti karena melamun, menata kosmetik baru di meja estalase toko.

"Aku tidak mengagetkanmu, kau saja yang dari tadi melamun," sangkal Yuri tidak mau disalahkan. Membantu Yoona menata kosmetik yang lainnya. Toko sedang sepi, jadi mereka bebas untuk mengobrol. "Apa yang sedang kau pikirkan sebenarnya? Masih kepikiran dengan pembicaraanmu dengan Min Suk?" Yuri menghela napasnnya ketika tidak mendapatkan respon suara dari Yoona, namun dia tahu kalau tebakannya pastilah benar. "Lagipula, apa alasannya coba untuk dia menunda pernikahan kalian? Kalian sudah berpacaran 10 tahun, tapi dia bilang belum siap belum siap. Aku curiga, jangan-jangan... argh!"

Yoona memukul kepala Yuri cukup keras. "Jaga bicaramu. Min Suk tidak akan mungkin berselingkuh di belakangku."

Masih dengan mengusap kepalanya yang masih berdenyut sakit, Yuri membalas perkataan Yoona, "Memang siapa yang tahu. Kalian tidak berada di satu tempat kerja. Dia bekerja sebagai staff di perusahaan, sedangkan kau bekerja sebagai karyawan di toko kosmetik di mall. Waktu kalian bertemu sangat sedikit, bahkan apakah dia ada sekali menelponmu dan betanya kau sedang apa dan sebagainya? Kau duluan yang menelponnya. Dan satu lagi, kalian itu jarang keluar untuk kencan."

"Itu karena dia sibuk. Dia mengatakan kalau kemarin dia akan masuk kandidat sebagai manager keuangan, makanya dia harus bekerja keras untuk masa uji satu tahun." sela Yoona cepat.

"Tapi tidak ada alasan untuknya mengabaikan kekasihnya seperti ini."

"Ah! Jangan ikut campur. Urusi saja urusanmu sendiri!" ucap Yoona kesal. Meninggalkan Yuri bersama pekerjaannya yang belum selesai.

Yoona benar-benar kesal hari ini. Ayahnya yang tadi pagi terus mengoceh tentang pernikahan. Sampai di tempat kerja, temannya ikut-ikutan mengoceh dan menuduh kekasihnya yang tidak-tidak. Yoona sudah mengenal Kim Min Suk sejak zaman mereka SMP. Pria itu adalah pria baik-baik, yang tidak suka berbohong. Lagipula, Yoona juga setuju dengan kekasihnya itu kalau mereka tidak perlu cepat-cepat menikah.

Ada tiga alasan kenapa mereka masih belum ingin menikah.

Pertama, usia mereka belumlah terlalu tua dan mereka masih ingin menghabiskan waktu bebas mereka. Maksudnya bebas pergi ke mana saja tanpa perlu ada gangguan bunyi ponsel atau pesan teks dari masing-masing untuk cepat pulang. Masih dapat berkumpul dengan teman-teman. Bebas bertingkah kekanakan untuk memuaskan hasrat mereka sebelum akhirnya harus bersikap dewasa.

Kedua, menikah bukanlah sebuah perkara yang mudah. Kondisi finansial mereka belumlah stabil, bahkan terkadang masing-masing masih berhutang pada rentenir karena kekurangan untuk menghidupi mereka. Jika mereka menikah dalam kondisi finansial yang buruk, apa yang akan mereka lakukan? Mereka harus mempunyai rumah sendiri, menyewa flat yang harus membayar satu bulan sekali. Bukankah mereka harus mempersiapkan uang yang akan digunakan ketika Yoona hamil lalu melahirkan? Kehidupan sehari-hari mereka baik sandang dan pangan. Tabungan untuk anak-anak mereka, pendidikan, kesehatan dan lain sebagainya.

Bukankah sampai ke alasan yang kedua sudah cukup menjadi alasan kenapa mereka berdua belum ingin menikah?

Dan alasan yang ketiga, adalah alasan yang datang dari Yoona sendiri. Dia belum mau keriput terlebih dahulu karena mengurus anak. Mengurus anak itu susah, sangat. Jangan pikir Yoona tidak pernah merasakannya. Yoona pernah menjadi babysitter, walau secara tidak resmi. Mengasuh anak tetangga, si Taeyong itu. Bagaimana Yoona dibuat pusing dengan tingkah nakal Taeyong yang kadang suka mengompoli kasurnya, mengacak-ngacak rumahnya, dan sebagainya.

Jika mengurus anak orang saja Yoona tidak kuat, bagaimana dengan anak sendiri? Yoona sudah melambaikan tangannya ke kamera terlebih dahulu kalau begitu.

"Hei, kau sudah minum terlalu banyak." ucap Xiumin yang berdiri di balik meja bartender. Menahan tangan Yoona yang ingin meminum sake-nya yang entah ke berapa kali. Xiumin tidak menghitungnya karena dia sibuk mengurusi pesanan pelanggan lain dan mengabaikan sahabatnya yang ingin mabuk-mabukan itu.

"Sssst..." Yoona mengarahkan jarinya di depan bibirnya. Matanya sudah sayu, bahkan tubuhnya sesekali oleng. Dia sudah mabuk berat. "Jangan ganggu aku. Lebih baik kau lanjutkan pekerjaanmu. Aku baik-baik saja, hik!"

Xiumin menggeleng. Seharusnya dia mengusir sahabatnya itu ketika baru mendudukan diri di depannya. Sayang sekali, itu sudah lewat dua jam yang lalu. "Hei, kau sebenarnya kenapa? Kau tidak pernah ke sini sebelumnya. Kau itu pelit." tanyanya. Katakan Xiumin bodoh karena betanya pada orang yang sudah teler seperti Yoona.

"Kau bertanya kepadaku?" tanya Yoona seraya menunjuk ke arahnya sendiri. Kemudian dia tertawa kecil. "Apa ya? Aku juga tidak tahu. Mungkin seseorang mengajakku ke sini. Atau aku sedang tidur ke sini." ucapnya diakhiri dengan gelak tawa.

Xiumin memijit kepalanya pusing. Dia harus membawa Yoona pulang sekarang karena dapat dipastikan ayah Yoona sedang menunggu anak perwannya. Dan juga dia tidak mungkin membiarkan Yoona tetap di sini. Bagaimana kalau ada seorang CEO mesum berpenis kecil dan meminta Yoona untuk tidur dengannya? Xiumin takkan masalah kalau penisnya besar, setidaknya pengalaman pertama Yoona tidaklah buruk. Tapi menemukan seorang CEO berpenis besar adalah hal yang mustahil. Sangat. Salah satu pelacur di bar yang cerita kepadanya seperti itu.

Semua orang di satu kompleks dengan Yoona tahu kalau Im Yoona itu masih perawan. Bukan hanya perawan karena belum menikah, tapi juga perawan karena belum pernah dibobol. Hebat sekali iman Kim Min Suk itu hingga belum pernah membobol kekasihnya itu.

"Min! Cepat siapkan pesanan untuk meja nomor 10!" teriak salah satu teman Xiumin di antara bisingnya musik.

Xiumin mengangguk. Sebelum pergi dia berpesan kepada Yoona untuk tetap duduk di tempatnya, jangan ke mana-mana sampai Xiumin kembali setelah mengantarkan pesanan minuman. Namun naas, ketika Xiumin kembali, dia tidak mendapati Yoona. Hanya sebuah tote bag milik Yoona yang tertinggal di atas meja. Xiumin mencarinya ke seluruh bar, namun tidak ada Yoona di sana.

"Heol, dia benar-benar dibawa oleh CEO berpenis kecil? Malang sekali nasibnya." ucap Xiumin saat dia berada di depan bar.

Mom For JisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang